32💚

147 13 2
                                    

Jika keburukan dibalas dengan keburukan, lantas apa bedanya kamu dengan dia?
.
.
.
.
.

"Zey, maaf." Panji mengecup kedua tangan sang istri sambil berlutut.

Zeya yang tengah duduk di kursi meja makan hanya menghela napasnya cukup dalam. Zeya masih cukup lelah setelah tadi malam Panji mengajaknya untuk melakukan hubungan suami istri dengan durasi yang cukup lama.

"Ji, aku nggak tau kenapa kamu brutal banget tadi malam dan biasanya kamu juga nggak pernah ninggalin jejak di leher aku kayak gini." Zeya mengusap lehernya yang penuh kissmark hal itulah yang membuat Zeya hari ini harus mengenakan pakaian turtleneck.

"Aku minum obat perangsang Zey," ucap Panji pelan sambil menunduk.

"APA? Ngapain minum gituan Ji, kamu mau nyiksa aku demi nafsu kamu?"

Panji menggelengkan kepala, ia sudah siap bahkan jika harus dipukul Zeya pun ia terima. "Aku mau cerita, tapi kamu diam ya selama aku belum selesai ceritanya."

"Oke."

"Aku punya pacar Zey, namanya Alin. Satu kampus sama kita. Aku udah lama mau putusin dia gara-gara dia selingkuh waktu masih tinggal di luar negeri. Ada saudara aku yang lihat. Sayangnya Papa dia meninggal, dia masih berkabung jadi aku nggak tega. Selama dia pindah kesini aku ajak dia jalan-jalan layaknya orang pacaran."

"Udah ngapain aja kalian di belakang aku?"
Zeya bertanya penuh tuntutan.

"Aku mohon Zey dengerin sampai aku selesai ya. Tadi malem aku putusin dia, tapi dia nggak terima. Aku nggak tau kalau air minum aku ditambahin obat perangsang."

"Trus kamu terpancing?"

"Hampir."

Zeya melepaskan genggaman Panji dengan kasar. "Udah sampai tahap ngapain?"

"Nggak ngapa-ngapain sumpah Zey, karena aku langsung pulang waktu ada telepon masuk dari kamu."

"Kalau aku nggak telepon bakal lanjut mainnya?"

"Nggak Zey, please."

"Aku udah tau Ji kamu punya pacar, aku juga tau kamu tadi malem abis macem-macem. Nih ada tanda bekas dia."
Zeya menunjuk kissmark pada leher Panji.
"Kamu nggak sadar kan? Aku tadi malem mau nolak mau marah, tapi kamu terlalu brutal dan kasar tenaga aku nggak kuat buat ngelawan Ji."

"Zeya maafin aku." Panji masih berlutut memeluk erat perut Zeya dengan erat. "Aku udah putusin dia, semua yang terjadi tadi malam diluar kendali aku Zey. Aku mohon jangan marah." Panji mendongak, tak terasa air matanya menetes.

"Berdiri Ji."

Panji berdiri menuruti titah sang istri.

"Aku percaya sama kamu, tapi lain kali kalau ada apa-apa cerita ya sama aku. Trus kalau dikasih apa-apa sama orang lain harus teliti dulu."

"Iya sayang iya."

"Hapus air mata kamu jangan lupa pakai turtleneck sama jaket yang pernah Jefran pinjemin. Kita berangkat ke kampus sekarang."

"Oke sayang, makasih udah maafin aku." Panji mengecup singkat bibir Zeya sebelum berganti pakaian.




💚💚💚

"Ji, lo mau ikutan bakti sosial nggak?" tanya Rendi.

"Lihat ntar aja gue diajak apa nggak sama Zeya," jawab Panji.
"Tapi kayaknya mending gue nggak ikut."

Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang