Bab 36

21.7K 3.5K 175
                                    

Harap baca, PENTING!

Guys, mending baca ulang lagi, ya. Soalnya saya revisi dikit di bagian awal. Revisinya bagian kelas Fatiya, yang awalnya kelas 11 jadi kelas 12. Jadi, Fatiya, Resya, Ghibran dan Xevora udah tamat alias lulus.


Piano (Beautiful In White X Canon In D)
By : Riyandi kusuma
🎶🎶🎶

****

Key berkunjung bersama Syamsier. Kedua orang itu selalu berisik di mana pun berada. Terutama menyangkut keponakan.

"Tiya, keponakan gue pasti cewek, 'kan?" tanya Key penuh binar.

"Cewek lah! Biar gue jadi sugar daddy!" balas Syamsier sengit.

"Tampang lo kayak kriminal!"

"Lo buronan!"

"Lo!"

"Lo!"

"Stop!" pekik Fatiya berusaha melerai.

Pening rasanya mendengar dua orang dewasa itu berteriak karena anaknya sendiri. Rasanya ingin marah tapi tidak tega.

Fatiya mengelus perutnya lembut, ini sudah bulan pertama. Memang masih belum kelihatan, tapi makin dirasakan, senyum Fatiya mengembang.

Tanpa Fatiya ketahui, Dzaka tengah berjalan ke arahnya. Laki-laki itu berjongkok depan Fatiya dan memeluk perut istrinya lembut. Fatiya mengelus surai hitam itu.

Syamsier berdehem.

"Kita pamit aja, deh. Ayo, Key. Lo janji temenin gue main basket," ucap Syamsier menarik Key berdiri.

"Oke, Fatiya sama Dzaka. Kita pamit, ya? Sibuk nih," ucap Key tertawa geli.

"Sibuk ngapain? Lo berdua pacaran?" tanya Dzaka.

Syamsier melirik Key gemas, tentu saja mereka tidak pacaran. Mereka hanya teman kecil dan kebetulan bertetangga dekat.

"Bye, FatiDza, hahaha! Assalamualaikum!"

Dzaka menggeleng pelan, akhirnya kedua orang itu meninggalkan rumahnya. Kedatangan mereka saja membuat gaduh tak henti, apalagi Key yang suka berdebat banyak hal.

Aroma yang menyengat membuat Fatiya menyerngit dalam, ia membekap mulutnya sendiri mual. Perempuan itu mencium rambut Dzaka sekilas.

"Hueekk!"

Fatiya menjauh dari Dzaka sambil menahan mulutnya, bau mawar yang selama ini menjadi favoritnya sirna seketika. Digantikan rasa mual yang menjadi. Begitu Dzaka mendekat, Fatiya langsung mengangkat tangan.

"A'a harus mandi lagi! Aku nggak suka bau mawar!" rengek Fatiya sambil menahan gejolak di perut.

"Barusan aku selesai mandi loh," ucap Dzaka heran.

"Nggak mau tau, buang semua wangi mawar! Rasanya aku mau muntah," ringis perempuan itu makin menjadi. "Huekk!"

"Tiya--"

"Buang!"

"Iya-iya, sekarang aku buang."

Tubuh mungil itu luruh seketika, baunya benar-benar menyengat sampai membuat kepala sakit. Fatiya tak tahu kalau wangi mawar yang selalu ia gunakan semenyengat ini. Itu dimulai semenjak usia kandungannya 1 bulan.

Dari jauh Fatiya bisa melihat, Dzaka tengah membawa seplastik hitam berisi wewangian mawar. Laki-laki itu tak berencana membuangnya, ia akan memberikan kepada orang lain yang membutuhkan.

(Bukan) GhibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang