Eyes That Full Of Obsession*29

117 18 1
                                    

Vanessa terdiam menatap Cordelia iba. Dia tidak tahu detail kisah kehidupan Cordelia, dia bahkan tidak memikirkannya. Karena dia pikir dia harus hidup dengan senang demi nyawa yang diberikan oleh Thereina kepadanya. Karena itu adalah kata terakhir yang Thereina ucapkan kepadanya.

Dia tidak pernah membayangkan, kebahagiaannya berada diatas penderitaan orang lain.

Apa aku masih berhak untuk hidup?

Aku menghancurkan hidupnya.

Tapi kenapa aku merasa ini bukan salah ku.

Menatap ekspresi kebingungan disela ekspresi iba ibundanya, Xander sadar bahwa semua yang dikatakan oleh Mike dan Thereina tentang ibunya itu benar.

"Vanessa itu terlalu naif. Untuk seorang yang dipilih sebagai The Chosen People, dia terlalu naif, sehingga jika ada yang menyalahkannya dia pasti akan berfikir bahwa itu memang salahnya."

Xander menatap ayahnya yang berada disamping Cordelia. Ayahnya tidak mungkin melakukan hal ini. Ayahnya adalah Raja yang kuat dan sangat menyayangi bundanya. Tidak mungkin ayahnya menghianati ibunya. Cinta diantara mereka terlalu kuat untuk dipisahkan, perasaan keduanya terlalu terikat, bahkan dia yang anaknya dapat melihat hal itu.

"Berarti hanya ada satu penyebab..."

"Ayah! Lihatlah dengan benar, siapa yang berdiri disamping ayah sekarang! Apa dia adalah bunda? Ayah pasti bisa mengenali bunda bukan!? Ayah bahkan berdansa dengan bunda ketika bunda menyamar selama 2 tahun! Ayah buka mata ayah!" Xander berteriak.

Vanessa menatap Kazuto, dia tahu Kazuto dikendalikan oleh Cordelia. Tapi apapun yang terjadi takdir adalah takdir. Tidak akan bisa berubah. Vanessa meneteskan air matanya. Sungguh, biarkan kali ini dia egois.

Melihat air mata Vanessa, Kazuto yang awalnya tidak bereaksi pada ucapan Xander, kini matanya terlihat bergetar. Xander menghela nafas lega. Benar, ayahnya tidak mungkin menghianati bundanya.

"Lihat dimana musuhmu!" Alphonse yang menyadari reaksi Kazuto langsung melancarkan serangan pada Vanessa.

Bum!

Tinju energi gelap Alphonse dihalangi oleh Xander, "Lawan mu adalah aku!"

Xander membalas dengan melepaskan kristal-kristal tajam pada Alphonse. Vanessa terkejut dengan reaksi cepat Xander, "Bunda, tolong bawa kembali ayah. Biar aku yang melawannya.." Xander tersenyum lalu dengan cepat melesat menyerang Alphonse. Vanessa tahu saat itu juga, bahwa putranya masih menaruh harapan. Harapan agar masa depan akan berubah.

Vanessa memasukkan kembali sayapnya. Dia berjalan menghampiri Kazuto sambil tersenyum. Cordelia menatap Vanessa jengkel.

"Apa yang bisa kau lakukan!? Kazuto sekarang adalah milikku! Milikku! Menjauh sebelum aku serang anakmu!" Cordelia menyiapkan serangan kearah Xander. Lebih tepatnya kearah bagian punggung sayap Xander. Vanessa sontak langsung berhenti bergerak.

"Kau bilang kau hanya akan mendengarkan perkataan ku saja. Kau bilang kau hanya akan berada disampingku selamanya. Kau bilang kau hanya akan melihatku saja seumur hidupmu. Tapi bagaimana sekarang? Apa sekarang kau akan tetap menjaga ucapan mu itu?" Vanessa berkata pilu.

"Jangan ajarkan calon Raja masa depan kita, cara untuk melanggar janjinya." Sambungnya pilu.

Cordelia yang jengkel langsung melepaskan serangan yang tadinya akan dia lepaskan pada Xander, kepada Vanessa tanpa ampun. Vanessa yang tidak sempat menghindar atau menahan langsung terbanting kebelakang hingga menabrak pohon lagi. Rukil yang terkejut langsung hendak menghampiri Vanessa tetapi sebuah shield muncul mengelilinginya.

A Wings And The DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang