Seorang wanita berjubah mendekati sebuah pohon sambil mengendap-endap. Dia melihat seorang pria berjas hitam duduk dengan santainya didahan pohon tersebut. Dengan cepat dia melompat dan menghampiri pria tersebut.
"Jadi bagaimana?" tanya Wanita itu.
Pria tersebut menaikkan sudut bibirnya, "Semuanya berjalan sesuai rencana kita, aku akan mulai memprovokasinya agar rencana kita cepat selesai." jelas pria itu sambil tersenyum licik menatap pengawal Milainosie Palace yang tidak melihat kehadiran mereka.
"Bagus lah, sebaiknya lakukan itu dengan cepat, aku mulai kelelahan mengendalikan para pemberontak menjijikan itu." cibir sang wanita sebelum akhirnya dia melompat dan menghilang karena teleportasi.
Pria berjas itu menggelengkan kepalanya, "Kau bisa bersantai, karena kita mempunyai tujuan yang sama." ucapnya sambil menatap sebuah liontin berbentuk hati yang jika dibuka terlihat foto seorang wanita bersurai hitam.
"Nona! Aku akan membalas dia!"
***
Vanessa dan Rukil duduk diatas ranting pohon. Malam ini sebenarnya mereka hendak membuat rencana untuk penyerangan besok. Tetapi Vanessa tidak tertarik, karena dia lebih ingin mencari dalang asli dibalik semua ini.
Rukil berada dalam wujud Rubah, Vanessa mengelus-elus kepala Rukil seperti biasanya. Dan Rubah itu hanya diam menikmati elusan sang Ratu. Hingga tiba-tiba Rukil merasakan sesuatu mengarah kepada mereka. Ekornya menangkap sebuah buku yang mengarah kepada kepala Vanessa.
Ketika melihatnya ternyata itu buku The Chosen People. Vanessa dan Rukil memandang kaget buku itu, setahu mereka buku itu menghilang setelah pertarungan Vanessa dengan Thereina. Tapi buku itu tiba-tiba mendatangi mereka.
Vanessa dengan cepat membuka buku tersebut. Dan pada halaman pertama kalimat dengan tulisan kuno tertulis disana. Kalimat itu membuat Vanessa dan Rukil kaget.
Pemilik berikutnya adalah : ********
Vanessa dan Rukil terdiam melihat nama itu. Ini melenceng jauh dari perkiraan mereka. Bahkan diluar dugaan mereka. Mereka tidak menyangka kalau sebenarnya 'dia' The Chosen People berikutnya.
"Ratu." panggil Rukil pada Vanessa.
Vanessa terdiam sebelum akhirnya dia berkata, "Rukil, apa aku benar-benar merubah takdir?" tanya Vanessa dengan wajah datarnya. Rukil terkejut melihat wajah Ratu-nya itu. Wajah yang sudah tidak pernah dia lihat semenjak 17 Tahun terakhir ini.
"Maaf, tapi.. Anda hanya merubah takdir Anda Ratu." Bagai tersambar petir, Vanessa terkejut. Dia tidak menyangka kalau dia hanya merubah garis kehidupannya, ini berarti Takdir The Chosen People yang asli tidak pernah berubah.
"Berarti.. Dia.. Akan.." Tubuh Vanessa lemas seketika dan terjatuh dari atas pohon membuat Rukil kaget dan dengan cepat berubah menjadi wujud Aslinya, Rubah berekor 5. Dan menangkap tubuh Ratu-nya itu dengan cepat.
Ketika dia mendarat di tanah suara dentuman terdengar. Membuat para Raja dan Ratu sontak keluar dan melihat ada apa diluar sana. Mereka terkejut saat melihat Vanessa terkulai lemas diatas tubuh Rukil. Kazuto dengan cepat mendekati gadis itu dan mengendongnya Bridal Style.
Mereka tidak menyadari kalau sedari tadi seseorang memperhatikan mereka dengan tatapan marah.
"Akan aku rebut! Semua milikmu!"
***
Satu minggu, Sudah Satu Minggu mereka berada di Milainosie Palace. Dan mereka tidak mendapat kabar apapun dari medan perang. Ini membuat mereka semakin khawatir dan kesal. Sampai kapan mereka harus berada disini? Kenapa orang tua mereka tak kunjung kembali? Sungguh pertanyaan itu berputar-putar dalam kepala mereka seolah-olah mengatakan kepada mereka untuk panik agar segera mendapat kabar dari medan perang.
Tapi dengan yakin Reva, Revi, dan Yukina mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Walaupun mereka sendiri khawatir.
Chalice sedikit tidak peduli dengan hal itu mengingat dia dan kakak-kakaknya sudah sering ditinggal sendirian di Whilens Palace. Tapi dia bersikap biasa saja dan sekarang tengah berjalan-jalan di lorong istana di ikuti tiga pengawal dibelakangnya. Pengawal yang menjaga Chalice ini khusus penjaga Whilens Palace, hal ini dikarenakan prajurit Whilens lebih mengenal Putri yang suka tiba-tiba kabur ini. Dan setiap saat selalu memberitahu Chalice untuk tidak kabur, membuat gadis itu jengkel.
Chalice sedang dalam mood yang buruk hari ini. Sudah tiga hari dia merasa di ganggu oleh sesuatu tetapi dia tidak tahu apa yang mengganggunya. Dan ini membuatnya kesal, bahkan mimpinya yang selalu Indah kini menjadi sama buruknya dengan sesuatu yang mengganggunya. Hari ini dia ingin mengatakan ini pada Juna. Dia benar-benar sudah tidak tahan.
Dia membuka kamar Kakak-kakaknya. Dan terkejut saat melihat kakak-kakaknya sedang membentangkan sayap mereka. Dengan cepat Chalice masuk dan mengunci pintu.
"Apa ini? Kakak bilang jangan sampai siapapun tahu kalau kita memiliki Wings? Tapi kakak membentangkan sayap?" seru Chalice pada Xander. Kelima kakaknya ada di sini berkumpul dengan semua sayap mereka yang terbuka.
Devano menepuk dahinya, "Lice, ada saatnya dimana Sayap kita akan keluar dengan sendirinya tanpa keinginan kita, jadi kami harus tetap bersembunyi sampai sayap ini menghilang dengan sendirinya." jelas Devano sambil menunjuk Sun Wings-nya yang bersinar di ruangan ini.
Chalice menghela nafas, Xander menghampiri adik bungsunya itu dan menepuk bahunya, "Jadi? Apa ada yang salah?" tanya Xander. Chalice terdiam sejenak, tadinya dia hanya ingin memberitahu Juna saja. Tapi jika sudah seperti ini apa boleh buat.
"Sebenarnya kakak." ucap Chalice terlihat ragu.
"Beberapa hari ini aku merasa tidak nyaman, aku merasa di ikuti dan diganggu, lalu sudah tiga hari aku selalu mimpi buruk, ini membuat ku kesal." keluh Chalice pada Xander. Ke empat kakaknya yang lain saling bertatapan. Xander terdiam mendengar ucapan Chalice.
Xander menatap ke empat adiknya mereka seperti mendiskusikan sesuatu, sampai Xander mengangguk.
"Lice, sebenarnya, kami semua juga mengalami hal itu saat Wings hendak bangkit."
Deg! Dada Chalice terasa seperti di remas ketika Xander mengatakan hal itu. Dia memegangi dadanya dan merintih pelan. Xander yang panik sontak mendekap Chalice, Alexa dengan segera mendekati Chalice dan mengambil gadis itu dari dekapan Xander. Lalu memeluk gadis itu. Sayap Alexa berkibas pelan dan mengeluarkan serbuk-serbuk ke emasan yang langsung menempel pada tubuh Chalice.
Seketika Chalice mulai merasa kalau rasa sakit itu perlahan menghilang. Dengan tubuh gemetar, dia langsung memeluk erat Alexa. Ketakutan dan keterkejutan menyatu dalam perasaannya.
Juna dan Veryo saling menatap. Mereka melihat sesuatu, yang tidak dilihat oleh Yang lain ketika Chalice merintih kesakitan. Aura putih mengelilingi Chalice. Sampai Alexa menahan rasa sakit itu dengan kemampuan penyembuhan Fairy Wings.
*
*
*
*
*
*Bersambung..
Info sejenak :
Jadi aku tadi publish work baru, bagi kalian yang suka kisah Cinta zaman kerajaan eropa kalian bisa cek work baru aku judul ceritanya..
The Truth : Envious
KAMU SEDANG MEMBACA
A Wings And The Destiny
FantasiKehidupan ku yang sempurna musnah seketika saat aku diberitahukan kebenaran ini oleh Ayahku! Kebenaran bahwa sebenarnya hidupku tidak akan senang seperti biasanya lagi. Tidak akan tenang dan damai seperti dulu lagi! Tidak akan sempurna seperti dulu...