10. Rencana

372 164 477
                                    

Hai salam kenal 🤗

Jangan lupa follow akun IG aku @sitikasyifatul

Jangan bosen meninggalkan jejak

Happy reading 😘🙂

✍️✍️

Gibran menyiprat-nyiprat air ke wajah Arumi, agar kakak itu segera sadar. Hari mulai gelap Arumi belum juga sadar, Gibran dan Raka kalang kabut Arumi dari tadi belum juga sadar.

"Gib, ini gimana kakak kamu belum juga siuman."

Gibran geleng-geleng, dia lebih pokus menyipratkan air lalu berucap. "Gue juga bingung ini kakak gue kenapa belum juga sadar, Lo ada inisiatif?"

"Lebih baik sekarang Arumi pindahin ke mobil gue, dari pada disini diliatin banyak orang, malu." Memang benar dari tadi mereka dilihatin para pengisi bensin, tapi tidak ada satu pun orang yang menghampiri mereka ataupun menanyakan kenapa mereka dari tadi disitu.

"Yaudah kak itu lebih baik," Gibran mengendong kakaknya ke dalam mobil Raka yang ada di depan pom bensin.

Di lain sisi Zayn yang masih berada disitu, dia melihat Arumi yang sedang di gendong oleh Gibran di temani seorang cowok. Zayn sangat penasaran kenapa Arumi di bopong seperti itu, tapi anehnya kenapa mereka tidak membawanya ke rumah sakit, padahal di depan mereka ada rumah sakit.

Zayn ingin menghampiri mereka, tapi di hadang oleh suster. "Dok, pasien yang dokter tangani mengalami kejang." Seketika rasa penasaran Zayn sirna dikala mendengar penuturan suster tersebut. Zayn lebih mementingkan tangung jawabnya dari pada rasa penasaran yang tidak jelas baginya.

Setelah Arumi di dalam mobil, Gibran masih saja berusaha agar kakaknya segera tersadar dari pingsannya. Berbagai cara dilakukan oleh Gibran dari mencubit, menggoyang-goyang, dan menyipratkan air. Tetep saja Arumi belum juga sadar.

"Kakak sadar," teriak Gibran tepat di gendang telinga kakaknya. Raka yang melihat kejadian barusan terkekeh atas aksi Gibran.

Arumi menghirup udara, membuka matanya perlahan. "Gibran berisik tau," cemberut Arumi langsung duduk.

"Abisnya kakak kaya kebo engga bangun-bangun."

"Apa! Kamu bilang kakak kaya kebo, jahat bener kamu tuh," cetusnya sambil mencubit kecil betis Gibran.

"Bukannya bilang terimakasih, malah main cubit." celetuk Gibran, dihadiahi tatapan garang kakaknya.

"Ampun-ampun Gibran hanya bercanda kakak," mohon Gibran yang menunduk sambil terkekeh.

"Lebih baik kalian saya antar, lagi pula kalian naik motor tidak baik buat Arumi yang baru saja pingsan."

"Gimana kak, Gibran ayo-ayo aja. Mau di motor atau di mobil terserah yang penting sekarang Kakak sudah bangun." putusnya sambil melirik Arumi menanyakan keputusannya.

"Gue lebih baik naik motor aja, engga enak Lo pasti ingin istirahat. Kan baru pulang dari luar negeri." Arumi menolak halus tawaran Raka. Tapi ada maksud tertentu, Arumi tidak ingin bundanya memarahi Raka karna masih dekat dengannya.

"Yah padahal Gibran pengen naik mobil tau kak, Gibran bosen ngendarain orang mulu. Kapan coba duduk manis sebagai penumpang," ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.

Tertutup Gengsi (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang