Bab 24

30.5K 4.9K 461
                                    

Ujian kelulusan berlalu begitu cepat dan hari ini adalah pengumuman lulus atau tidaknya mereka. Tak terasa Fatiya sudah setahun berada di SMA N Sailendra. Ia juga sudah menghubungi Hana untuk kelanjutan daftar  kuliah, jadi dirinya hanya tinggal menunggu.

"SEMUA ANGKATAN 2020, LULUS!" pekik wakil kesiswaan penuh gembira.

"Anjir, kirain nggak lulus. Mana praktek senibudaya nggak gue kerjain," celetuk Anang, sang ketua kelas tak bertanggung jawab.

"Tiya, kita lulus," gumam Resya.

Fatiya mengangguk. Manik cokelatnya menatap Resya lama, tak heran kalau tatapan Resya saat ini kosong. Farhan sudah menceritakan semuanya pada dirinya dan Dzaka.

Malam itu Farhan berkunjung ke rumah mereka, Frisqi juga ikutan dan menambahkan beberapa hal yang terkait, seperti Farhan yang menabrak seorang perempuan berhijab.

Farhan bertekad dan penuh keyakinan untuk selalu menghindar dari Resya, ia hanya akan bersama Ghibran saja ketika berada di sekolah, atau berada di kantin belakang bersama Xevora.

Laki-laki itu benar-benar menutup semua akses.

Fatiya beranjak, ia kembali menatap Resya dan berucap.

"Kalo gitu aku tinggal, ya, Sya? Mau ke tempat Ghibran dulu."

Resya mencegatnya cepat, tatapan perempuan itu berubah tajam. Fatiya meringis karena cengkraman Resya begitu kuat, otaknya berpikir cepat dan menemukan jawaban dari tindakan Resya.

"Lo ada hubungan apa sama Ghibran?" Resya menggeram.

"Lo cewek alim, tapi kok mau nempelin Ghibran?"

"Atau jilbab lo itu cuma pajangan doang?!"

"Gue kira lo sealim pakaian lo!"

Kalimat-kalimat yang menyakitkan itu terlontar di mulut Resya, ada rasa terkejut ketika mendengarnya. Fatiya menepis tangan Resya dengan sekali hentakan, ia takkan melawan ucapan tak berdasar itu atas dirinya.

Resya tak tahu apa-apa.

"NGOMONG! NGGAK MALU SAMA PAKAIAN SENDIRI?!" bentak Resya penuh amarah.

Suasana makin memanas, banyak orang yang melihat mereka dan menyimpulkan sedikit omongan Resya, apalagi Fatiya tampak tak berniat membalas. Fatiya lebih memilih untuk terus berpikir bagaimana caranya pergi dari sana.

"Gue benci! Benci sama orang kayak lo!" pekik Resya.

"Benci orang alim kayak lo!"

"Tutup mulut busuk lo itu, Resya!" bentak seorang laki-laki.

Aldi, salah satu anggota Xevora yang tengah berjaga dan mengamati apa yang dilakukan Fatiya. Ia ditugaskan oleh Ghibran selama Ketua Xevora tak berada di sisi perempuan itu.

"Lo yang diem, Aldi! Urusan gue sama nih cewek munafik!" Resya menunjuk Fatiya emosi.

"Ohhh, Fatiya ceweknya Ghibran, Ketua Xevora. Jadi dia juga urusan gue!"

Resya melempar pulpennya ke arah Fatiya tapi ditepis langsung oleh Aldi, laki-laki itu tak suka dengan perilaku Resya. Harus, ya, melukai seseorang dengan barang?

"Segitu sukanya lo sama Farhan?" Aldi tersenyum remeh. "Pantesan Farhan nggak mau sama lo, cewek tempramental kayak lo nggak cocok sama Farhan!"

Resya mendorong Aldi dan pergi begitu saja. Ia sempat menabrak bahu Fatiya dan mengacungkan jari tengahnya. Perempuan itu menumbuhkan rasa benci pada hatinya, karena cinta pada umat lain.

Aldi menghela napas, ia menatap Fatiya yang tampak tak berniat menatapnya, perempuan itu menghela napas dan mengusap bahunya pelan.

"Seharusnya kamu nggak boleh ngomong kayak gitu, Aldi," nasihat Fatiya.

(Bukan) GhibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang