Menolak untuk berkhianat adalah hadiah terindah untuk pasanganmu
.
.
.
.
.Suasana kamar Zeya hening hanya terdengar suara embusan napas dua orang yang berada di dalamnya yaitu Zeya dan Panji.
Sepulang mengantar Alin, Panji bergegas menuju rumah mertuanya untuk makan malam bersama. Kini Panji sudah duduk di tepi tempat tidur sambil sesekali melirik ke arah Zeya yang berbaring memunggunginya.
Zeya kesal karena Panji sulit di hubungi. Apalagi pulang kuliah ia tak memberi kabar entah pergi kemana.
"Zey." Panji memeluk Zeya dari belakang.
Tengkuk Zeya meremang. Embusan napas Panji sangat menderu ia rasakan.
"Ji lepas," pinta Zeya dengan suara pelan. Jujur saja posisi seperti ini membuat jantung Zeya berdetak lebih cepat.
"Nggak mau, aku takut Zey."
"Takut apa?"
"Takut kamu marah," lirih Panji yang sudah menyembunyikan wajahnya di tengkuk sang istri.
"Iya aku marah abisnya kamu susah di hubungin."
"Maaf."
Zeya berbalik badan kini mereka berbaring saling berhadapan.
"Emang tadi kemana dulu, kok kesininya lama banget?"
"Aku ke rumahnya Echan dulu, laper numpang makan," jawab Panji.
Entah sampai kapan ia harus mendustai sang istri.Zeya mencubit pelan hidung Panji. "Malu-maluin ih."
"Nggak apa-apa dia juga sering minta traktir kalau di Kampus."
"Iya iya terserah, trus tadi pagi aku lihat kamu jalan ke fakultas sastra, ada perlu apa?"
Panji terkejut tak menyangka Zeya melihatnya disana. Benar kata Rendi, lambat laun Zeya pasti akan melihatnya bersama Alin.
"Oo itu aku mau ketemu Mark kakak kelas aku waktu sekolah, dia baru balik dari Kanada."Ji jelas-jelas gue liat lo sama perempuan, kenapa bohong?
Zeya mengelus pipi Panji dengan ibu jarinya.
"Kamu nggak bohong kan Ji?""Ng-nggak sayang, mau bukti kalau aku nggak bohong hm?" Panji mendekatkan wajahnya lagi dengan wajah sang istri. Dua pasang manik coklat mereka saling bertemu.
Bukti? Jantung Zeya berdetak lebih cepat saat lengan Panji tiba-tiba saja menelusup ke dalam piyamanya.
"Kamu pernah berpikir nggak Zey gimana kuatnya aku nahan semuanya selama ini?"
"Hmm?" Zeya menatap wajah Panji sambil menelan kasar salivanya. Kini tangan Panji mulai mengusap punggung Zeya yang lembut tanpa terhalang apapun, karena setiap malam Zeya memang tak pernah memakai bra.
Untuk pertama kali tubuhnya disentuh oleh pria seperti ini dan Zeya seperti tak punya tenaga untuk menolaknya.
Ada deburan ombak di dalam dada Zeya, usapan Panji membuat tubuhnya reflek lebih mendekat lagi ke arah sang suami."Kamu udah terima aku sebagai suami kan?" Panji dengan deep voice dan tatapan penuh harapnya.
Lagi-lagi Zeya menelan salivanya dengan kasar Apa Panji mau meminta haknya malam ini?
"Kamu mau apa Ji?""Aku mau kamu percaya kalau aku nggak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi, jangan takut Zey."
Napas Panji semakin menderu seolah sedang menahan sesuatu."Iya aku percaya."
Zeya memberanikan diri untuk lebih dulu mencium bibir Panji.
Zeya ingat perkataan Somi dan orang tuanya agar Zeya melayani Panji dengan baik.Remang lampu tidur mendukung keromantisan deru napas yang sama-sama tersengal. Sesekali saling melepaskan kemudian berlanjut dengan gerakan lembut melucuti semua yang menjadi penghalang.
Raga yang tak lagi tertutup selehai kainpun serta pergerakan yang lembut penuh penekanan, membuat semuanya melebur jadi satu antara hasrat dan juga cinta.
Malam panjang setelah berbulan-bulan menikah akhirnya mereka rasakan juga.
"Zey, aku izin minta hak malam ini ya."
Zeya mengangguk pelan sebagai jawaban dari permintaan Panji.
💚💚💚
Zeya tersenyum gemas melihat Panji yang siang ini memakai turtle neck milik Jefran.
Apalagi penyebabnya kalau bukan karena jejak kissmark yang Zeya buat disana, bukan hanya satu atau dua, tapi banyak.
Karena itu juga Panji menjadi bahan bulan-bulanan Jefran saat akan meminjam bajunya tadi.
"Rame amat itu leher Ji, kakak gue jadi pihak dominan?"
"Ck, gue yang dominan, lo lihat tuh kakak lo sampe susah jalan."
"Mau gue fotoin nggak buat kenang-kenangan? hahahah."
Begitulah kira-kira ledekan Jefran pada Panji tadi.
"Mau langsung pulang ke apartmen aja?"
Zeya menganggukan kepala. "Makan siangnya kita delivery aja."
"Sekalian olahraga lagi ya," kekeh Panji.
"Nggak!"
Panji tertawa puas melihat Zeya yang mendadak kesal karena candaanya.
Ponsel Panji bergetar Zeya ingin mengambilnya. Namun, berhasil dicegah oleh Panji.
"Nggak usah di lihat paling chat candaan nggak penting di grup," ucap Panji.Zeya merasa heran, biasanya saat fokus mengemudi Panji akan meminta Zeya membuka ponselnya untuk melihat ada pesan atau telepon dari siapa, tapi kali ini Panji malah melarangnya.
💚💚💚
Sampai di apartmen Zeya segera merapihkan beberapa peralatan dapur yang kemarin belum sempat di cuci.
"Zey, beres-beresnya nanti aja. Istirahat sana di kamar, titah Panji."
Zeya menggelengkan kepala. "Mau sekalian capek jadi ntar aku bisa istirahat total seharian."
"Ya udah aku ke toilet dulu ya."
"Iya sana."
Saat Panji melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, Zeya tak sengaja mendengar suara getaran ponsel pada saku suaminya tersebut.
Tumben Panji bawa hp ke kamar mandi.Di dalam kamar mandi Panji mulai menyentuh layar ponselnya yang sejak tadi bergetar di dalam saku.
Alin
Panji sayang, kamu jadi ke apartmen aku?Panji
Jadi Lin, tapi nggak hari ini ya.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)
Fiksi PenggemarHanya karena insiden kecil saat dirinya menjadi panitia Ospek, Zeya terpaksa harus menikah dengan Panji adik tingkat yang baru saja ia kenal selama dua hari. "Lo cuma butuh waktu buat nerima gue dan lepasin Teddy secara baik-baik, gue bakal tungg...