12° Tired

27 12 27
                                    

1999

Aku terbangun dari tidurku dalam keadaan gelap gulita, aku mulai menekan sakelar di dekat pintu.

Ternyata mati lampu.

Aku menatap jam dari dekat dengan cermat, jam masih menunjukkan pukul 12 malam. Aku segera pergi keluar kamar untuk buang air dengan menggunakan lilin yang berada di meja belajarku.

Kamar mandi rumahku letaknya di bagian belakang dapur di sebelah sumur. Aku berjalan dengan lilin yang sudah dinyalakan untuk segera keluar rumah dan mulai menimba air.

Aku merasa kebelet mulai tak tertahankan, aku segera menggeret tali itu cepat untuk mengisi air di dalam ember. Setelahnya aku segera membawa ember itu ke dalam kamar mandi.

Kurang lebih 5 menit, aku keluar dari kamar mandi karena tubuhku terasa panas di dalam. Aku juga merasakan pusing yang mendera, aku mungkin akan tidur lagi sampai pagi.

Bau apa ini?

Aku terkejut bukan main, asap melambung tinggi dengan api yang semakin membesar menyebar ke seluruh rumah.

Tidak, apa yang terjadi?

Tunggu, bagaimana dengan keluargaku?

Aku segera masuk kembali lewat pintu belakang tapi api mulai membakar dapurku. Aku ketakutan dan berjalan kembali.

Aku harus menolong mereka!

Aku segera menggeret air di sumur dan mulai mengguyur area dapur yang apinya sulit dipadamkan.

Sebenarnya api darimana ini?

Setelah aku guyur dengan 5 ember, tetap saja api itu mulai meluas bahkan mulai mengenai kamar mandi paling belakang.

Tidak?!

"EYLA???!!!"

Itu suara teriakan ayahku.

"Ayah? AYAH?!" aku segera berlari masuk tapi sebuah tangan menarik tubuhku yang kurus.

"Syukurlah kowe selamat." tetanggaku ternyata yang menarikku.

"Kaluwarga kulo ana di omah, bu! Piye, bu?" teriakku sambil menarik tubuhku untuk masuk ke dalam. Tapi tangannya terlalu kuat membuatku tak bisa melepaskannya. (Keluarga saya ada di rumah, bu! Gimana, bu? )

Tidak?! Jangan katakan akan terjadi sesuatu yang buruk?

BRUK.

Aku mendengar bangunan runtuh dan banyak teriakan massa. Aku segera berlari melepas genggaman tetanggaku ke area rumah paling depan saat melihat kebakaran yang sangat besar.

Bagaimana bisa terjadi?

Aku berkeliling mencari keluargaku.

Mereka bahkan tidak ada di luar sama sekali.

Ada apa ini?

"ARGHH!!!!!" suara teriakan kembali terdengar. Aku merasakan kesedihan yang dalam hingga diriku terduduk lemas ke tanah.

Semua orang berlarian untuk mengguyur rumahku. Rumahku kembali ambruk di sisi tengah yang aku yakini adalah ruangan keluarga.

Mereka di mana? Kenapa tidak ada tanda mereka keluar sama sekali?

"Ayah?! Ibu?!" teriakku hingga pupilku membesar menatap sesuatu.

Rumahku semuanya roboh, aku hanya bisa merasakan mataku tertutup rapat.

Finding Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang