Bab 39

17.7K 3.5K 206
                                    

Beberapa minggu telah terlewati, saat ini Dzaka dan Fatiya tengah berada di mobil menuju ke rumah sakit. Tujuan ke sana tak lain karena memeriksa kandungan.

"Kamu udah nyiapin nama?" Fatiya menatap Dzaka penasaran.

"Udah, namanya terlalu keren sampe kamu pangling," ucap Dzaka berlebihan.

"Apa? Nggak, ah! Aku nggak selebay itu, A'!" Fatiya mencubit lengan Dzaka kesal. "Kasih tau aku! Penasaran!"

"A'a Dza ... kasih tau ... aku~" ucap Fatiya bernada.

Suaminya itu cuma tertawa tanpa menjawab, gemas karena kelakuan Dzaka, Fatiya menarik lengan kiri Dzaka dan menggigitnya.

"Akhh! Fatiya!" pekik Dzaka terkejut.

Fatiya melepas lengan itu dan memcibir pelan. Ia mengecap lidahnya sendiri dan menyerngit heran.

"Lengan kamu asin, tapi enak," ucapnya yang membuat Dzaka bergidik.

"Tapi, lebih enak makan ini." Fatiya mengeluarkan sekotak buah naga dalam tas, lalu memakannya.

Bingung, baru kali ini Dzaka melihat tingkah Fatiya yang aneh. Awal-awal hamil mungkin terasa biasa saja, makin ke sini istrinya itu semakin banyak tingkah.

Contohnya menggigit lengannya.

"Namanya siapa?" Fatiya kembali bertanya dengan bibir memerah bekas makan buah naga.

Kali ini Dzaka tersenyum lebar, ia menatap Fatiya sekilas.

"Bintang Nazriel Al-Karim."

"Nama cowok?"

Dzaka mengangguk, dirinya yakin dengan jenis kelamin anaknya. Menurut penglihatannya, selama Fatiya hamil, perempuan itu hanya sesekali mengalami kelelahan.

Kalau kuat berarti laki-laki, 'kan, anaknya?

"Menurutku cewek," seru Fatiya berpikir.

"Kita liat aja nanti."

****

Monitor USG tampak menjelaskan keadaan di dalam sana. Dzaka selalu deg-degan kalau melihat anaknya sendiri, ada rasa kagum, cemas, senang, dan bercampur aduk.

"Ini siapa, sih, yang hamil? Kok calon Ayahnya yang nggak sabaran," celetuk dokter tertawa pelan.

"Suami saya mah gitu, Dok! Paling semangat kalo nyangkut anaknya," balas Fatiya meledek Dzaka.

Dokter itu tertawa kecil, wanita itu sudah berumur. Bagi Fatiya, dokter itu masih terlihat cantik di usianya yang mulai mencapai masa akhir karir.

"Ya Allah, Dokter cantik banget!" puji Fatiya.

"Ibu bisa aja," balas dokter tertawa, menutupi raut malunya. "Nah, keliatan nih dedeknya."

Dzaka melihat dengan tatapan binar, ia tersenyum lebar saat dokter menjelaskan kelamin anaknya sendiri.

"Cowok!" seru Dzaka gemas. "Tapi, nanti pas lahiran keluarnya cewek gimana dong?"

"Kasusnya ada yang seperti itu, tapi ini sudah masuk bulan ke sembilan, Pak. In syaa Allah sesuai dengan apa yang dilihat monitor," jelas dokter ramah.

Fatiya mencubit perut Dzaka gemas, apaan, sih, Dzaka! Kenapa harus bertanya seperti itu? Membuatnya teringat masalalu saja.

(Bukan) GhibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang