Hai, kayaknya untuk part ini berat. Siap-siap buat kepalanya, ya!
Coba kalian koment, kalo bejelibet bilang aja. Ntar revisi kalo udah selesai.****
Perempuan dengan jilbab hitamnya itu menatap sekilas email yang baru saja ia terima, ia menyunggingkan senyum sampai kedua lesung pipinya terlihat.
"Nggak seribet yang dikira," gumamnya.
"Kasian Fatiya punya musuh, padahal cuma ikut tanding doang," lanjutnya.
Key menatap cermin yang memperlihatkan wajahnya sendiri, baru saja Dzaka mengiriminya email singkat, apalagi Frisqi juga mengirimnya pesan tentang alamat email seseorang.
Arikey Galaskia Al-Walii, itulah nama yang tersemat dalam kartu keluarga. Mahasiswi semester 3 dengan jurusan double degree Ilmu Komputer dan Jaringan Informatika itu memiliki hubungan dekat dengan Dzaka.
Key berjalan keluar dari toilet dan duduk di kantin kampus, ia membuka laptop. Ia berniat membantu Dzaka dan lainnya untuk menguak siapa yang mengancam Fatiya.
"Yo, Key! Lo lagi ngapain?" tanya Haura, teman satu jurusannya.
"Gue lagi nyari keberadaan ID seseorang, kasian adek ipar gue punya musuh gara-gara ikutan tanding manah antar negara," balas Key.
Haura mengangguk, ia ikutan melihat bagaimana cara kerja temannya itu. Sesekali memberitahu apa saja yang harus ia bantu.
"Ra, coba lo kirim ke sepupu gue ID ini. Biar cepet kelar," titah Key yang langsung disanggupi Haura.
Key mengambil handphonenya dan menelpon melalui whatsapp, dua orang yang ia hubungi langsung menjawab.
"Frisqi, Dzaka, aku dapet sesuatu yang menarik soal orang yang ngancem Fatiya."
****
Frisqi melompat-lompat di atas tempat tidur, ia baru saja mengganggu Dzaka yang bermesraan dengan kakak kesayangannya.
"Qi, ganggu banget, sih!" ucap Dzaka gemas.
"Qiqi belum ikhlas Kak Tiya sama Abang Dzaka!"
"Katanya pengen keponakan ucul."
"Pengen, tapi nggak sekarang juga!"
Frisqi memeluk Fatiya erat, tak membiarkan Dzaka mendekat barang seinci pun. Dzaka menghela napas, membiarkan adik iparnya itu berbuat sesukanya.
"Qi, kamu bawa laptop?" Fatiya bertanya serius.
"Ada, di kamar sebelah."
Perempuan itu berdiri, memperingati lewat tatapan kepada kedua laki-laki itu. Ia tak ingin ada yang mengikutinya, apalagi sampai melihat email miliknya yang penuh dengan kata ancaman.
Frisqi dan Dzaka saling pandang, kompak handphone mereka berdering dan menampilkan nama kontak yang sama.
"Key?"
Mereka mengangkat telpon itu bersamaan, Key bilang pada keduanya tentang di mana orang yang mengancam Fatiya saat ini berada. Frisqi mematikan handphonenya guna mencoba membuka email kakaknya.
"Email Kak Tiya nggak bisa dibuka," gumam Frisqi.
"Loh? Coba lagi, Dek! Siapa tau ada ancaman lain!" seru Key serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Ghibran
General Fiction{Sudah Terbit} Fatiya tak mengenal siapa yang menjaganya secara posesif, yang ia tahu adalah laki-laki itu tulus menjaganya. Ke mana pun ia pergi akan selalu diikuti, bukan risih tapi terasa nyaman. Tatapan teduh milik Ghibran terasa menenangkan hat...