Two Destiny In Same Time (Part 1) *26

97 20 1
                                    

Vanessa terdiam. Pertanyaan yang menjadi boomerang untuk dirinya sendiri ini membuatnya tidak berkutip. Benar, kenapa dia diam saja saat itu. Padahal jika saja dia melakukan hal yang sama pada Thereina saat itu mungkin saat ini ia masih ada disisi mereka. Dan memulai hidup baru. Kenapa? Kenapa dia diam saja saat itu?

Xander mengepalkan tangannya dan terbang menghampiri ibunda nya dan membantu beliau untuk bangkit, "Kau bilang kepada ibuku, kenapa dia diam saja ketika diberi kesempatan hidup lagi. Aku bisa katakan hal yang sama pada mu." Xander menatap tajam pamannya sendiri.

"Kenapa kau tidak menggunakan keinginan mu untuk menghidupkan kembali Thereina? Kenapa kau malah menggunakan keinginanmu untuk meminta kekuatan yang besar? Apa membalas ibuku akan membuat Thereina kembali hidup?" Ketus Xander dengan tatapan tajam.

Alphonse mengepalkan tangannya, "Kau berani bicara tidak sopan pada paman mu sendiri?" Xander tertawa.

"Apa kau pantas disebut P-A-M-A-N?" Xander menatap kesal sosok pria yang terbang dihadapannya ini. Dia tahu kalau dia sudah bersikap tidak sopan. Tetapi, yang dia hadapi sekarang ini bukanlah pamannya, melainkan musuh abadinya. Alasan kenapa dia dipilih menjadi The Chosen People.

Xander teringat dengan kata-kata Thereina yang mengatakan kepadanya bahwa ibunya terlalu baik hati. Sehingga tidak akan sanggup untuk mengalahkannya. Xander mengerti itu karena ibunya terlalu mirip dengan Chalice yang terlalu baik. Thereina juga mengatakan kalau ibunya terlalu lugu dan mudah terpengaruh. Hingga dia tidak mungkin bisa mengalahkan musuh yang satu ini. Terlebih lagi dia adalah kakak iparnya sendiri.

"Melawan ku yang hanya leluhurnya saja dia butuh dua tahun lebih untuk menguatkan diri dan menyadari takdirnya. Kira-kira butuh waktu berapa lama untuknya agar bisa melawan kakak iparnya sendiri?"

Xander menatap Ibundanya yang menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan, entah itu tatapan bangga atau bersedih. Tetapi didalam tatapan itu terdapat rasa bersalah yang tidak bisa dibendung lagi oleh ibunya.

Putra Sulungnya itu tersenyum kepadanya, "Sekarang bunda bisa tenang karena aku yang akan mengurus semuanya. Kali ini aku yang akan melindungi keluarga kita, tenanglah bunda.." Xander melebarkan Crystal Wings nya, melindungi dan menutupi sang ibu.

Vanessa tersenyum pilu, "Kau memang anakku yang hebat. Alexander..."

***

Chalice memasang wajah tidak mengerti dengan yang apa yang terjadi disini. Situasi berubah dengan sangat cepat menjadi sangat tidak menyenangkan. Rasanya baru beberapa detik lalu dia tenang karena lepas dari mimpi buruk. Sekarang mimpi buruk itu menjadi kenyataan didepannya.

"Apa yang terjadi sebenarnya?"

Alexa menghampiri Chalice dan juga Juna, keduanya terdiam ketika kakak perempuan mereka itu menghampiri mereka, "Xander adalah The Chosen People, bukan kau Lice, sekarang kau bisa tenang." Suaranya memang terdengar lembut. Tetapi ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan ketenangan.

Juna mengenggam tangan Alexa, "Kakak, apa yang kau sembunyikan dari kami?" Alexa memalingkan wajahnya tidak berani menjawab pertanyaan Juna. Bahunya menegang, Argetavis-nya yang melihat Alexa begitu tegang pun menjadi ikut tegang.

"Kita harus membawa yang lain menjauh dari sini. Kita harus pergi membawa yang lain ketempat Paman Shiro dan juga yang lain. Ini permintaan dari Xander dan juga Bunda.." Alexa mengalihkan pembicaraan. Dia berbalik dan menghampiri Carine dan juga kedua adiknya.

Chalice yang masih kebingungan menoleh menatap sosok Pegasus bersayap disampingnya. Dia menyentuh kuda terbangnya itu seketika sayapnya kembali muncul dipunggungnya, "Aku harus menamaimu juga bukan? Bagaimana jika Wyn?" Pegasusnya itu langsung menundukkan kepalanya pada Chalice.

A Wings And The DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang