I smile if you smile
.
.
.
.
.Embusan angin malam menerpa helaian rambut hitam seorang istri yang sedang duduk nyaman di balkon apartmennya. Sesekali ia mengetik skripsi di laptop lalu berhenti lagi karena pikirannya selalu bercabang.
"Lo pikir gue nggak lihat waktu di bus lo jatoh di pangkuan Panji, lo tau nggak muka dia tuh merah banget kikuk gitu waktu lo pergi gitu aja."
"Waktu jalan menuju villa Panji tiba-tiba aja pindah ke belakang temennya tepat di depan lo biar badan tinggi dia bisa ngelindungin lo dari sorot sinar matahari."
"Kalau bukan cinta apa namanya Zey, kalau dia nggak suka sama lo nggak mungkin dia ngelakuin semua itu nggak mungkin juga dia nolak buat pisah."
"Coba lo ikutin dulu alurnya, tapi jangan pakai perasaan yang terlalu dalam biar nggak terlalu sakit. Cara jatuh cinta lo sama dia beda Zey, ya lo tau sendiri kan umur dia aja belum dua puluh tahun."
Alih-alih memikirkan semua perkataan Somi, Zeya lebih memilih melanjutkan skripsinya lagi.
Serin dan Teddy gandengan tangan?
Zeya kembali menghentikan kegiatannya saat bayang-bayang Serin dan Teddy mendadak terlintas dalam benaknya.
"Aaarhh." Zeya mengerang kesal seraya memijat keningnya.
"Stress gue lama-lama."Panji pulang, ia segera mencari keberadaan Zeya.
"Zey."
Panji menggenggam pergelangan Zeya saat istrinya itu bangkit ingin meninggalkan balkon."Kenapa?" tanya Zeya dengan ekspresi datar.
"Nggak apa-apa, gue mandi dulu ntar ada yang mau gue obrolin."
Zeya masuk ke dalam ruang tengah tanpa menjawab apa-apa.
Selesai mandi dan memakai piyama, Panji duduk di samping Zeya.
"Gue tadi liat Teddy gandengan tangan sama temen ceweknya, kalau nggak salah wakilnya dia," ucap Panji.
Zeya masih diam sama sambil menonton televisi secara acak.
"Zey, lo nggak mau komen apa-apa atas info yang barusan gue bilang."
"Lo bisa diem nggak Ji! Gue pusing asal lo tau." Emosi Zeya meledak begitu saja, tak tahan dengan semua masalah yang sedang ia pikirkan.
"Lo nyalahin gue?"
Zeya bangkit dari tempat duduknya, menatap nyalang yang lebih muda.
"Lo mending diem, seusia lo tau apa soal hubungan apalagi soal rumah tangga."Panji mencengkram lengan Zeya sangat kuat tak terima atas ucapan sang istri yang selalu menganggapnya remeh.
"Panji sakit." Zeya meringis ingin melepaskan cengkraman Panji. Namun, terlalu sulit.
Panji mengikis jarak, wajahnya tampak penuh emosi.
"APA MENURUT LO NIKAH DENGAN LAKI-LAKI LEBIH MUDA ADALAH SEBUAH KESIALAN ZEY?! JELASIN KE GUE DEFINISI DEWASA TUH APA?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)
FanficHanya karena insiden kecil saat dirinya menjadi panitia Ospek, Zeya terpaksa harus menikah dengan Panji adik tingkat yang baru saja ia kenal selama dua hari. "Lo cuma butuh waktu buat nerima gue dan lepasin Teddy secara baik-baik, gue bakal tungg...