21° Bertemu kembali

30 12 24
                                    

"Kenapa kita seperti penguntit sih?" aku memarahi malaikat yang masih menjadi Ibu Indah mulai membekap mulutku.

"Sudahlah, kita tunggu saja. Kamu bisa lihat 'kan suasananya sedang tidak kondusif?" aku mengangguk pelan.

Keadaan di pemakaman terasa sangat ramai, apalagi kalau tangisan dari ibunya dan juga Aldo yang juga menangis sambil mengelus kuburan anaknya.

"Kasihan Ronald, dia bahkan tidak punya siapapun teman yang mengunjunginya." Aku masih teringat ucapannya, semua orang melakukan bully pada dirinya. Itu terasa menyakitkan, tapi kesalahannya membunuh ketiga temannya terasa sangat mengerikan.

Kehidupan Ronald adalah kesalahan, Ronald sebagai contoh orang yang tidak pernah tahu tempatnya untuk bergantung.

Saat melihat ibunya adalah seorang entertainer, aku merasa pantas saja tidak pernah melihat istri Aldo itu. Aldo saja bahkan jarang pulang saat aku sering bermain bersama Ronald.

Satu jam berlalu, semua rekan Aldo dan istrinya sudah pulang menyisakan kedua orang yang masih menyesali takdir.

Aku dengan memakai baju hitam masih saja bersembunyi di balik pohon. Tentu saja ditemani Ibu Indah yang sedang diam saja.

"Bagaimana roger, apa sudah aman?" aku menatapnya datar.

Dia mulai lagi ....

"Tuh Aldo sama istrinya udah mau pulang, cepat sana kamu temuin!" dia mendorong badanku kasar membuatku segera berlari sambil menyiapkan wajah tersenyum agar Aldo tidak semakin sedih.

"Hallo, paman!" aku menyapanya membuat Aldo tersenyum.

"Dia siapa?" tanya istrinya di sampingnya yang masih mengelap wajahnya dengan tisu.

"Oh, ini keponakanku, Chelsea. Kamu tahu Eyla yang sering aku omongin, dia ini anaknya." Aldo berucap sambil tersenyum mengelus puncak rambutku pelan.

"Hallo, Tante. Aku turut berdukacita buat Ronald." Dia mengangguk lalu memelukku erat.

"Terima kasih ya, kudengar kamu juga selalu dekat dengan anakku. Terima kasih telah berada di sampingnya." Aku mengangguk pelan dalam pelukannya.

"Chelsea mau ikut paman ke rumah? Kebetulan kami mau pergi ke suatu tempat." Aku terdiam memikirkannya sambil mengangguk.

Aldo adalah satu-satunya manusia di bumi ini yang bisa aku percayai.

"Emang Paman mau ke mana?" Aldo terdiam bahkan istrinya juga mulai menunduk dan menangis lagi.

"Kami lalai menjaganya, dia ditemukan sebagai pelaku pembunuhan ketiga orang temannya. Berita ini sebenarnya disembunyikan publik, jadi hanya orang tua korban yang tahu." Aku terpaku kaget akan penjelasannya. Ternyata mau mati sekalipun, kasus Ronald tetap akan berjalan.

Daripada terlihat memarahi anaknya, mereka masih terlihat murung. Aku yakin mereka menyesal telah lalai menjaga Ronald.

Ronald mungkin sangat butuh kasih sayang, tapi kedatanganku mungkin sangatlah terlambat. Aku masih merasa menyesal, kenapa aku tidak datang beberapa tahun belakangan, aku yakin saat aku ada di sampingnya, Ronald tidak akan melakukan semua ini.

Kami berjalan menuju mobil hitam yang terakhir kali aku tempati saat Ronald menyekapku di kursi belakang.

"Ini mobil yang dipakai Ronald terakhir kali ... aku harus tetap memakainya untuk mengenangnya," ucap Aldo membuatku kembali bersedih.

Aku yang memasuki mobil di bagian belakang, sama seperti dua hari yang lalu membuatku mengenang kejadian itu.

Aku merasa ragu untuk mengatakannya, aku ingin sekali berbicara banyak fakta yang terjadi. Termasuk beberapa keajaiban hingga aku masih hidup hingga saat ini. Bersamaan juga beberapa kesalahan yang hadir dan jika Ronald masih hidup hingga saat ini.

Finding Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang