Satu langkah mundur karena menyerah maka dua langkah lebih cepat kesempatan itu akan hilang
.
.
.
.
."Berantem?"
Zeya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Somi. Ia tenggelamkan wajahnya ke dalam lipatan tangan di atas meja. Ia bahkan tak perduli dengan suasana kelas yang semakin ramai.
Pikirannya sedang benar-benar rumit. Padahal dirinya sendiri masih memiliki Teddy, tapi tak bisa terima jika Panji juga punya kekasih di luar sana. Rasa egois mulai menguasai, ia ingin Panji fokus hanya pada dirinya saja. Apalagi perlakuan Panji tadi malam dan tadi sebelum berangkat kuliah, membuat Zeya semakin nyaman. Ada rasa takut kehilangan yang mulai Zeya rasakan.
Somi berusaha untuk menenangkan dengan mengusap-usap lembut punggung Zeya.
"Sabar Zey, setiap hubungan pasti ada cobaannya.""Gue nggak tau kenapa jadi alay gini Som."
Somi terkekeh pelan. Zeya terlihat seperti anak sekolah yang baru mengenal cinta.
"Kenapa lo nahan ketawa Som?"
"Hehe nggak apa-apa gue kayaknya mau meneliti ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta," ledeknya.
"Sialan lo!" dengus Zeya yang kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Gue ke FK dulu ya Som."
"Ya udah sana."
Zeya berjalan melewati lorong kampus. Hembusan angin pagi membuat tubuhnya merasa sejuk. Sesekali ia membalas sapaan dari para mahasiswa yang berlalu lalang.
"Zeya!"
Zeya menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara.
"Rendi?"Rendi mempercepat langkahnya menghampiri Zeya.
"Tumben lo nggak manggil gue kakak?"
"Biar lebih santai lagian lo lebih pendek dari gue Zey nggak cocok dipanggil kakak."
"Hahaha sial." Zeya tertawa sambil memukul pelan lengan Rendi.
"Lo mau kemana?"
"Mau ke FK."
"Wiiih nyamperin basecamp penggemar," ledek Rendi.
"Halah basi, nggak tau aja mereka gue udah jadi istri orang."
Rendi mendekatkan bibirnya ke arah telinga Zeya. "Mereka kayaknya rela kalau lo jadiin yang kedua dan seterusnya," bisik Rendi.
"Anjr!" Zeya memukul lengan Rendi sampai sepupu suaminya itu meringis.
"Udah ah gue mau lanjut ke FK, daah.""Hati-hati Zey," ucap Rendi yang kemudian berjalan menuju kelasnya.
Dari jauh ada satu pasang mata yang menyaksikan interaksi mereka dengan tatapan kesal.
"Jef!" sapa Zeya di ambang pintu kelas Jefran.
"Sini," titah Jefran sambil menepuk-nepuk kursi di sampingnya.
Zeyapun masuk dan segera duduk di kursi itu.Kehadiran Zeya menjadi pusat perhatian para penghuni kelas Jefran. Namun, tak ada yang berani menggodanya karena Jefran terkenal sangat posesif dalam menjaga sang kakak.
"Galau?" tanya Jefran sambil menatap wajah sang kakak yang terlihat tidak sedang baik-baik saja. Zeya hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya.
"Ya udah sini nyender masih ada waktu lima belas menit sebelum masuk."
Zeya mulai menyandarkan kepalanya di pundak kanan sang adik, tak lama iapun terpejam.
Sebanyak apapun masalah yang dihadapi ia akan mencari Jefran untuk menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)
Fiksi PenggemarHanya karena insiden kecil saat dirinya menjadi panitia Ospek, Zeya terpaksa harus menikah dengan Panji adik tingkat yang baru saja ia kenal selama dua hari. "Lo cuma butuh waktu buat nerima gue dan lepasin Teddy secara baik-baik, gue bakal tungg...