Confuse and Strange * 13

410 34 1
                                    

Sudah Dua Hari mereka di tinggal di Milainosie Palace. Dan sudah dua hari mereka tidak mendapat kabar apapun dari orang tua mereka. Cemas, dan bingung menyelimuti mereka. Tapi mungkin mereka sedikit berlebihan mengingat mereka baru di tinggal dua hari saja.

Kali ini Milainosie Palace diberi pengecualian oleh Shiro. Para pengawal akan berpatroli setiap malam di dalam dan luar istana. Lalu pelayan di datangkan untuk menyiapkan kebutuhan para Pangeran dan Putri. Dan setiap dari pangeran dan Putri akan dikawal oleh seorang pengawal setiap keluar dari kamar. Benar-benar penjagaan ketat.

Keadaan Xander bersaudara kembali seperti semula. Mereka menjadi diri mereka sendiri. Mungkin karena mereka merasa kalau orang-orang curiga sesuatu terjadi pada mereka karena diam saja, tidak biasanya, apa lagi Chalice yang terkenal tidak bisa diam menjadi sangat diam.

Seperti biasa Xander duduk dibawah pohon sambil memperhatikan adik-adiknya bermain. Juna seperti biasa mengobrol dengan Carlos, lalu Devano dan Veryo, membantu Edgar mengawasi adik kembarnya yang tidak bisa diam. Chalice? Berkumpul dengan Angel, Venara, dan Valerie. Alexa? Diatas dahan pohon mengobrol dengan Carine.

Yukina, Revi, dan Reva, pergi menemui kepala pelayan yang akan melayani mereka disini selama orang tua mereka berperang. Katanya mereka ingin melakukan sesuatu dan membutuhkan bantuan kepala pelayan. Yah itu bukan masalah.

Xander masih memikirkan apa yang terjadi malam itu. Saat bundanya bertanya apakah dia takut kalau dia menjadi seorang The Chosen People. Sebenarnya bukan itu yang dia takutkan, dia takut harus menerima kenyataan kalau hidup mereka akan berubah drastis. Dan dia menyadari hal itu sekarang, dengan mereka mengetahui kisah masa lalu bunda mereka, saat itu kehidupan mereka sudah berubah.

Dia menghela nafas kemudian bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Apa Chalice benar-benar The Chosen People? Karena diantara mereka tinggal Chalice saja yang belum membangkitkan Wings. Dia yakin Chalice akan memiliki Angel Wings, tapi dia tidak yakin kalau Chalice The Chosen People. Dia tidak bisa percaya kalau adiknya memiliki takdir seperti itu. Menyakitkan, menyedihkan.

"Tidak mungkin dia kan.."

***

Sementara itu di Perbatasan Airoline Kingdom.

Shiro memisah para Raja dan Ratu menjadi dua bagian, Shiro, Chuzi, Kazuto, Vanessa, Yukizu, dan Deana, pergi ke Airoline Kingdom. Sementara Kuro, Sarah, William, Rin, Naoto, dan Falia menuju Elf Kingdom. Memang sangat merepotkan mereka menyerang dua wilayah sekaligus, tapi mau bagaimana lagi. Pemberontak memang menyusahkan, terlebih lagi mereka mengendalikan Monsmy tingkat King.

Saat ini Shiro dan Kazuto sibuk melawan pimpinan pemberontak. Sementara itu Yukizu menghabisi para pemberontak yang mengendalikan para Monsmy. Deana berada di pasukan belakang karena dia bisa menggunakan sihir pemyembuh. Dimana Vanessa dan Chuzi? Mereka duduk memperhatikan dari atas dahan pohon. 

Sudah hari kedua sejak para pemberontak menyerang, dan Vanessa masih diam aja tidak tertarik untuk membantu. Selama ini dia juga sering ikut dengan Kazuto dalam setiap perang, dan jika itu tidak menarik untuknya dia akan bersantai-santai saja seperti sekarang. Yah walaupun penyerangan hari kedua ini lebih brutal dari yang kemarin.

"Bisakah kalian bantu aku?" seru Yukizu yang terlihat kebingungan karena sedikit terkepung.

