Kling!
Bunyi notifikasi itu tak mengganggu Fatiya ketika menyendok nasi gorengnya, ia malah asik mendengar Resya yang curhat soal orang yang ia sukai.
"Cukup bahas cowok, lo ke mana aja sampai bolos jamnya Bu Suk?"
Fatiya menutup mulutnya menahan tawa.
"Kok ketawa, gue nanya lo kenapa nggak masuk tadi pagi!"
"Kamu lagi nggak ngeledek gurunya, 'kan?"
"Kagak! Namanya emang Bu Suk alias Bu Sukma Nengsih, nggak usah ketawa! Kasian diledek."
Fatiya mengangguk, setelah meminum lemon tea ia menatap Resya terang-terangan.
"Aku di rooftop."
"Ngapain di sana?" Resya menyerngit heran.
"Aku ditarik orang. Oh, Ghibran emang cowok kurang ajar yang pernah aku temui," ucap Fatiya jengkel.
"LO DITARIK GHIBRAN?!"
Resya kaget sambil menutup mulutnya panik, semua orang di kantin menatap keduanya penasaran. Fatiya dengan cuek memperbaiki jilbabnya, rautnya berubah datar.
"Mulutmu itu loh, pengen kupukul tau nggak?" sinis Fatiya.
"Aduh, maaf," ringis Resya merasa bersalah. "Tapi, lo beneran ditarik dia? Ngapain?"
"D-dia-" Fatiya mengusap pipinya canggung, ragu mengatakan hal yang sebenarnya. Takutnya Resya teriak lagi dan satu sekolah jadi heboh. "Nggak apa-apa, dia cuma salah narik katanya," dustanya.
"Kirain ada berita yang wah, berita lo itu emang wah, tapi nggak begitu wah."
"Apaan, sih. Nggak jelas amat!"
****
Semakin lama rasa ini terpendam
Semakin aku ingin mendekatimu
Dari kejauhan kumelihatmu
Kuberharap kaupun merasakan
Fatiya memetik gitar dengan luwes, suaranya yang merdu itu tak sengaja didengar oleh seseorang. Orang itu bersembunyi dan bersandar dengan senyum tipis.
Tadi ketika ingin ke kelas yang harus melewati ruangan ekskul seni, Fatiya tak sengaja melihat gitar yang nganggur. Jadi di sinilah ia, bernyanyi dan menghayati lagu.
Iman dan taqwamu yang meluluhkan
Rasa ini menjadi cinta
Kekasih idaman yang kuharapkan
Semoga cinta ini menjadi nyata
Fatiya tersenyum lebar, menghayati lagu sampai air matanya menggenang. Melihat situasi yang aman Ghibran keluar dari persembunyiannya, tanpa izin masuk ke dalam ruangan dan ikut bernyanyi.
Ana uhibbuka fillah
Fatiya menatap Ghibran dengan penuh arti.
Kumencintaimu karena Allah
Jika dia yang terbaik untukku
Dekatkanlah hati kami ya Allah
Ghibran duduk di samping gadisnya, mengambil gitar dan menjauhkannya dari Fatiya. Jantungnya berdebar kencang tiap dekat dengan Fatiya, tentu bodoh rasanya kalau ia tak tahu arti debaran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Ghibran
General Fiction{Sudah Terbit} Fatiya tak mengenal siapa yang menjaganya secara posesif, yang ia tahu adalah laki-laki itu tulus menjaganya. Ke mana pun ia pergi akan selalu diikuti, bukan risih tapi terasa nyaman. Tatapan teduh milik Ghibran terasa menenangkan hat...