Lakukan apa yang diinginkan hati, tapi ingat semua tindakan ada konsekuensi
.
.
.
.
.Suara helaan napas lega dari seluruh penghuni kelas terdengar kompak setelah dosen mereka selesai mengajar. Perut yang sudah bergemuruh menuntut mereka untuk segera menuju kantin termasuk Zeya.
Sampai di kantin Zeya duduk berhadapan dengan Somi dan Sadam. Somi memang sedang pendekatan dengan juniornya itu jadi Zeya harus terbiasa jika setiap jam istirahat akan ada Sadam diantara dirinya dengan Somi.
"Ji, duduk disana yuk." Rendi menarik tangan Panji untuk duduk di kursi yang bersebelahan dengan meja Zeya.
Rendi memberi kode sikutan lembut di lengan Panji agar menyapa Zeya, tapi Panji lebih memilih diam menikmati minumannya. Hal itu membuat Rendi sedikit emosi. "Tsundere," geramnya.
"Hai, kak Zeya," sapa Echan.
"Hai Chan," balas Zeya.
"Ji, sapa dong tuh ntar diambil orang lo," ledek Echan seraya memainkan kedua alisnya.
"Jangan berulah Chan!" deep voice dan tatapan Panji membuat Echan diam dalam sekejap.
Netra Panji memicing karena melihat seseorang yang entah sejak kapan ia anggap sebagai rivalnya yaitu Teddy.
"Sayang."
Zeya terkejut mendapat belaian lembut di puncak kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Teddy yang berani melakukan itu.Seketika Somi ikut merasa tidak nyaman, ia menoleh ke arah Panji lalu kembali menatap Zeya.
Rendi melihat wajah Panji yang sudah mengeras di bagian rahangnya. Ia faham meski Panji dan Zeya terikat pernikahan tanpa perasaan, tapi sepertinya Panji sudah mulai cemburu.
"Eh hai." Zeya tersenyum kikuk dan menghentikan kegiatan makannya. Bagaimana tidak kikuk, Panji sedang menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Teddy memposisikan dirinya duduk di samping Zeya. Ia tatap lembut wajah Zeya hingga menimbulkan komentar-komentar gemas dari atensi lain. Mereka adalah pasangan yang selalu dielu-elukan di kampus.
"Kenapa setiap malam hp kamu mati hm?" tanya Teddy."Lowbat Ted," jawab Zeya.
Teddy menggenggam kedua lengan Zeya dengan tatapan sendunya dan itu membuat Zeya sedikit tidak nyaman.
"Tumben biasanya kamu nggak gitu. Biasanya kita vc an sampe berjam-jam biasanya kamu nyuruh aku nyanyiin sampe kamu pules. Lagi ada masalah?"Zeya melirik sepintas ke arah Panji yang sedang menenggak air mineralnya lalu kembali menatap Teddy.
"Eh itu nggak ada apa-apa kok." Zeya perlahan melepaskan genggaman Teddy.
"Kita kan udah mulai sibuk skripsi, aku nggak mau ganggu tidur kamu. Nanti kalau ipk kamu turun gimana?""Kamu bangga nggak punya pacar ipknya tinggi?"
Teddy kenapa si random banget nanyanya.
"Bangga.""Coba aku mau denger pujian kamu kayak biasanya," pinta Teddy. Logatnya sedikit dimanjakan.
"Buset Teddy lo nggak malu sama jabatan? Manja banget," sambar Somi.
"Bubunya aku keren," puji Zeya lalu tersenyum kaku sambil mengusap pucuk kepala Teddy. Zeya pasrah jika Panji nanti marah karena tindakannya saat ini.
"Nanti malam aku telepon, nurut ya sama aku." Kemudian Teddy kembali mengusap puncak kepala Zeya.
Brakk
"Astaga jantung gue!" umpat Echan yang terkejut karena Panji meletakan botol minumnya di meja dengan suara yang cukup keras. Kemudian Panji bergegas pergi meninggalkan kantin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)
FanfictionHanya karena insiden kecil saat dirinya menjadi panitia Ospek, Zeya terpaksa harus menikah dengan Panji adik tingkat yang baru saja ia kenal selama dua hari. "Lo cuma butuh waktu buat nerima gue dan lepasin Teddy secara baik-baik, gue bakal tungg...