Vanessa hanya diam dan menatap dengan acuh, "Kau seorang Raja bukan? kau pasti bisa melawan mereka sendiri.." Yang menjawab itu Chuzi. Yukizu melompat menghindari kepungan, lalu mendarat dibawah Chuzi dan Vanessa. "Ayolah bantu aku!" ucap Yukizu lagi,  "Kau dibantu oleh prajurit kerajaan Kak Yuki, apa masih kurang?" seru Vanessa tidak tertarik untuk membantu sama sekali.  Mereka memang tidak sendiri, mereka bersama pasukan Divisi satu dan empat Airoline Kingdom. Tapi ayolah!

Shiro menyadari kalau Vanessa dan Chuzi hanya bersantai-santai, seketika dia langsung berteriak, "Kalian mau turun sendiri atau harus aku tarik!?" Teriak Shiro pada Vanessa dan Chuzi. Dengan terpaksa mereka harus ikut turun. 

Vanessa memunculkan Demon Wings. Aura yang dikeluarkan Demon Wings membuat Para nsmy tunduk pada Vanessa seketika. Aura itu melepas mantra pengikat yang ada pada Monsmy. Mata Vanessa berubah menjadi hitam sepenuhnya, dia mengucapkan sesuatu.

"Tunduklah padaku," 

Seketika itu juga Para Monsmy tingkat King itu langsung menyerang balik para Perompak. Pimpinan perompak langsung mundur.

"Kenapa kau tidak lakukan itu dari tadi!?" seru Yukizu dan Kazuto pada Vanessa, Vanessa hanya diam acuh. 

***

Chalice bosan.

Tidak ada yang bisa dia lakukan selama orang tuanya pergi. Entah kenapa ini semakin membosankan mengingat dia bahkan tidak bisa pergi kemana pun tanpa di awasi. Terlintas dibenaknya untuk terbang. Tapi dia tidak bisa melakukan itu karena dia bahkan belum membangkitkan sayapnya.

Dia menghampiri Xander yang sedang bersantai dibawah pohon. Dia membangunkan kakak sulung-nya yang sedang tidur itu.

"Kakak!" Chalice menepuk bahu Xander, membuat kakak sulung-nya itu langsung membuka matanya.

"Kakak bawa aku terbang.." Xander kaget dengan permintaan Chalice. Alexa yang berada di atas Xander bahkan bisa mendengarnya, dia menatap Carine yang sepertinya tidak mendengar ucapan Chalice. Dia menghela nafas lega.

Xander menghela nafas pelan, dia membawa Chalice menjauh dari Alexa dan Carine, sebelum menjawab ucapan Chalice, "Tidak bisa Lice, kita tidak bisa melakukan itu, kita harus tetap menyembunyikannya.." ucap Xander. Chalice memajukan bibirnya kesal.

"Apa kita tetap tidak boleh melakukannya walau dengan Kak Veryo?" tanya Chalice lagi, Chalice tahu kemampuan sayap Veryo bisa membuat mereka tidak terlihat.

Chalice menatap Xander dengan tatapan memohon, dia benar-benar ingin terbang sekarang ini. Ayolah, tolong kabulkan keinginannya yang satu ini saja. Dia tidak pernah meminta sesuatu yang merepotkan pada Xander, jadi untuk kali ini saja.

Xander menghela nafasnya, "Tidak kali ini Lice, bunda meminta kita merahasiakan ini dari yang lain." mendengar jawaban Xander, Chalice memajukan bibirnya kesal.

"Kakak janji, lain kali kita akan terbang bersama, setelah kau memiliki sayap sendiri.." sambung Xander lagi sambil mengacak-acak rambut Chalice.

Chalice terdiam seketika, hal itu cukup sensitif untuknya, "Kak, apa kakak yakin, aku akan memiliki sayap sendiri?" pertanyaan itu membuat binggung Xander. Chalice menatap Xander yang melihatnya dengan wajah sedih, apa maksudnya itu?

"Sejujurnya, lebih baik kau tidak memilikinya Chalice."

Jleb!

Sungguh itu membuat sakit hati Chalice, dia bingung harus bereaksi seperti apa. Entah senang atau sedih mendengar ucapan sang kakak.

Dari kejauhan seorang pria terus menatap keduanya sambil tersenyum miring. Dia membenarkan posisi kaca mata yang dia kenakan, lalu menyisir rambut hitamnya sendiri kebelakang dengan tangan kirinya.

"Kira-kira, siapa yang akan mendapatkannya.." gumam pria itu.

*
*
*
*
*
*
*

Bersambung...

Ada Yang mau nebak dari ke enam anak Vanessa siapa yang The Chosen People? 😁

A Wings And The DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang