Bughh
Satu pukulan mendarat di wajah Bangchan. Zeya yang berada di sampingnya pun ikut limbung.
"Panji berenti!"
Zeya menahan tangan Panji yang akan memukul Bangchan lagi. Semua rekannya yang juga ada disana mencoba untuk melerai.
"Ji santai," cegah Rendi. Echan sudah menahan tubuh Panji.
"Chan maaf." Zeya hampir saja menyentuh pipi Bangchan. Namun, tangannya ditarik paksa oleh Panji.
"Ikut gue pulang!".
Panji tidak memperdulikan siapapun yang mencegah atau menasehatinya, ia hanya fokus pada Zeya."Kak pulang aja jangan ribut disini." Jefran membantu Bangchan untuk berdiri. Mendengar titah sang adik Zeyapun akhirnya mengangguk.
"Siapanya Zeya tadi Jef?" Tanya Bangchan sambil memegangi rahangnya yang nyeri.
"Suaminya Zeya."
"HAH??" Yuda, Felix, dan Haris kompak terkejut. Sedangkan Tenli hanya menghela napas dalam-dalam. Somi, Sadam, Rendi, Echan, biasa saja.
"Gue sama Echan pulang duluan," pamit Rendi yang kemudian di susul oleh Echan.
Beruntung suara musik begitu kencang tidak ada pengunjung lain yang sadar akan keributan singkat tadi karena mereka ada di meja VVIP yang di batasi oleh dinding kaca khusus.
💚💚💚
"Panji lepas!"
Zeya menghepaskan cengkraman tangan Panji dengan kasar. Keduanya sudah sampai di Apartmen. Napas yang saling menggebu dan emosi menguasai atmosfir di dalam ruangan.
"Kamu ngapain mukul Bangchan tadi?!"
Zeya mengepalkan kedua tangan, menyorot Panji dengan tatapan nyalangnya."Oo jadi itu yang namanya Bangchan yang sering nitip salam lewat Somi sama Felix? baru dipukul sekali aja udah tumbang cih." Kemudian Panji tersenyum remeh.
"Kenapa? Salah? Dia mungkin lemah, tapi dia nggak seburuk kamu yang cuma keliatan polos dari luar!"
"Kamu jadi ngebelain dia dibanding aku suami kamu?"
"Iya, kenapa?" tantang Zeya.
Panji mengepalkan salah satu tangannya "Aku yang udah ngasih nafkah dan semua kebutuhan kamu selama ini Zey bukan dia!" geram Panji yang tidak terima Zeya lebih membela pria lain di hadapannya.
"Wow jadi cuma karena mampu menafkahi jadi kamu merasa bebas nyakitin aku dan aku nggak berhak protes gitu?!"
"KEPERCAYAAN ITU MAHAL HARGANYA PANJI, NGGAK BISA DIBAYAR PAKAI UANG. PAHAM?!!!!"Panji memijat keningnya, mencoba untuk tidak terpancing emosi.
"Zey kita harus bicara baik-baik soal ini, oke?" Panji merendahkan suaranya melihat wajah Zeya yang sudah memerah dan air mata yang mulai membasahi kedua pipinya.Zeya menyapu rambutnya ke belakang dan mengusap pipinya yang basah dengan kasar.
"Baik-baik? Kurang baik apa aku selama ini? Aku diam aja di saat tangan kamu di genggam perempuan lain, aku diam aja di saat kamu pergi berdua dia, aku diam aja lihat banyak chat dan telepon yang masuk ke hp kamu dari dia. BAHKAN AKU JUGA TETAP MELAYANI DI SAAT KAMU DI PENGARUHI OBAT PERANGSANG"
AKU KURANG BAIK APA LAGI?!!
AKU BENCI KAMU SAMA PEREMPUAN ITU
KITA CERAI SEKARANG JI!!!"Cepat-cepat Panji melangkah mendekati Zeya tak terima akan ucapan istrinya tersebut.
"Nggak Zey, sampai kapanpun aku nggak mau kita cerai. Aku mohon jangan Zey. Aku sama Alin udah putus Zey, aku nggak apa-apain dia. Maybe just kissing, itu juga aku nggak sadar."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)
FanficHanya karena insiden kecil saat dirinya menjadi panitia Ospek, Zeya terpaksa harus menikah dengan Panji adik tingkat yang baru saja ia kenal selama dua hari. "Lo cuma butuh waktu buat nerima gue dan lepasin Teddy secara baik-baik, gue bakal tungg...