Ada yang aneh.
Ghibran merasa akhir-akhir ini Fatiya menghindarinya. Saat bertanya pada Resya, perempuan itu menjawab di perpustakaan. Sampai di perpustakaan Jinno bilang pergi ke taman, sampainya di taman malah Tristan bilang pergi ke kantin.
Jadi, kalau harus menemukan Fatiya, Ghibran harus berkeliling sekolah?
"Masa dia tau gue suaminya?" gumam Ghibran curiga.
Farhan juga hilang-hilangan saat ini, karena harus bolak-balik ke pondok demi setoran ayatnya yang belum lunas. Terlebih paksaan Mamanya yang membuat laki-laki itu menampilkan raut wajah lelah.
Xevora Area (174)
Ghibran : Ad yg liat Fatiya?
Aldi : Lapor komandan, Fatiya lagi di ruang ekskul musik
Fatur : baru lewat di depan kantin
Anang : lagi di kelas
Ghibran : Gk ush brcnda!
Tristan : Suer, ni lgi di kanton sma si Resya
Tristan : *kantin
Ghibran : 👍
Aldi : busett, Bu Sukk
Ghibran bergegas ke kantin dan mendapati Fatiya yang sedang bercanda dengan Resya. Raut lega tercetak jelas di wajah Ghibran, langkahnya berhenti kala mendengar percakapan dua orang itu.
"Lo kok akhir-akhir ini ngindarin Ghibran? Kalian saling baku hantam, ya?" Resya bertanya serius.
"Iya, aku ngindarin dia. Tapi nggak sampe baku hantam juga kali!" Fatiya memutar bola matanya malas.
"Ya ... napa sampai ngindar gitu?"
"Nggak apa-apa, kenapa emang?" tanya Fatiya curiga.
"Kalo ada Ghibran pasti juga ada Farhan," balas Resya lesu.
Fatiya menatap Resya tajam, apa-apaan mereka berdua? Farhan dan Resya ternyata punya rasa yang sama, cukup dengan masalahnya dengan Dzaka, jangan ditambah lagi dengan urusan Resya dan Farhan, sudah jelas mereka berbeda.
"Gue kemarin denger Farhan ngaji, suaranya merdu banget!"
"Sya."
"Terus Farhan juga wakil dari Xevora, sangar-sangar ganteng gimana gitu."
"Sya!"
"Gue suka dia."
"Resya! Sadar woi!" Fatiya mencubit pipi Resya gemas.
Resya cemberut, ia tahu apa maksud Fatiya memanggilnya seperti itu. Resya sadar dengan siapa ia akan melawan, tapi perasaannya terlanjur larut pada wakil ketua Xevora itu. Sekalinya jatuh cinta kenapa jatuhnya pada umat yang berbeda?
Resya kesal.
"Gue pengen pindah agama."
"Astaghfirullah!"
Fatiya memijit pangkal hidungnya bingung. Ia tak mengerti lagi cara pikirnya Resya, dan tidak punya hak untuk menjawab perkataannya yang terdengar begitu ambigu. Resya dan Farhan itu bagaikan air dan minyak, tak akan pernah menyatu walau dipaksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Ghibran
General Fiction{Sudah Terbit} Fatiya tak mengenal siapa yang menjaganya secara posesif, yang ia tahu adalah laki-laki itu tulus menjaganya. Ke mana pun ia pergi akan selalu diikuti, bukan risih tapi terasa nyaman. Tatapan teduh milik Ghibran terasa menenangkan hat...