18. Perjanjian

254 21 1
                                    

Selamat membaca

Semoga suka

Typo tandain

✍️✍️

Masih di posisi sama Arumi masih melancarkan aksinya untuk menggagalkan perjodohan ini. Arumi memutar otaknya untuk mendapatkan ide berikutnya. Setelah perbincangan dengan sang Bunda, seketika hati dan otaknya berhenti begitu saja. Arumi tidak menyangka terhadap keluarganya merencanakan hal terbesar seperti ini, apalagi menyangkut masa depannya di luar pengetahuan Arumi sendiri, tanpa memikirkan perasaanya. Tapi apa boleh di buat nasi sudah menjadi bubur, acara perjodohan sudah berlangsung cukup lama, parahnya lagi di laksanakan ketika dirinya pingsan. Hanya untuk menyembuhkan trauma, keluarganya nekat menikahkan dirinya dengan laki-laki yang tidak ia cintai.

Keluarga Zayn masih saja bergeming di tempat duduknya, mereka hanya jadi penonton pertunjukan yang Arumi buat.

"Cih! Jengkel sekali gue, mereka hanya jadi penonton bisu yang diem seribu bahasa melihat pertunjukkan yang gue buat. Bukan itu yang gue inginkan harusnya mereka semua batalin perjodohan ini," batinya.

"Ah gue tahu apa yang gue harus lakukan untuk gagalin perjodohan ini."

Arumi menyuapkan cemilan ke mulutnya setelah itu dia bersuara. "Oh Iyah Ayah Lo kemana Zayn? Kok dari tadi gue engga lihat."

"Jangan-jangan--" masih dalam keadaan penuh makanan dalam mulut.

"Sama istri mudanya, hahhaa." Lantas setelah itu seluruh keluarga membelalakkan matanya, tidak percaya apa yang Arumi katakan barusan.

Aisyah ingin sekali memukul pantat Arumi dengan spatula, tapi iya urungkan demi menjaga image nya.

"Arumi! Jaga bicara kamu."

"Hahaha bener kan apa yang aku ucapkan barusan, Ayah Lo sibuk dengan istri mudanya. Cih kesian sekali."

Zayn mengepalkan tangannya, emosinya seketika naik mendengar hinaan untuk sang Ayah.

Zayn menampilkan senyum yang tidak bisa di artikan. "Lo tampil berantakan di hadapan keluarga gue, gue terima. Lo bersikap urakan, berlenggok-lenggok seperti orang mabuk gue acuh. Tapi untuk ucapan yang Lo katakan gue tidak bisa menerimanya."

Arumi tersenyum penuh gembira. "Itu yang gue inginkan," batinya.

"Hahaha baperan banget sih Lo, gitu aja ngambek!"

"Arumi! Ikut Bunda sekarang!" Tanpa menunggu persetujuan Arumi, Aisyah menarik paksa tangan Arumi ke lantai atas.

Arumi mencoba memberontak tapi tenaga Aisyah cukup kuat sehingga dirinya pasrah di tarik kencang oleh sang Bunda.

Setelah kepergian Arumi dengan Aisyah, suasana di Ruang tamu sangat mencengangkan. Gibran yang selalu berisik, di situasi seperti ini dirinya hanya diam layaknya patung hidup.

"Maafkan atas yang telah putri saya lakukan, anak itu memang seperti itu di tambah suasana hatinya sedang kacau. Tahu sendiri dia sangat kecewa mendengar perjodohan ini, apalagi dirinya habis pingsan, oleh sebab itu dia luapkan dengan cara seperti itu. Mohon Ibu dan Zayn memahaminya."

"Pahami ya pahami tapi engga gitu juga caranya. Gue aja yang masih kecil tahu tatak rama!"

"Syifa!"

"Bunda harusnya dukung Syifa! Engga usah belain cewek seperti itu, dia aja engga hormati kita, masa iyah kita harus ngehormatin dia!? Helow sistem karma masih berlaku sayang!"

"Syifa tutup mulut mu! Apa begitu cara berbicara dengan yang lebih tua!?" Syifa bergeming, menunduk ke bawah takut kakak tercintanya akan mendiaminya selama 3 hari.

Tertutup Gengsi (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang