18💚

145 13 1
                                    

Ikuti alurnya bukan arusnya
Pahami maksudnya bukan hanya perkataannya
.
.
.
.
.

Audi R8 abu metalik itu sudah memasuki area parkir Kampus. Disusul Ferrari hitam di belakangnya.

"Panji!" sapa Haris.

Panji yang baru saja keluar dari mobil sportnya menatap Haris dengan heran.
"Kenapa lo Ris?"

"Nggak apa-apa cuma mau ngeganggu pikiran lo doang, abisnya dari tadi lo bengong aja. Naksir lo sama cewek yang bawa mobil audi tadi?" tanya Haris sambil memainkan kedua alisnya.

Panji membenarkan posisi tas yang berada di pundak kanannya berjalan mendahului Haris.
"Zeya?"

"Yoi siapa lagi, kan dia yang baru keluar dari mobil tadi."

Panji tersenyum simpul lalu meninggalkan Haris begitu saja.

"Anjir gue dikacangin, woi Ji jangan mimpi lo dapetin Zeya!" teriak Haris dengan kekehan usilnya.

Dia istri gue! Geram Panji dalam hati sambil terus berjalan mengacuhkan ledekan Haris.

"Sayang udah sarapan?"

"Udah Ted, kamu udah?"

"Udah tadi pagi mama bikin nasi goreng," ucapnya sambil terkekeh.
Keduanya jalan bersama menelusuri koridor kampus.

"Tuh liat saingan lo ketua BEM, cowok yang dapet predikat tertampan di kampus kita, lo nggak bakal bisa deketin Zeya," bisik Haris dengan nada yang lagi-lagi meledek di telinga Panji.

Melihat Teddy sedang bersama Zeya di depan sana, berhasil membuat hati Panji memanas. Panji punya hak untuk marah saat itu juga, tapi Panji memahami status Zeya yang masih menjadi kekasih Teddy. Ia sudah berjanji untuk sabar menunggu sampai Zeya dan Teddy putus.

"Lo ngapain si Ris ngikutin gue?!" dengus Panji.

"Yeee si gobl*k kita kan sekelas. Cinta bikin otak lo koslet Ji."
Haris memutuskan untuk meninggalkan Panji yang masih terpaku di tempatnya.













💚💚💚

Sesampainya di kelas, Zeya disambut oleh Somi. Somi bisa menebak Zeya sedang tidak baik-baik saja.

"Marahan lagi?" Somi bertanya setelah Zeya duduk dengan nyaman.

"Gue kemarin minta cerai."

"HAH? Jangan gila Zey!"
Somi menatap Zeya dengan serius, ia geser posisi kursinya untuk lebih mendekat.

"Tapi dia nggak mau," lirih Zeya.

"Jangan menghindar Zey, apapun masalahnya lo harus hadapi."

"Gue bingung Som, masa gue harus jalanin dua status. Jadi istri Panji sekaligus pacarnya Teddy."

"Tinggal pilih mana yang lebih lo sayang dan yang penting dia juga cinta sama lo Zey."

"Aaargh." Zeya memijit keningnya frustasi sambil mendongak menatap langit-langit kelas. Entah siapa yang harus ia pilih, Panji atau Teddy.

"Lo ikutin dulu deh alurnya Panji mau gimana, gue rasa dia udah mulai bucin sama lo Zey, dari awal ketemu malah."

















💚💚💚

Sebelum pulang Zeya memilih untuk ke perpustakaan terlebih dahulu. Ia merasa butuh pasokan banyak pelajaran untuk mengalihkannya.

Disaat hatinya sudah mantap akan membaca buku apa, tiba-tiba dua orang yang sangat ia kenali baru saja keluar dari perpustakaan.

Serin Teddy?

Zeya menghentikan langkahnya sampai mereka benar-benar menjauh. Bukan tak mau menyapa, tapi posisi tangan mereka lah yang membuat Zeya lebih memilih untuk diam saja . Sangat jelas Serin tadi menggandeng Teddy, kali ini Zeya benar-benar kesal.

Zeya menghela napas dalam dan akhirnya pergi tak jadi ke perpustakaan.

Panji tengah fokus memainkan ponselnya, tak lama kemudian tawa seorang mahasiswi yang berpapasan membuyarkan fokusnya.

Itu bukannya Teddy sama temennya? Temen sampe gandengan?

Panji menatap mahasiwi yang tadi tertawa bersama Teddy sampai punggung mereka hilang menuju belokan fakultas hukum.

HsbJi
Zey, kamu dimana sekarang?
Send to My wife Zey...

















💚💚💚

Panji mempercepat langkahnya bergegas menuju kelas sang istri. Pasalnya Zeya tidak membalas pesan singkat dan telepon darinya.

Nihil, kelas itu sudah kosong. Panji berlari menuju area parkir mobil.

"Som!" panggil Panji yang melihat Somi sedang berbincang dengan Sadam di samping mobilnya.

"Iya Ji kenapa?"

"Zeya mana?"

"Dia udah pulang dari tadi Ji jam terakhir nggak ada dosen soalnya," jawab Somi.

"Oke deh makasih gue duluan Som, Dam," pamit Panji.

Saat sudah duduk di dalam mobil, Panji membuka layar ponselnya. Hatinya merasa lega mendapat laporan dari salah satu pihak keamaan gedung bahwa Zeya sudah sampai di apartmen mereka.

"Hallo Dam."
Sambil mengendarai mobil, Panji menelepon Sadam menggunakan earphonenya.

"Oy kenapa Ji?"

"Si Somi kalau lagi badmood lo apain?"

"Hahaha, istri lo ngambek? Udah nikah si gampang. Cium aja."

"Lo gitu ke Somi?"

"Nggak lah, bisa digorok gue. Sadam kan cowok baik dan tidak lancang, nggak berani nyentuh kalau belum dapet izin."

Panji terkekeh mendengar ucapan Sadam. "Oke deh makasih Dam."

"Kalau cium nggak berhasil, langsung ajak bikin dedek bayi aja hahahahah."
Kemudian panggilan telepon terputus.

Bikin dedek bayi?

Bikin dedek bayi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung

Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang