37💚

144 9 0
                                    

Flashback

Seperti biasa jika tidak sibuk dengan jadwal kuliahnya, Jefran akan berkunjung ke Cafe yang ia dirikan bersama Malvin sahabatnya.

Bukan sekedar berkunjung, Jefran juga sering menjadi barista atau pelayan untuk membantu para karyawan Cafe tersebut.

"Jef." Jefran yang sedang membersihkan meja menoleh ke arah belakang, dimana Malvin sudah terlihat gugup sambil memegang ponselnya

"Kenapa Vin?"

"Gue mau kasih tau sesuatu, tapi lo jangan langsung marah ya."

"Hmm oke." Jefran berdiri menghadap Malvin yang sedang membuka layar ponselnya kemudian Malvin menyodorkan ponselnya itu pada Jefran.
"Ini Panji suaminya Kak Zeya bukan?"

Dahi Jefran mengernyit memperhatikan foto Panji dan Alin di ponsel Malvin.

"Kemarin dia kesini berdua sama cewek, udah gue kirim juga ke Kak Zeya fotonya, tapi Kak Zeya nggak bales chat gue."

"Iya ini Panji kakak ipar gue, tapi gue nggak tau cewek yang sama dia siapa. Ntar gue cari tau, selain foto ada lagi yang mencurigakan nggak Vin waktu mereka kesini?"

"Ceweknya manggil suami Kak Zeya dengan sebutan sayang," jawab Malvin.

"Hm oke." Hanya itu jawaban Jefran. Kemudian ia lanjutkan lagi pekerjaannya.

_____

Setelah mengetahui perihal Panji dengan gadis lain, Jefran sebenarnya penasaran, tapi ia tak mau gegabah apalagi sampai mencampuri urusan rumah tangga kakaknya kecuali jika Zeya sendiri yang bicara.

Jefran sempat menyaksikan keributan antara Panji dan Teddy di kantin, ia melihat sang kakak menarik suami dan mantan pacarnya itu ke ruang kesehatan.

Tak ada niat membantu, Jefran hanya berdiri di luar ruang kesehatan sambil menunggu ada apa sebenarnya diantara mereka.

Tak lama kemudian ada seorang mahasiswi yang tergesa-gesa menuju ruang kesehatan tersebut. Jefran mengenali wajah mahasiswi itu dari foto yang pernah Malvin tunjukan. Setelahnya tak ada hal yang bisa di dengar oleh Jefran karena pintu ruang kesehatan di tutup kembali.

Jefran memutuskan untuk bersembunyi di balik pilar. Benar saja, pintu ruang kesehatan kembali di buka. Zeya dan Somi keluar dari sana dengan raut wajah kesal. Tak lama Panjipun keluar dari ruang kesehatan.

Lama tak ada lagi yang keluar lagi, Panji memberanikan diri untuk masuk.

Mahasiswi yang Jefran lihat terakhir masuk tadi kini sedang duduk di tepi tempat tidur kedua, terlihat jelas raut emosi di wajahnya.

Jefran berdehem pelan sambil melewatinya. Ia ambil gulungan perban di lemari dekat meja perawat. Sesekali matanya melirik punggung si mahasiswi, kedua tangan mahasiswi tersebut sudah mengepal.

Mahasiswi tersebut mengeluarkan ponselnya yang bergetar dari dalam saku.

"Hallo kak."

Jefran menoleh, kemudian ia alihkan lagi pandangannya karena si mahasiswi ternyata sedang melakukan panggilan video. Dahi Jefran mengernyit, senyum sinisnya terbentuk sempurna.
Adiknya dia ternyata.

Setelah mendengar panggilan video di matikan, Jefran mencoba untuk menyapanya.

"Ehem, boleh minta tolong."

Si mahasiswi menoleh ke belakang kemudian mengangguk.
"Mau minta tolong apa kak?"

"Tolong gunting sama iketin ini,"
titah Jefran.

Si mahasiswi mendekat, ia mulai menggunting lalu mengikat perban yang sudah Jefran pasang di jarinya. Hanya pura-pura, sebenarnya jari Jefran tidak luka.

Jefran memperhatikan gadis yang kini tepat berada di hadapannya dari ujung kaki sampai kepala.
"Nama lo siapa?"

"Alin, Sastra," jawab Alin yang sedang menyimpulkan ikatan terakhir perban Jefran.

"Oo Alin. Tadi kakak lo yang vcall?"

"Hmm," jawab Alin sambil menganggukan kepala.
"Udah selesai kan? Saya pamit ya Kak."

"Iya silakan. Makasih udah bantuin gue," ucap Jefran. Setelahnya Alin segera meninggalkan ruang kesehatan.

Jefran melepaskan kembali perban di jarinya kemudian ia lipat kedua tangannya di dada seraya berdecih pelan.
"Dari luar kelihatan bagus, tapi buah pasti jatuh nggak jauh dari pohon atau saudaranya," desis Jefran.


_____

Jefran bahkan masih tetap diam ketika Panji datang ke club. Ia memilih untuk merawat Bangchan yang terluka setelah di pukul Jisung.

Meski Somi dan Sadam setia menutupi, Jefran tak kehabisan akal. Ia mengikuti Sadam sampai apartmennya.

"Dam."

Sadam terkejut saat menoleh ke belakang, ia melihat Jefran yang baru saja turun dari mobilnya.

"Ma-mau ngapain lo Jef ngikutin gue kesini?" tanya Sadam dengan sedikit gugup.

Jefran bersandar pada pintu mobil sambil memainkan ponselnya.
"Lo tau nggak kalau Somi tergila-gila sama gue?"

Sadam tidak mabuk, ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Jefran barusan. Kemudian Sadam mendekati Jefran.
"Maksud lo apaan?"

"Lo mau jujur soal masalah kakak gue atau lo mau kehilangan Somi? Sekali gue ajak kencan, saat ini juga lo pasti langsung di putusin," desis Jefran yang di layar ponselnya sudah tertera nama Somi.

Sadam mendadak panik, Jefran membuatnya emosi, tapi ini bukan saatnya untuk berkelahi.
"Apa yang mau lo tanyain soal Kak Zeya?"

"Jelasin ada apa sebenarnya antara Kakak gue sama Panji?"

Daripada kehilangan Somi, akhirnya Sadam menceritakan tentang semua masalah yang Zeya dengan Panji hadapi. Setelah mendengar itu Jefran bergegas pergi dari hadapan Sadam.

Jefran pulang dan sudah bersiap jika kejadian di masa lalu terulang lagi. Jefran akan melindungi kakaknya dari siapapun termasuk Alin dan kakak laki-lakinya.

Flashback Off

Flashback Off

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung

Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang