08. Hari Minggu

389 157 513
                                    

Salam kenal untuk kalian semua☺️🤗
Selamat datang di cerita ku❤️
Semoga kalian suka💯

Spam komen disetiap paragraf🥰
Boleh share cerita ini asal izin dulu🤗

✍️✍️

Setelah menunaikan shalat subuh, Arumi menuliskan kata-kata, agar bundanya tidak membangunkannya. Karna hari Minggu Arumi ingin bermalas-malasan dengan tertidur pulas. Dia tidak mau ada yang menganggunya di hari spesialnya ini.

Setelah menempelkan tulisan di depan pintu kamar, Arumi naik ke atas kasur untuk memulai mimpinya.

"Bismika allahuma Ahya wabismika amut, aamiin." Arumi mengusap wajahnya lalu tertidur pulas di kasur empuknya.

2 jam kemudian.

"Bangun, bangun.. bapak-bapak ibu-ibu gera bangun." Bunda mengucapkannya sambil memukul panci dengan centong.

"Gera sahur, engke katinggalen."

"Hayu gugah, hayu gugahhhh."

"Bangun! Bangun!"

"Kalau tidak bangun! Pasti tau akibatnya?"

"Arumi bangun hey, nak parawan jam segini belum bangun, malu sama nak tetangga, punya gadis doyan molor." Bunda mengucapkannya tepat di telinganya Arumi.

Eughh.

Arumi merentangkan tangannya ke atas, mengucek matanya. "Jam berapa bunda? Berisik amat. Jangan ngaco ini bukan bulan puasa." Arumi duduk masih mengucek matanya.

"Emang bukan puasa, kenapa mau marah?!"

"Arumi marah sama bunda, ya pasti Arumi yang kalah." Arumi menghempaskan selimutnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Selepas kepergian Arumi, bunda masih saja memukul panci yang sudah hitam pantatnya dengan centong, banyak sekali ucapan bunda yang di lontarkan. Ntah kapan bundanya bisa diam, satu hari saja. Pasti tidak mungkin.

Arumi keluar dengan handuk yang terlilit di rambutnya, Arumi sudah cantik dan wangi. Dia duduk di sebelah bundanya.

"Bund, bukannya Arumi sudah menempelkan tulisan di depan pintu, ko engga dibaca?"

"Coba lihat sekarang pintunya." Tunjuk bunda ke arah pintu, yang sudah jebol. Karna ulah sang bunda karna di dobrak.

Arumi lari menghampiri pintunya. "Malang sekali nasibmu, bundaaa ini pintu ke empat kalinya rusak. Mau sampai kapan pintu Arumi rusak bunda!?" ucap sedih melihat pintunya yang terkapar.

"Siapa suruh di kunci, lagian ini bukan salah bunda. Kenapa jam segini baru bangun?!"

Arumi geleng-geleng kepala. "Yaampun bunda engga gini juga bunda, sayang uang kalau ganti pintu mulu."

"Engga kok, kan ayah baik. Jadi kamu tenang saja soal uang." Bunda mengelus pucuk kepala Arumi, setelah itu melenggang pergi tanpa salah sedikit pun.

"Sabar ya nak, kamu harus mengalami nasib yang tragis karna bunda." Arumi mengelus pintunya, dia sudah capek melihat pintu kamarnya rusak untuk kesekian kalinya.

"Yaallah kuruskanlah badan bundaku, agar pintu kamar ku, baik-baik saja." ucapnya dalam hati. Arumi masuk ke kamarnya, dia akan tidur-tiduran sebentar, lagipula ini rambut belum kering.

"Arumi cepet kamu turun! Jangan tidur lagi, hari ini kamu yang masak." teriak bunda kek Toa masjid.

"Bi Surti emang kemana?!" balas teriak Arumi dari dalam kamarnya.

"Cepet turun Bi Surti lagi nyuci baju."

Arumi turun dari kamarnya, dia langsung ke arah dapur, memakai celemek agar tidak terkena bajunya.

Tertutup Gengsi (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang