"biasanya apa yang anak kecil lakukan selain meniru hal bodoh dari karakter kartun?" tanya Ni-ki ketika dirinya cukup dibuat kebingungan dengan tingkah Ethan yang menirukan Patrick Star, karakter kartun Spongebob, yang sedang ditayangkan di TV
Jake mengindikkan kedua bahunya dan hanya diam melihat Ethan yang menirukan cara berjalan Patrick.
"biarkan saja, namanya juga anak kecil. Nanti juga berhenti jika dia sudah bosan. Ah iya, omong-omong, kenapa kau tidak kembali ke Jepang pasca kejadian itu?" tanya Jake, membuat ekspresi Ni-ki yang mulanya berseri melihat tingkah Ethan kembali menjadi datar, bahkan dia mengubah posisi duduknya membelakangi Jake
"entahlah.. Mungkin karena aku mulai merasa nyaman di sini? Aku tidak tahu, aku merindukan Jepang, namun rasanya berat meninggalkan negara ini. Mungkin karena aku sudah terbiasa hidup seorang diri di sana, aku tidak memiliki teman untuk bertukar pikiran maupun bertukar perasaan. Aku selalu merasa kesepian di sana, walaupun memiliki segalanya. Orang-orang bilang uang tidak dapat membeli kebahagiaan, kurasa itu benar. Karena aku tidak pernah bahagia. Tetapi ketika melihat kalian, aku tahu di mana rumahku seharusnya.." Ni-ki menoleh kebelakang dan tersenyum menatap Jake penuh arti
".. Kalian adalah rumahku..."
"lalu bagaimana dengan rumahmu di sana? Keluargamu? Atau teman dekatmu?"
"aku tidak memiliki keluarga, yang kumiliki hanyalah harta warisan, Ayahku entah pergi ke mana setelah aku lahir. Aku ditinggalkan. Bahkan aku tidak memiliki teman dekat. Sulit bagiku untuk mempercayai mereka semua" Ni-ki mengusap kasar wajahnya dengan suaranya yang memelan
"maaf. Aku tidak bermaksud-"
"bukan salahmu, hyung. Aku hanya menjelaskan semuanya agar kau tahu mengapa aku tidak kembali ke sana. Persetan dengan mereka semua dan rumahku, aku sudah menjualnya, semua harta itu tidak berarti apa-apa lagi bagiku"
Matanya melihat Ethan yang berjalan pelan padanya sambil mengangkat sebuah serbet berwarna merah muda bergambar karakter Spongebob dan Patrick yang sedang berlarian di ladang ubur-ubur.
"petrik bilang angan cedih! Angan nangis! Etan cayang paman!" ucap anak itu dengan nafas yang menggebu-gebu seperti memarahi Ni-ki, padahal Ethan tidak mau melohat Ni-ki yang sedih dan menangis
"k-kau.." gumam Ni-ki terkejut ketika Ethan mengelap air matanya yang mengalir di kedua sisi pipinya, tangan mungilnya bergerak dengan lembut, takut melukai wajahnya
"ccutt! Ndak boleh nangiss!" bisik Ethan dengan gestur jari telunjuknya yang ia dekatkan pada bibir Ni-ki
Jake menaikkan kedua alisnya dan menghela nafasnya pelan melihat interaksi mereka, ia meminum jus alpukatnya dalam diam dan tertawa kecil.
"manisnya.."
.
.
."hyung, apa menurutmu tugas kita sudah selesai?" tanya Sunoo sambil memainkan jemari Sunghoon
"maksudmu?" Sunghoon mengerutkan keningnya dan menoleh menghadap kekasihnya
"Jongseong-nim dan Jungwon-nim sudah menikah, bahkan mereka sudah punya seorang anak. Tidakkah menurut hyung Jongseong-nim akan lebih fokus mengurus keluarga kecilnya daripada mengurusi pekerjaannya?" tanya Sunoo lalu mendongkak menatap Sunghoon
"kenapa kau tidak bertanya langsung padanya? Aku tidak tahu kapan kita akan berhenti, tapi sepertinya tidak" ucap Sunghoon sambil mengusap lembut surai Sunoo
"wae?"
"kau akan tahu sendiri nanti" Sunghoon tersenyum miring
Sunoo hanya mengangguk, walaupun ia tidak tahu apa yang Sunghoon maksud. Masa bodo dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐅𝐈𝐀 || 𝐉𝐚𝐲𝐖𝐨𝐧
Fanfiction[COMPLETED] Dia adalah seorang pria berjiwa bebas dan cerdas, tatapannya begitu intens dan tajam, bibirnya selalu siap melontarkan pertakaan yang begitu mengiris hati, dan tak memiliki rasa iba sedikitpun. Sikapnya dingin dan angkuh membuatnya begit...