18° Malam

34 13 45
                                    

Aku membuka mataku perlahan dan melihat ruangan yang kosong dengan lampu temaram yang menemani. Tidak ada apapun di sini, aku bahkan tidak bisa melihat tasku di mana pun.

Aku terikat di kursi dan mulutku di lakban oleh seseorang. Aku bisa merasakan kepalaku di perban dan pusingku yang mulai mereda dibandingkan saat dipukul tadi.

Aku masih diam tak percaya, aku menggerakkan seluruh tenagaku mulai membalikkan kursi dan menatap sebuah jendela yang menampakkan jelas keadaan yang mulai malam.

Aku bahkan tidak bisa melihat jam berapa sekarang, tapi aku yakin sekarang belum pukul 12 malam.

cklek.

Pintu terbuka dan seseorang masuk sambil tersenyum, dia mengunci pintunya dan berjalan mendekatiku pelan.

"Ohh Halo, Tante. Sudah lama tidak berjumpa."

Orang ini ....

Sret.

Aku meringis saat lakban di mulutku dibuka secara kasar olehnya. Dia tersenyum menyeringai mulai mencubit kedua pipiku kencang dengan satu tangannya.

Dia sangat menyeramkan, aku bahkan melupakan tawa lamanya. Sekarang yang ada hanya tawa psikopat yang tidak pernah aku sangka.

"Kau lihat, bukan? Kau tidak akan bisa pergi dariku." Dia berjalan ke belakangku dan tak lama aku merasakan rambut panjangku ditarik dan aku bisa melihat senyumannya dari atas.

Ini terasa lebih menyeramkan.

"Ternyata hidup lama itu membuat orang menjadi bodoh, apa kau tidak mendengar ucapan malaikat bodohmu itu sebelumnya? Tetaplah berlari ...." Aku membulatkan mataku ketakutan melupakannya.

"Cobalah untuk berlari, walaupun kakimu patah sekalipun. Hanya untuk berlari."

"Kamu tahu darimana, hah?! Bahkan kau tidak ada di sana!" dia diam tertawa—

BRAK!

dan mulai menendang kursiku hingga terjatuh.

"Aku menemukanmu tepat pukul 2 pagi di pom bensin. Untungnya kau sedang tertidur, aku bahkan memasang sesuatu padamu agar aku bisa mengikutimu tanpa kau ketahui."

Jadi ....

"Aku memasang alat pelacak di tasmu. Hebat, bukan?" dia mengeluarkan ponselnya dan menunjukan namaku tertera di sana.

"Bukan hanya itu saja, aku bahkan memasang alat penyandap di kamarmu. Kamu tidak mengetahuinya tentu saja." Dia terkikik dan berjalan membenarkan kursi kembali hingga aku kembali terduduk.

"Aku cerdas, bukan? Tanteku yang bodoh ini bahkan tidak mengetahuinya. Katanya kamu itu pintar ... tapi ternyata sangat disayangkan ayahku mengagumimu hingga saat ini." Aku terdiam sambil menatapnya tanpa bersuara apapun.

"Eyla Adriana, kau itu ternyata Tante kandungku, orang yang dicari ayahku selama ini. Sangat disayangkan sekali ...."

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

"Aku sangat bersyukur kau tidak jujur pada ayahku. Tapi kalau kau jujur ... memang ayahku mau percaya pernyataan bodohmu itu?" tanyanya sarkas membuatku sedih.

Ternyata percaya pada manusia itu salah.

"Aku percaya padamu itu karena malaikatku, dia selalu ada di sampingku kalau kau tahu. Kau melihatnya, bukan?" aku mengangguk pelan. Aku bisa melihat dia melambaikan lengannya di dekat pintu.

Malaikat itu ... bahkan kelakuannya hampir sama seperti malaikat milik Yessa.

Ternyata memang benar, aku dilarang percaya oleh malaikat hitam sejak lama oleh malaikat yang selalu di sampingku. Dia sangat melarangnya karena mereka bisa membantu orang jahat. Sama seperti malaikat putih yang selalu membantuku dalam keadaan apapun.

Finding Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang