4💚

187 17 0
                                    

Musuh yang sebenarnya harus dilawan adalah keegoisan dalam diri kita sendiri
.
.
.
.
.

Selesai melaksanakan ospek tadi siang, sore ini seluruh panitia dan maba di persilakan untuk beristirahat.

Somi dan Zeya duduk di teras villa. Dua gadis itu hanya sibuk menikmati camilan sambil sesekali meregangkan tubuhnya karena lelah.

Di depan sana banyak maba yang sedang asik berswafoto, bercanda sambil berlarian.

"Kenapa si lo bengong aja?" tanya Somi untuk memecahkan kesunyian diantara mereka.
Zeya memang tipikal orang yang tak banyak bicara jika tidak penting, tapi sebagai sahabat Somi tau diamnya Zeya saat ada dan tidak ada masalah.

"Nggak apa-apa Som cuma capek aja," jawab Zeya.
Gadis itu sibuk membuka semua akun sosial medianya.

"Eh Zey gue dapet id line maba dong, lo mau kenalan nggak? Cuma buat jadi temen." Somi dengan bangganya menunjukan chat dia dengan si maba.

Zeya terlihat tak perduli padahal Somi hanya ingin mencairkan suasana.
"Zeya ih," rengek Somi.

Zeya merotasikan matanya malas.
"Gue nggak tertarik sama cowok yang lebih muda Som, lo tau kan? Minimal seumuran lah sama gue."

"Ck, iya deh iya," dengus Somi.

Gagal mencairkan suasana, Somi memilih kembali sibuk bermain ponsel sedangkan Zeya mulai memperhatikan para maba yang sedang asik menikmati pemandangan. Seseorang di ujung sana yang hanya diam saja padahal di sampingnya ada teman yang asik bercanda sampai terjungkal.

Panji, Zeya tersenyum simpul melihatnya.

Si Zeya nggak lagi kesambet kan?
Somi masih memperhatikan ekspresi sahabatnya yang sempat tersenyum samar. Akhirnya Somi berinisiatif untuk pergi, membiarkan Zeya menikmati kesendiriannya.
"Ya udah gue pergi dulu deh, dadah Zeya.
Jangan bengong Zey ntar kesambet," ucap Somi seraya melambaikan tangannya.

"Iya iya udah sana," titah Zeya. Entah kenapa pipinya kembali memanas mengingat kejadian di bus saat dirinya terjatuh di pangkuan Panji.
Panji memiliki aroma tubuh yang segar dan lembut. Lagi-lagi Zeya tersenyum sambil memegang kedua pipinya saat wajah Panji terlintas dalam benaknya. Cepat-cepat Zeya menyadarkan diri dari semua itu.
Astaagaaa gue nggak mungkin suka sama cowok yang baru lulus sekolah kan?

Tanpa disadari satu atensi di depan sana ikut tersenyum melihat tingkah laku Zeya saat ini.
Long time no see Kak Zeya.










💚💚💚

Sudah terlalu lama menghabiskan waktu di teras. Untuk menghapus penatnya Zeya akhirnya memilih untuk menikmati pemandangan di sekitar villa.

Ia telusuri jalan setapak menuju taman bunga. Kedua lengannya fokus memegang ponsel untuk mengabadikan bunga-bunga yang bermekaran. Sesekali ia juga melakukan selca dengan gaya-gaya lucu.

Kalau bukan diri sendiri siapa lagi yang bisa membuat hati bahagia? Karena orang lain tak selamanya ada di samping kita sekalipun itu adalah orang-orang terdekat.

Dari kejauhan Zeya melihat ada dua orang maba yang sedang duduk di atas bongkahan kayu. Diam-diam Zeya mendekati mereka.

Itu Panji bukan sih? Zeya memicingkan matanya untuk memastikan penglihatannya tidak salah.

"Udah Ji lo bilang aja ke panitia kalau lagi cedera," ucap Rendi sambil menenangkan Panji yang sedang meringis kesakitan.
"Kaki lo masih bengkak tuh."

"Santai, gue nggak kenapa-kenapa kok," ucap Panji sambil memijit pelan kakinya.

"Lo masih teraphy kan? Berapa lama?"

Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang