Bab 37

18.8K 3.3K 200
                                    

Manik hitam milik Dzaka dimanjakan ketika melihat Fatiya berbaring di sebelahnya. Bulu mata yang lentik, pipi chubby, dan manik cokelatnya yang siap menghipnotis ketika terbangun nanti.

Dzaka paling suka di situasi damai ini, bangun tidur sudah ada Fatiya dalam pelukannya. Dzaka beranjak duduk, kembali mengamati lebih lama.

Rasa gemas kian membuncah saat Fatiya bergumam tidak jelas, bukannya bangun, perempuan itu malah menarik selimut hingga kepalanya.

"Fatiyaa! Ihh, kenapa sembunyi, sih?"

"Aku ngantuk," gumam Fatiya cuek.

Dzaka menggoyang bahu Fatiya pelan. Perempuan itu melirik sekilas dan menyipit matanya curiga, lihatlah tampang suami gantengnya itu. Seperti anak kecil yang meminta permen pada ibunya.

"Sayang~~"

"Apa?"

"Nggak apa-apa."

Fatiya menatap Dzaka kesal. "A'a kenapa, sih? Ngeselin banget jadi orang!"

Laki-laki itu terkekeh geli, tanpa banyak kata ia masuk ke dalam pelukan Fatiya. Memeluknya erat seakan tak ingin melepas Fatiya selamanya.

Selama beberapa hari ini Dzaka merasa kurang diberi pelukan sama istri sendiri, itu karena Fatiya merasa jengkel, mual mendadak, bahkan sering menghindarinya.

Hormon ibu hamil memang tidak bisa ditebak.

"Dede," panggil Dzaka mengelus perut Fatiya gemas.

"Dede kok jahat sama Ayah?" Dzaka cemberut begitu mendengar Fatiya tertawa geli. "Atuh, ih! Masa Bunda nggak boleh deket-deket sama Ayah?"

"Yang bikin kamu siapa, sih?"

"Ayah yang bikin, harusnya kamu deket dong sama Ayah."

"Bunda kamu tuh punya Ayah, kamu mah ngontrak."

Fatiya tertawa kencang, konyol sekali suaminya itu. Memang sejak kapan Dzaka tak semenggemaskan ini? Suaminya selalu menggemaskan, entah disengaja atau tidak. Fatiya jadi tambah sayang.

"Kamu ngapain? Aku yakin, nih, yang lahir pasti cewek," ucap Fatiya jenaka.

"Kenapa, cewek?" tanya Dzaka heran.

Tak menjawab, Fatiya mengalihkan pandangannya dengan tawa kecil. Ia jadi ingat momen bersama Umi tentang dirinya.

"A'a tau, nggak? Dulu waktu Umi hamil aku, waktu di USG keliatan cowok," ucap Fatiya menahan tawanya.

"Lah?" Dzaka terkejut.

"Tapi, yang keluar ternyata cewek! Aku jadi kepikiran, nanti anak aku gimana, yah?"

Langka, Dzaka tak habis pikir dengan Fatiya. Kalau seperti yang dibilang istrinya seperti itu, apa bakat Fatiya seperti beladiri dan panahan itu dari laki-laki?

"Kamu lagi mikir apa? Serius amat."

"Aku mikir kalo semua bakat kamu itu dari cowok, USG nya cowok, 'kan?" tanya Dzaka.

Mendadak Fatiya kesal, bakat dari cowok bagaimana? Jelas-jelas semua bakat itu miliknya sendiri. Ia yang rajin latihan, rajin memakai plester luka, langganan rumah sakit karena sering patah tulang, apa itu semua dari laki-laki?

Tidak, mana rela.

"Tau ah! A'a mah ngeselin!"

Fatiya ngambek, perempuan itu memilih bangkit dari rebahannya dan berjalan ke dalam kamar mandi. Melihat gerak gerik Dzaka yang ingin mengikutinya, Fatiya berlari kencang.

(Bukan) GhibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang