Happy Malam Mingguan Readers ><
***
"Kak? Juna?"
Chalice benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang ini. Kakak kesayangannya benar-benar ada dihadapannya. Kakak yang dia pikir akan menjauhinya kini ada dihadapannya.
"Aku pasti bermimpi.." Chalice menggelengkan kepalanya.
"Kak Dev, sebaiknya aku kembali ke kamar ku, aku sepertinya mulai berkhayal lagi.." Chalice menoleh menatap Devano dan Veryo yang menatap tidak percaya seseorang yang dibawa oleh Xander dan Alexa.
"Jika yang kau maksud kau berkhayal Juna keluar dari kamarnya maka aku juga.." Ucap Devano sambil mengerjapkan matanya.
Veryo menghela nafas lelah mendengar ucapan kembarannya itu, kemudian berjalan mendekati Juna, "Aku yakin kau merindukan Chalice bukan? Kau tidak ingin memeluknya?" Bisik Veryo pada Juna. Juna ingin, dia ingin memeluk adik kecilnya yang dia rindukan tapi..
"Kakak juga pernah berada di posisi mu. Ketakutan, tapi kau tidak perlu khawatir, kau hanya harus percaya kau lebih kuat daripada sayap mu.." Bisik Veryo seolah-olah tahu mengapa Juna takut untuk mendekati Chalice.
Veryo menatap Xander, Xander tersenyum pada Veryo seolah setuju kalau Juna harus melepaskan rindunya pada Chalice. Juna menatap Alexa, gadis itu tersenyum. Bagi Alexa kebahagian seluruh anggota keluarga sangat penting untuknya karena dia juga ikut bahagia karna itu. Jika Juna bahagia bisa bertemu Chalice tanpa rasa takut lagi maka Alexa pun ikut senang.
Tanpa pikir panjang Juna langsung mendekati Chalice, gadis itu masih terpaku di tempatnya. Gadis itu bahkan tidak sadar kalau Juna sudah dihadapannya sekarang ini.
"Chalice.." Juna merentangkan kedua tangannya.
Air mata Chalice jatuh.
"Kakak!" Saat itu Juga Chalice langsung memeluk Juna. Rasanya benar-benar senang Juna ada di sini. Dia menangis dalam pelukan Juna. Katakan lah Chalice cengeng dan emosional, tapi dia benar-benar sangat merindukan kakaknya yang satu ini. Sebanyak apapun kakaknya hanya Juna yang benar-benar mengerti dan selalu bisa bersamanya.
"Maaf Lice, kakak menjauhi mu selama ini.."
"Iya kakak memang jahat! Aku tidak akan memaafkan kakak!" Isak Chalice dalam pelukan sang kakak.
Xander mendekati Devano yang terpaku melihat apa yang terjadi di depannya, "Devano berhenti menatap mereka seperti itu.." Xander menyadarkan Devano yang tidak berhenti menatap kedua adiknya itu.
"Ka-kakak yakin?"
Xander mengangguk, "Juna harus belajar untuk mengetahui apa yang dia takutkan mungkin akan membuat dia semakin kuat.." Xander menunjuk kebelakang Devano, sontak membuat adiknya itu menoleh menatap kedua orang tua mereka yang bersembunyi di balik tiang. Vanessa mengacungkan jempolnya pada Xander.
"Aku tidak perlu khawatir kalau begitu, benarkan kak?" Davano menaikkan sudut bibirnya lalu menatap kembali Chalice dan Juna. Terkadang Devano terpikir bagaimana jika suatu hari nanti Chalice malah ingin menikah dengan Juna saja? Itu jelas akan membuat repot seluruh keluarga.
Vanessa dan Kazuto menatap putra mereka. Dari kejauhan, mereka sudah kembali ke istana satu jam yang lalu dan melihat Xander mempertemukan Juna dan Chalice. Awalnya mereka hendak menghalangi tapi ketika melihat Juna sepertinya senang bertemu Chalice, Vanessa mengurungkan niatnya.
Keduanya memutuskan untuk tidak menganggu dan pergi ke tempat lain, "Jadi? Kau sudah siap memberikan tahta mu pada Xander?" Vanessa tersenyum sambil menatap suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Wings And The Destiny
Viễn tưởngKehidupan ku yang sempurna musnah seketika saat aku diberitahukan kebenaran ini oleh Ayahku! Kebenaran bahwa sebenarnya hidupku tidak akan senang seperti biasanya lagi. Tidak akan tenang dan damai seperti dulu lagi! Tidak akan sempurna seperti dulu...