"Shift kamu udah selesai, sekarang Kak Ali yang bakal gantiin kamu." Aku mendengarkan kicauan bosku dan menatap lelaki tampan itu yang pergi ke belakang untuk menaruh barangnya.
Aku merenung bersyukur tidak ditempatkan di shift malam.
"ELA?!" Aku mengejapkan mata menyadari bosku memanggilku kencang.
"Dari tadi dipanggil kenapa enggak jawab?!"
Aku masih tidak sadar saat seseorang memanggil nama palsuku.
"Maaf, bu," balasku ragu saat melihat betapa mengerikannya pemilik minimarket ini. Wajah tuanya sangat menyeramkan apalagi dibuat marah seperti itu.
"Kalau kamu sampai tidak mendengarkan ucapan saya lagi, kamu saya pecat?!" Tekadnya dan langsung berjalan pergi ke pintu belakang membuatku terdiam merasa kecewa pada diri sendiri.
Aku harus mempertahankan pekerjaan ini, aku sudah 2 minggu disini dan aku harus bisa menerima gaji pertamaku di kota ini secara sehat, tanpa bantuan siapapun apalagi makhluk gaib seperti malaikat yang mungkin sedang ada di sekitar sini.
Aku berjalan keluar dari minimarket sambil memandang awan berwarna oranye hampir pink dengan pandangan sendu.
Di kala ku termenung, selalu saja teringat sosok keluargaku yang kini sudah berada di atas sana. Aku harus bertahan di dunia ini entah sampai kapan.
Ingin ku mati, tapi tidak ada satu pun cara. Malaikat pasti akan datang dalam bentuk apapun untuk mencegahku bahkan untuk mengembalikan diriku di tempat semula seperti sediakala. Seperti pertama kali kita bertemu.
Mungkin aku harus kembali ke kosan untuk tidur dan tidak melakukan tindakan overthinking yang melampaui batas, tindakan seperti itu terkadang membuatku lelah memikirkan suatu khayalan yang tidak pernah tercapai.
Setelah sampai membuka pagar kos-kosan, aku beranjak menutup pagar itu sambil mengulas senyum pada Yessa yang sedang menyiram tanamannya.
Dia merawatnya dengan baik, aku tersanjung padanya. Aku bahkan sangat yakin dia itu hebat sudah bisa mengelola kos-kosan sebesar ini sendirian.
"Ela, kamu habis darimana?" tanyanya membuatku berhenti berjalan untuk menghadap ke sampingnya. "Aku habis kerja di minimarket sekitar sini."
Dia mengangguk pelan. "Untuk seukuran gap-year sepertimu, kamu hebat bisa bekerja untuk membiayai kuliah ke depannya." Aku mengangguk berbohong, tapi rasa tidak enak itu membuat pengecualian karena semua orang pasti tidak percaya akan ceritaku.
Umur 37 hidup ditubuh remaja berusia 17 tahun?
Itu sangat mustahil untuk diceritakan, aku bisa pindah tempat tinggal karena dianggap gila.
"Ohh iya, pamanmu sudah membayar uang bulan ini. Barangkali dia tidak mengabari ini." Aku cuma bisa menghela napas panjang mendengarnya.
"Dia melakukannya lagi," gumamku pelan. Padahal aku sudah bekerja tapi dia masih saja suka membayar sewa tempat yang aku tinggali.
"Sudahlah jangan dipikirkan, pamanmu itu baik. Aku bahkan iri padamu," ucapnya yang ternyata mendengar suaraku. Aku cuma tersenyum setelahnya.
"Aku mau mandi dulu, Mbak," pamitku kemudian.
"Ohh iya, maaf ya sudah menganggu," ucapnya sambil mematikan keran air dengan membereskan selangnya.
"Tidak apa-apa, Mbak." Kami berjalan bersama masuk ke dalam rumah dan memisahkan diri memasuki kamar masing-masing.
Aku segera membuka pintu tapi sesuatu berwujud putih menembus pintu membuatku jatuh terduduk ketakutan.
Aku terdiam sejenak menatap lorong yang sedang sepi dan menatap malaikat itu dengan pandangan membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Secret
Fantasy-TAMAT- Eyla terkena kutukan setelah ia berniat bunuh diri di umurnya yang ke-17. Semua tidak lain karena ia berniat bunuh diri atas kematian seluruh keluarganya. Semua keluarganya mati, Eyla stres setiap saat dan ingin bunuh diri. Ia ingin mati...