15💚

148 15 2
                                    

Yang sering kamu ingat meski sedang berjauhan itulah yang secara tidak langsung telah menjadi pilihanmu
.
.
.
.
.

Selesai merapihkan meja makan Zeya berjalan menuju ruang tengah, ia cangklongkan tasnya di pundak setelah itu ia berjalan ke arah rak sepatu.

Untuk pertama kalinya tadi malam mereka tidur tanpa dibatasi guling dan berakhir di pagi hari dengan posisi saling memeluk.

Baik Zeya dan Panji sepanjang pagi ini belum saling sapa karena malu. Lebih tepatnya Zeya yang malu sedangkan Panji biasa saja. Bagaimana tidak malu, Zeya terlalu pulas menyembunyikan wajahnya di dalam dada bidang Panji sampai suara alarm di ponselnya tak terdengar. Alhasil Panji yang lebih dulu bangun dan menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Zey."

Zeya tertahan saat akan membuka pintu utama.

"Lo marah?"

Zeya menoleh dengan cepat. "Ng-nggak Ji."

"Gue kira lo marah karena ucapan gue tadi malem."

"Nggak, wajar kok lo larang gue muji cowok lain. Soal Teddy, itu urusan gue lo nggak usah khawatir."

"Baguslah kalau gitu."
Panji menghela napas lega diiringi senyum manisnya.
"Ntar malem lo mau tidur pelukan lagi?"

"Hah? Eh jang--"

"Hahaha becanda, tegang banget si."
Panji mengacak pucuk kepala sang istri.
"Hari ini kita bawa mobil masing-masing ya," tambahnya.

Zeya sempat mengernyit samar ke arah Panji lalu mengangguk. "Oke."

Panji berjalan lebih dulu keluar dari apartmen sedangkan Zeya harus kembali ke arah nakas untuk mengambil kunci mobilnya.

Untuk yang ke sekian kalinya Zeya melihat Panji bercakap-cakap di telepon dengan ekspresi yang terlihat bahagia. Entah kenapa seperti ada tusukan kecil di hatinya.
Andai Panji punya pacar gue nggak akan cemburu, nggak akan.












💚💚💚

"Permisi."
Zeya membungkukan sedikit tubuhnya lalu berjalan masuk ke dalan ruang administrasi.

"Silahkan duduk."

Setelah beberapa menit petugas administrasi menginput data milik Zeya, petugas itu memberikan selembar kertas kwitansi yang membuat Zeya mengernyitkan dahinya.

"Itu kan yang kamu mau ambil kesini?" tanya si ibu petugas administrasi.

"Tapi,"

"Apa ada yang salah Zeya?"

Siapa yang membayar biaya kuliahnya sampai lunas semester akhir? hanya tinggal biaya wisuda saja yang belum karena memang belum ada pemberitahuan.
Di kwitansi tersebut nama pembayarnya atas nama Zeya sendiri, padahal baru saja Zeya ingin menyicilnya.

"Zeya apa ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Eh nggak bu terima kasih saya pamit, permisi."

Zeya keluar dari ruang administrasi lalu berjalan menuju fakultas kedokteran dengan perasaan bingung.

"Hai kak cari Jefran ya?"

Zeya mengangguk dengan senyum manisnya.
"Iya masa nyari kamu," ucap Zeya dengan ramah.

"Mau banget gue kak dicariin sama kakak-kakak gemes kayak lo--awh"

"Nggak usah modus lo Lix sama kakak gue!" Suara Jefran menginterupsi.

Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang