Roda mobil itu mulai berputar, membawa sang pemilik mobil kerumahnya. Gadis berkulit pucat itu terus mengendarai mobilnya dengan pikiran kosong.
Hanya ada satu kalimat yang terus berputar dan terulang dimemorinya, kalimat yang terdiri dari deratan kata menyakitkan dari orang yang paling dirinya cinta.
Dari beberapa kata menyakitkan itu, dirinya hanya terfokus pada 2 kata saja... Kita putus.
Kata yang paling dirinya benci, kata yang paling dirinya hindari. Tapi kenapa kedua kata itu tetap saja keluar dari mulut sang kekasih yang mungkin sudah tidak bisa dibilang kekasih lagi. Mantan.
Tapi bukankah itu terlalu cepat? Mereka baru berpacaran sekitar 1 bulan tapi mengapa sudah berakhir? Baru saja Dahyun merasakan kebahagiaan karena sudah menjumpai sang calon mertua, tapi... kenapa kini semuanya sudah berbalik?
Rasa senang itu berbalik tajam menjadi rasa sedih, kecewa, amarah, dan takut. Dahyun takut kehilangan Sana. Dirinya sudah terlanjur memncintai Sana dengan sepenuh hatinya, tapi kini kisah cinta mereka harus berakhir begitu saja?
Berakhir tanpa persetujuan Dahyun? Berakhir dengan emosi keduanya? Berakhir dengan Dahyun yang patah hati?
Posesif? Apakah Dahyun posesif akan Sana? Bukankah wajar jika merasa cemburu jika kekasih kita bersama orang lain? Apa.. Dahyun berlebihan?
Kini keempat roda itu berhenti tepat didepan pagar sebuah mansion. Dahyun membunyikan klakson agar satpam yang berjaga segera membukakan pagar tinggi itu.
Dahyun memakirkan mobilnya, sebelum turun Dahyun menghela nafasnya kasar. Kedua kakinya mulai bergerak memasuki mansionnya, melewati ruang tamu berjalan menuju tangga.
Langkahnya berhenti tepat di anak tangga ke-7. Dahyun mendongakkan kepalanya untuk melihat seseorang yang menghalangi langkahnya.
Dahyun menaikkan sebelah alisnya ketika melihat siapa orang itu. Dirinya mengalihkan pandangannya menuju sebuah jam besar yang terpajang diruang tamu.
Jam 4 sore lewat 20 menit. Dahyun menghela nafasnya kasar, lupa jika hari ini seharusnya ia berada di tempat les. Belum lagi sosok yang paling ia hindari sudah berada tepat dihadapannya, Dahyun hanya tinggal menunggu tangan itu bergerak menamparnya karena lupa pergi ke tempat les.
"Kamu tidak makan dulu bersama kami?"
Dahyun mengernyitkan dahinya heran, padahal dia sudah menyiapkan mental jika tangan itu bergerak menyakitinya lagi.
"Ini sore, bukan jam makanku" Jawab Dahyun datar.
"Bisakah kita bicara bertiga?"
"Ada urusan apa... Tuan Kim?"
Hati lelaki paruh baya itu sedikit terguncang saat putri satu-satunya memanggilnya dengan sangat formal, belum lagi raut wajahnya yang sangat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Obsession [√]
RomanceMenceritakan tentang Dahyun yang mulai tertarik dengan seseorang yang baru saja ia temukan. Lantunan piano memulai kisah mereka, akankah berakhir dengan baik? atau bahkan buruk? Cinta dan terobsesi adalah hal hang berbeda, apakah Dahyun mencintai Sa...