Bab 10

39.9K 5.1K 83
                                    

Sebuah penghapus papan tulis mengenai Anang yang sedang tertawa terbahak-bahak, laki-laki itu mengaduh lalu mengusap wajahnya yang menghitam, Anang menatap Bu Suk syok.

"Ibu tega banget sama saya," ucap Anang memelas.

"Salah kamu, Ibu sedang menerangkan di depan kamu malah asik di belakang. Ketua kelas macam apa kamu ini?" ucap Bu Suk tajam.

Bu Suk yang punya gelar guru killer itu menutup bukunya, menghapus tulisan di papan tulis dan menulis sesuatu di sana.

Ulangan dadakan!

"Ibu tega banget!" pekik mereka.

"Siapa suruh ketua kelas kalian nggak merhatiin Ibu," ucap Bu Suk tak peduli.

Semua warga XII MIPA 3 menatap Anang sengit, mereka kembali memohon kepada guru itu agar tidak jadi ulangan. Berbeda dengan Fatiya yang santai, karena semalam ia sudah belajar.

"Ooo kalian tidak mau ulangan? Siap-siap saja matematika wajib dan peminatan kalian tidak tuntas."

"NGGAK! SEKARANG AJA GAPAPA, BU!"

"Oke," ucap Bu Suk puas.

****

"Fatiya, setelah pelajaran Ibu selesai kamu langsung ke ruangan kepala sekolah, ya, Nak."

"Baik, Bu."

Bu Suk keluar setelah berbicara dengan Fatiya. Resya yang penasaran kenapa sahabatnya itu dipanggil segera bertanya, tapi dijawab dengan gelengan kepala.

"Aku nggak tau, kalo kamu mau ke kantin pesenin juga, ya!"

"Oke dokey!"

Fatiya bergegas ke ruangan kepala sekolah, karena langkahnya yang terburu-buru ia tak sengaja tersandung dan terjatuh mengenaskan, buku yang dibawa berhamburan.

"Sakit, untung nggak berdarah," ringis Fatiya mengusap lututnya.

Perempuan itu mengambil bukunya, seseorang ikut membantu dan menyerahkan buku terakhir pada Fatiya. Fatiya mendengus kesal, ia akan sangat berterima kasih jika laki-laki yang menolongnya itu bukan Anang.

"Perlu bantuan?" tawar Anang ramah.

"Nggak, aku bisa sendiri."

"Masa? Lo kesusahan tuh bawa bukunya, apalagi mau ke kepsek, biar gue bantuin."

"Aku bilang enggak ya enggak! Jangan maksa!" geram Fatiya.

Fatiya mundur beberapa langkah, ia paling benci berurusan dengan laki-laki modelan Anang. Ketua kelas macam apa yang membuat bencana pada warga kelasnya?

Lagipula, Fatiya merasa aneh dengan sikap Anang yang terlalu baik padanya. Setahunya Anang bukan anak Xevora, jika Anang adalah anggota Xevora, untuk apa ia mendekatinya sedangkan ketua Xevora berada di sisi Fatiya?

Senyum tipis terbit di bibir Fatiya, ia bisa melihat Ghibran tengah melangkah mendekat. Perempuan itu berlari lalu bersembunyi di belakang Ghibran dengan helaan napas lega.

"Kenapa lo?"

"Bantuin aku bawa buku ke perpus, ya? Temenin juga ke ruangan kepala sekolah," ucap Fatiya.

(Bukan) GhibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang