23° Kebenaran

22 10 12
                                    

"Tumben kamu sendiri?" aku menatap suara yang sangat aku kenali.

Aku tersenyum kepada malaikat yang akhirnya datang kembali, tapi entah kenapa jubahnya berdebu seperti sehabis datang dari sebuah gudang.

"Kalau kangen bilang aja." Aku menggeleng tidak mau mengaku.

Kalau aku mengaku, dia nanti akan kesenangan. Aku tidak mau kalah dengannya.

"Kamu senang tidak tinggal di sini?" tanyanya membuatku mengangguk cepat.

"Walaupun aku datang sepeninggal Ronald, aku merasa bahagia bisa bertemu sepupuku kembali."

Aku merasa tugasku berhasil, aku menyelamatkan Aldo, walaupun semua itu membuat Ronald meninggal.

"Ronald meninggal karena sudah takdir, kita tidak bisa merubahnya." Aku langsung terdiam berpikir kepada malaikat hitam yang selalu ada di sampingnya sejak beberapa minggu sebelum dia meninggal.

"Apa malaikat sepertimu dengan malaikat hitam mempunyai cara yang berbeda untuk melakukan sesuatu?"

Jubah di kepalanya bergerak mengangguk. "Mungkin sangat disayangkan, jika kamu bersama malaikat hitam, mungkin kamu tidak akan hidup hingga saat ini. Dia pasti sudah menyuruhmu untuk bunuh diri sejak seminggu pertama bertemu.

"Jadi Ronald dan Yessa ...."

"Itu sudah kehendak mereka, mereka yang mendatangkan malaikat hitam masuk ke dalam hati mereka. Kita memang bisa berbuat apa?"

Ronald yang bisa membunuh temannya dan Yessa yang ada niat membunuhku membuatku berpikir lebih jeli, mereka termakan omongan malaikat penjaga mereka. Tapi benar kata malaikat ini ... semua terjadi bila ada kesempatan.

Aku harus kembali berhadapan dengan Yessa, mungkin dia akan mencariku secepatnya apalagi berita tentang Ronald akan segera meluas. Dia pasti merasa aku tidak dijaga oleh Ronald dan dia bisa berlaku seenaknya padaku.

"Bagaimana jika Yessa sudah tahu di mana kamu?"

"Apa?"

"Aku hanya menebak saja, kamu tahu Lala itu menjadi tontonan publik karena ini. Ini berita hangat, pasti kamu akan terekam kamera karena ini." Aku memukul kepalaku tidak menyadarinya.

Lala yang berhenti tampil di layar kaca pasti mengundang sensasi banyak kamera yang ingin menanyakannya. Pantas saja setiap pagi selalu ada beberapa orang yang datang mencarinya.

Aku hanya bisa menghela napas panjang, jika Yessa mencariku, aku yakinkan aku sudah mendapatkan info tentang kejadian kebakaran itu.

"Sudah ya, aku mau jalan-jalan." Setelah itu, malaikat pun menghilang.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Aku sedang mengemil kue di ruang tamu sambil melihat Lala yang sedang menelepon seseorang sambil marah-marah. Aku yakin telepon itu dari siaran televisi yang ingin dia diwawancarai.

Aku lalu menatap Aldo yang ternyata sedang duduk di depanku sambil menatapku bingung.

Pasti ada sesuatu yang ingin dia bicarakan. Dia bahkan menyuruh satpamnya untuk melanjutkan mencuci mobilnya.

"Kamu mau ngomong apa?" tanyaku saat dia terdiam dengan memegang dagunya mengingat sesuatu.

"Sepertinya ini tidak terlalu penting, aku ingat saat berumur sekitar 16 tahun, aku pernah melihat ayahmu dengan seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya, aku hanya melihat mereka saling teriak melempar emosi. Aku bertanya pada beberapa orang kalau kejadian itu sudah beberapa kali terjadi di situ." Aku terdiam, apa perempuan itu sama dengan perempuan yang aku lihat waktu berumur 10 tahun?

Finding Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang