Suara langkah sepatu terdengar di lobby, seorang pria berpakaian rapi dengan memakai kemeja dan jas hitam itu mengangkat kepalanya melihat kedepan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
Auranya begitu menyeramkan, dingin, dan angkuh. Ditambah dengan kedua pasang matanya yang menatap tajam pada semua orang seakan ingin menerkam dan mencabik mereka.
Semua orang yang berada disana membungkuk untuknya tanpa terkecuali, jika tidak, tamat akan riwayat mereka.
Brak!
Pria itu menggebrak mejanya dan merobek salah satu map hitam yang terletak di atas meja.
"bawa dia kemari!"
Jake dan Sunghoon lalu membawa seorang pria tua yang sudah begitu loyo dan tak berdaya akibat pukulan dan siksaan yang diberikan anjing hitam milik Jay, pria itu terduduk diatas lantai, ia tak sanggup menatap lelaki dihadapannya yang dikelilingi kemarahan.
"Yang Junghan, katakan dengan jujur, kenapa kau diam-diam melakukan penggelapan dana tanpa sepengetahuanku, huh?"
Jay mengeluarkan pistol dari dalam laci miliknya dan mengarahkannya pada leher Mr. Yang.
Sementara itu, Jake dan Sunghoon menahan nafasnya dan siap untuk menutup kedua mata mereka ketika Jay menarik pelatuk itu. Walaupun sudah sangat sering melihat langsung adegan kotor ini, mereka tetap saja merasa sangat ingin muntah ditempat.
Yang Junghan menggelengkan kepalanya dengan isakan tangis yang berbarengan mengalir dari kedua matanya.
"katakan selamat tinggal pada cucumu" Jay berjongkok dan mulai menarik pelatuk pistolnya lalu terdengar suara tembakan yang menggema ke seluruh ruangan serta darah yang menyiprat kemana-mana mengenai wajah Jay, bau amis darah yang begitu pekat menusuk penciumannya
Jay lalu meletakkan kembali pistolnya kedalam laci.
"bersihkan semua ini dan cari tahu dimana cucunya berada, bawa dia kemari" perintahnya lalu meninggalkan ruangan
Jake dan Sunghoon menghembuskan kembali nafasnya lega setelah Jay menghilang dari pandangan mereka, keduanya laku menggunakan sepasang sarung tangan dan masker.
"kita bekerja seperti ini saja dia tidak menaikkan gaji kita" Jake mencurutkan bibirnya manyun
Sunghoon menatapnya jijik dan mengapit bibir Jake.
"kenapa? Sekarang kau menyesal sudah diterima bekerja disini dan ingin berhenti begitu saja? Memangnya mau hidup melarat?" ejek Sunghoon mulai mengelapi bagian lantai yang terdapat bercak darah yang mulai mengering
"hehehe, tentu saja tidak-"
Srett!
Sebuah belati perak nan tajam tertancap sempurna tepat diatas kepala Jake, beruntung belati itu mengenai benda yang terbuat dari kayu ini. Jika tepat sasaran, mungkin ini adalah kali terakhir bagi Jake untuk bernafas di dunia.
Sunghoon menelan ludahnya dengan keringat dingin yang membanjiri pelipisnya.
"lakukan perkerjaan kalian dan jangan banyak omong atau kalian berdua bernasib sama seperti Yang Junghan" Jay menatap kedua bodyguardnya yang kini hanya saling tersenyum masam
"baik sir"
.
.
.Jay membawa mobil hitamnya membelah kota, seperti biasa ia pulang ke Mansionnya dan membersihkan diri. Ponselnya berdering dan tertera kontak Jake di layar ponselnya. Jay lalu memakai earpice.
"sir, kami sudah membersihkan ruangan anda, harus kami apakan mayatnya?"
"Simon belum kuberi santapan tadi siang, lemparkan saja kedalam kolamnya"
"baik sir"
Jay menyeringai dan mobilnya mulai memasuki pekarangan Mansion. Ia memarkirkan mobilnya tepat didepan pintu masuk. Jay lalu melemparkan kunci mobilnya pada seorang penjaga. Sudah kebiasaannya.
"cuci mobilku sampai bersih" ucap Jay lalu berlalu dari sana dan menaiki tangga ke lantai paling atas dimana kamarnya berada
Jay lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan seprai putih beraroma lavender favoritnya.
Ia terduduk dan mengusap bingkai foto keluarganya, dimana hanya ada sang ayah yang menggendongnya, Jay tumbuh tanpa bimbingan dan kasih sayang dari mendiang Ibunya, wanita cantik itu meninggal ketika melahirkan dirinya.
Jay masih sangat ingat cerita dari almarhum Ayahnya yang wafat 5 tahun yang lalu, saat itu keadaan begitu mencekam dengan badai hujan yang melanda Maldives, tempat kelahirannya. Ibunya bersusah payah untuk melahirkannya dalam kondisi yang begitu tidak memungkinkan dan sangat dingin. Hal itu membuatnya tubuhnya kekurangan begitu banyak darah.
Jay merutuki dirinya, jika saja saat itu ia tak terlahir ke dunia, pasti Ibunya masih hidup dan Jay selalu bisa melihat senyumannya, mendengar tawanya, dan memeluknya penuh cinta. Ia sangat iri pada orang lain yang masih memiliki keluarga yang lengkap, tetapi hal yang tidak Jay sukai dari orang-orang itu adalah tidak mensyukuri hidup, mereka bilang orang tua itu banyak maunya, orang tua itu tidak ada bedanya dengan iblis karena mereka begitu menuntut anaknya untuk selalu menjadi yang terbaik dan menjadi sempurna.
Tapi rasa iba itu hanya bertahan selama 5 bulan dalam dirinya, kini ia tidak mempedulikan apapun lagi. Jay tidak peduli pada orang-orang. Entah itu anak kecil, wanita, ataupun orang tua.
Hatinya mengeras bagaikan batu. Jay tak membiarkan rasa sayang dan iba itu kembali memasuki dirinya yang sekali waktu bisa membuatnya menangis dengan sangat keras.
Jay membenci itu.
Jay lalu membuang bingkai foto itu kedalam tempat sampah dibawah kasurnya, ia lalu beranjak dan melepaskan pakaian kotornya dan melemparkannya ke keranjang berisikan pakaian kotor, seorang maid akan mencucinya setelah Jay kembali ke markasnya nanti.
Kakinya ia langkahkan kedalam kamar mandi dan menyalakan keran shower.
.
.
.Sementara itu, seorang pemuda manis terlihat begitu senang hari ini, bibirnya tak henti hentinya memberikan senyuman pada orang-orang yang menyapanya.
Yang Jungwon.
Anak itu berjalan dengan jari kaki yang berjinjit-jinjit gemas, rambutnya mengibas sana sini terkena angin. Rencananya, ia akan memberikan hadiah ulang tahun untuk Sang Kakek.
Box yang ia bawa berisikan biji buah manggis, bengkuang, dan strawberry, ketiga buah itu adalah favorit Jungwon. Itulah mengapa kulitnya begitu sehat dan putih.
Jungwon sampai di hadapan pintu rumah Kakek. Jarinya lalu memencet bel.
"Harabeoji, aku membawakan hadiah untukmu!" serunya sambil mengetuk pintu
Krieettt...
Pintu terbuka perlahan dan menampakkan kedua Pria asing, mereka lalu membekap Jungwon dengan sapu tangan.
"mpph-!!"
Box yang Jungwon bawa tergeletak di lantai begitu saja dengan isinya yang berhamburan, Jake dan Sunghoon saling memberikan kode mata lalu membopong Jungwon kedalam mobil.
.
.
.Tbc
Next or not?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 || 𝐉𝐚𝐲𝐖𝐨𝐧
Fanfiction[COMPLETED] Dia adalah seorang pria berjiwa bebas dan cerdas, tatapannya begitu intens dan tajam, bibirnya selalu siap melontarkan pertakaan yang begitu mengiris hati, dan tak memiliki rasa iba sedikitpun. Sikapnya dingin dan angkuh membuatnya begit...