Pandangan Zeya teralihkan pada Panji yang baru saja datang menjemputnya di kelas. Sudah tidak ada siapa-siapa hanya Zeya seorang.
Selesai membereskan semuanya, napas Zeya menghela dengan pelan kemudian ia melewati Panji begitu saja di ambang pintu sampai kening Panji mengernyit samar, tak biasanya Zeya seperti itu.
Sepanjang menelusuri koridor kelas Panji berkali-kali menoleh ke arah Zeya, istrinya itu hanya diam saja sambil menggenggam ponsel di tangan kanannya. Tidak ada keributan sebelumnya diantara mereka, Panji benar-benar bingung ada apa dengan Zeya.
Sampai di area parkir, Zeya membuka pintu mobil. Alisnya saling bertautan sampai pandangannya bertemu pada tatapan Panji yang baru saja duduk di kursi kemudi.
Sadar dengan tatapan tajam sang istri, Panji angkat bicara.
"Kenapa Zey?"
Zeya mendengus pelan.
"Perasaan tadi pagi aku nggak merubah posisi kursi jadi gini," ucap Zeya sambil menekan tuas untuk menegakan kembali posisi jok mobil yang sedikit ke belakang. Setelah itu barulah ia duduk dengan nyaman.
Panji hanya merutuki kebodohannya sambil menelan saliva dengan kasar. Ia lupa merubah posisi yang di duduki Alin tadi siang.
"Mungkin kamu lupa sayang." Setelah mengucapkan itu dan melihat Zeya sudah memakai sabuk pengaman, Panji mulai mengendarai mobilnya meninggalkan area kampus.
Lagi-lagi Panji dibuat heran melihat Zeya yang hanya diam saja sambil bermain ponsel selama di perjalanan. Suasana di dalam mobil menjadi asing, karena biasanya mereka akan berbincang ringan sebagai penghilang jenuh di kala jalanan macet atau sekedar melempar candaan meski terdengar tidak begitu lucu.
Sepuluh menit kemudian Panji tak terima terus di acuhkan.
"Zey kamu pms?"
"Nggak."
"Kok diem aja si, kenapa?"
"Kamu kenapa akhir-akhir ini kalau jam istirahat nggak pernah ke kantin?"
"Bosen, jadi aku makan di luar," jawab Panji.
"Kenapa nggak ngajak aku?"
"Aku nggak enak aja, kamu kan biasa makan bareng Somi dan Sadam."
"Kenapa nggak enak? aku kan istri kamu bukan istrinya Somi atau Sadam."
Salah satu tangan Panji terulur mengusap puncak kepala Zeya. "Ya udah maaf sayang."
Zeya langsung menepisnya kemudian pandangannya teralihkan pada padatnya jalanan ibu kota. Salah satu tangan Zeya tengah menggenggam erat ponselnya yang layarnya masih menyala menunjukan sebuah foto. Foto Panji dan Alin saat menikmati waktu istirahat mereka tadi siang di sebuah Kafe. Dimana Kafe tersebut adalah milik dari sahabat Jefran yaitu Malvin. Malvin yang mengirim foto itu kepada Zeya sesaat setelah Panji dan Alin meninggalkan Kafe.
💚💚💚
Sampai di Apartmen keheningan masih berlanjut. Dari Zeya mandi, masak, menyediakan makanan bahkan sampai selesai makan malampun Zeya masih mendiami Panji.
Panji sadar sangat sadar Zeya sedang tidak baik-baik saja, tapi Panji tidak tau apa alasan Zeya marah.
Seperti biasa setelah menyelesaikan ritual memakai skincare, Zeya segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi memunggungi pintu kamar.
![](https://img.wattpad.com/cover/271472034-288-k177540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama Mahasiswa Baru | (TAMAT)
FanficHanya karena insiden kecil saat dirinya menjadi panitia Ospek, Zeya terpaksa harus menikah dengan Panji adik tingkat yang baru saja ia kenal selama dua hari. "Lo cuma butuh waktu buat nerima gue dan lepasin Teddy secara baik-baik, gue bakal tungg...