33💚

146 11 2
                                    

"Alin?"

Seluruh atensi di dalam ruang kesehatan terkejut melihat kedatangan Alin. Gadis itu langsung memeluk Panji dengan raut wajah khawatir tanpa memperdulikan keadaan Zeya dan Somi.
"Panji kamu berantem sama siapa, nggak apa-apa kan?" lirihnya sambil meraba beberapa memar di wajah Panji.

Panji melepaskan kedua tangan Alin yang menangkup wajahnya. Netranya melirik ke arah Zeya dengan perasaan takut.

Menyaksikan hal itu, Zeya mundur untuk memberi jarak berdirinya dari tempat tidur Panji. Sedangkan Somi mulai mendekat pada Alin dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Kamu siapa?" tanya Somi mengintimidasi.

Alin menoleh. "Saya Alin kak, semester satu fakultas sastra."

"Zey." Panji ingin meraih tangan Zeya. Namun, istrinya itu semakin menjaga jarak sambil menatap Alin serius.

"Kamu siapanya Panji?" Kini Zeya yang angkat bicara.

"Saya."

"Lin stop, kamu keluar sekarang juga dari sini. Aku nggak apa-apa," titah Panji yang sudah sangat panik menghadapi situasi ini.

Jika Panji kira Alin akan menurutinya, itu salah. Alin merasa harga dirinya sudah terlanjur jatuh ia tetap bertahan pada posisinya.
"Saya pacarnya Panji kak."

"Alin!"

Alin tak memperdulikan bentakan Panji, ia tetap memberanikan menatap Zeya dan Somi secara bergantian. Meski sebenarnya Alin sangat takut, apalagi dengan Somi yang terlihat sangat sinis.

"Oiya?" Zeya perlahan mendekati Alin dengan sanyuman yang ia paksakan, kedua tangannya masih setia memegang kotak obat.

"Zey, kami udah putus."
Panji berusaha menengahi. Namun, lagi-lagi ditepis oleh Zeya.

"Saya pacarnya Panji sampai detik ini." Keangkuhan pada wajah Alin mulai terlihat.
Salah satu tangannya memainkan kerah baju lalu sedikit ia turunkan sampai terlihat tanda kissmark disana. Somi terkejut bukan main.
"Ini hasil perbuatan Panji," ujarnya dengan bangga.

"Alin, stop bicara omong kosong. Keluar dari sini!" Panji bangkit lalu berdiri memunggungi Zeya.
Entah siapa yang membuat kissmark pada tulang selangka Alin, Panji tidak melakukannya, tapi sayang Zeya percaya itu perbuatan suaminya.

Zeya menyerahkan kotak obatnya kepada Alin, sedikit kasar.
"Kalau gitu nih obatin pacar kamu."
Setelahnya Zeya segera pergi meninggalkan ruang kesehatan diikuti oleh Somi.

"Zey tunggu!"

"Panji."
Alin menahan tahan Panji yang juga akan pergi meninggalkan ruang kesehatan.

"Apa lagi Lin? Udah puas bikin semuanya kacau?" Panji dengan tatapan tajamnya sehingga membuat Alin menunduk.

"Maaf aku cuma mau kamu pilih aku Ji," lirih Alin.

"JANGAN HARAP GUE BAKAL MAAFIN LO PEREMPUAN JALANG, GUE JUGA NGGAK MERASA NIDURIN LO!"

Panji pergi meninggalkan ruang kesehatan tanpa memperdulikan kemarahan Alin.













💚💚💚

Tidak menemukan sang istri di Kampus, Panji segera menghubunginya dengan perasaan kalut.
"Zey, kamu dimana? Kita harus bicara."

"Apalagi Ji, apalagi yang mau kita bicarain hah? Mau minta maaf trus berulah lagi? Aku capek Ji."

Panji mengusap wajahnya kasar. "Zeya, aku berani sumpah aku nggak ngapa-ngapain sama Alin. Aku nggak bikin kissmark juga di badan dia."

Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang