30💚

146 13 0
                                    

Somi melemparkan tatapannya ke arah Sadam sambil menghardikan bahu. Begitu juga Sadam yang hanya menatap Somi bingung. Pasalnya seseorang yang sejak tadi duduk di hadapan mereka tak berkata apa-apa hanya sibuk dengan makanannya.

"Zey." Somi berdehem kemudian menegakan tubuhnya.

"Apa?"

Somi mengerjapkan matanya saat Zeya bertanya dengan alis yang mengernyit samar.
"Ehm itu apa lo nggak sakit perut makan rujak sama bakso barengan kayak gitu?" tanya Somi ragu-ragu.

"Nggak, gue lagi laper banget. Mau bakso sama yang seger-seger juga. Kenapa emang, nggak boleh?"

"Bo-boleh kok makan aja."
Setelah Somi persilahkan, Zeya lanjut menyantap makanannya kembali.

Melihat Zeya menyantap bakso dan rujak secara bergantian membuat Somi dan Sadam ikut merasakan kenyang. Tak biasanya Zeya seperti itu, apalagi sejak pagi sampai sekarang di kantin Zeya tak banyak bicara.

"Panji punya pacar."

"HAH?" Kedua mata Somi membola sedangkan Sadam tersedak mendengar ucapan Zeya yang secara mendadak itu.

"Maksud lo apaan Zey?"

Tanpa mengalihkan fokusnya dari bakso dan rujak, Zeya menyodorkan ponselnya kepada Somi. Sontak saja membuat Somi dan Sadam terperangah.

"Namanya Alin, fakultas sastra. Pindahan dari luar negeri. Sering gue lihat telepon Panji meski di baikan. Itu foto dari Malvin kemarin di jam istirahat mereka makan di Kafenya Malvin," tutur Zeya.

Somi mengerjapkan mata tak menyangka. "Panji nggak mutusin pacarnya?"

Zeya menghardikan bahunya sambil tersenyum tipis. "Belum tau kapan, tapi kalau udah ketemu sembunyi-sembunyi gitu berarti masih berat kan buat mutusin?"

"Bisa jadi."

Pletak

Satu jitakan mendarat di kepala Sadam dari Somi. "Kamu jangan ngomong sembarangan!" dengus Somi.

"Aku kan laki-laki by jadi tau rasanya."

"Rasa apa? Selingkuh hah?"

"Bukan selingkuh by, ya gitu deh pokoknya," ucap Sadam seraya mengusap kepalanya yang di jitak.

"Zeya!"

Seseorang baru saja masuk ke dalam kantin menghentikan percakapan mereka.

Orang itu duduk tepat di hadapan Zeya di susul oleh seorang lagi yang sejak tadi mengekor di belakang.

"Ada apa Di?" tanya Zeya.

Dion melirik sepintas ke seseorang yang tadi datang bersamanya dan sekarang sedang duduk tepat di samping Zeya.
"Kita mau ngadain bakti sosial lagi seperti biasa, lo mau ikut Zey?"

"Kapan Di?"

"Minggu depan Som," jawab Dion yang kemudian menegakan posisi duduknya.
"Gini Zey, walaupun lo udah keluar dari grup percakapan anak BEM, tapi lo kan masih tetap anggota BEM. Terlepas dari urusan pribadi, gue harap lo masih tetap mau melaksanan tugas sebagaimana mestinya."
Jeda sejenak.
"Iya kan Tedd?" tanya Dion pada orang yang sejak duduk di samping Zeya terlihat sangat canggung.

Zeyapun menoleh ke samping kirinya. "Kamu mau aku ikut? Nggak malu nanti di ledekin anak BEM lain?"

Teddy menganggukan kepala.
"Aku nggak maksa Zey itu semua tergantung kamu," ucapnya.

Ini adalah kali pertamanya Zeya dan Teddy bercakap-cakap lagi semenjak mereka putus. Keduanya sama-sama canggung hanya saja Zeya bisa mengontrol ekspresinya.

Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang