Selamat, kalian kena ghosting dari saya.
Tertanda,
Arikey menawan.****
"Cieee Papa Gula!" seru Ikel bangga.
"Sugar daddy woy! Papa Gula lubang idung lo!" Ican memukul lengan Ikel.
Dzaka tertawa menerima panggilan itu, ia masih tak percaya dengan kabar gembira dari dokter. Usianya memang masih 2 minggu, kabar gembira itu membuat para orang tua senang bukan main.
Masalah terbesarnya adalah, Fatiya masih belum sadarkan diri.
Dzaka menatap dari balik kaca, perasaannya kacau saat melihat yang terkasihnya terbaring lemah di dalam ruang inap. Kabar haru tak membuatnya tersenyum selayaknya.
Ada perasaan takut saat mencoba menyelamatkan Fatiya, rasa amarah yang membuncah karena Ares, dan rasa tak berdaya. Tak terasa air matanya menggenang ketika mengingat itu semua.
"Kita jadi angkel!" Rafif meninju udara senang.
"Ntar kalo cowok gue ajarin jadi playboy." Rafly berseru pada Ican.
"Kalo cewek?" tanya Ican.
"Gue ajarin jadi fucek."
"Naudzhubillah!"
Farhan berseru marah pada mereka semua, daripada Dzaka yang mengamuk karena membicarakan anaknya, lebih baik dirinya saja. Agaknya Farhan butuh asupan emosi.
Derap langkah kaki mengundang perhatian mereka. Key, Hana, dan seorang laki-laki menghampiri mereka, Hana menatap sekitar dengan panik.
"Fatiya mana, woy?!" tanya Hana gelisah.
"Apaan sih nih cew--"
"Dia di dalam, kamu temen Fatiya?" potong Farhan yang membuat Hana menoleh.
Ikel mendengus, kalimatnya yang malang, tak seharusnya Farhan memotong ucapannya dengan sadis. Tak tahukah Farhan kalau perasaannya terluka? Ikel memeluk Ican sedih, Ican mendengus jijik lalu beranjak menjauh.
"Iya! Gimana keadaannya?" Hana menatap Farhan cemas.
"Kenapa nggak kamu tanya aja sama dia?" Farhan menunjuk Dzaka.
Hana melirik, "Enggak mau! Suaminya Fatiya galak banget! Takut, ih."
Farhan terkekeh geli. Ya ampun, masa perempuan yang pernah ia temui di jalan dengan lagak tegas itu takut dengan Dzaka? Farhan menjelaskan pada Hana secara singkat, tentu banyak yang menatap keduanya dengan penuh curiga.
Key menatap sekitar, ia menarik teman yang ia bawa ke tempat Dzaka. Lagaknya seperti orang yang sudah bosan hidup karena wajahnya terlalu datar.
"Dza, Fatiya nggak apa-apa, 'kan?" tanya Key.
"Alhamdulillah, dia baik," balas Dzaka tersenyum tipis.
Ia menyuruh Key mendekat dan berbisik halus. Key membulatkan matanya tak percaya, ia senang bukan main mendengar kabar baik itu. Sampai tak sadar memeluk laki-laki di sampingnya.
"K-key! Astaghfirullah, gue kecekik!" pekiknya.
Key tertawa, mencubit gemas pipi laki-laki itu.
"Sunny, ayo kita pulang."
Laki-laki yang bernama asli Syamsie itu mendengus, ia menoleh dan tersenyum ramah pada semua orang, terutama Dzaka. Mereka meninggalkan Hana yang rautnya mulai lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Ghibran
General Fiction{Sudah Terbit} Fatiya tak mengenal siapa yang menjaganya secara posesif, yang ia tahu adalah laki-laki itu tulus menjaganya. Ke mana pun ia pergi akan selalu diikuti, bukan risih tapi terasa nyaman. Tatapan teduh milik Ghibran terasa menenangkan hat...