Erangan lirih terdengar seiring suara alarm yang memekakkan telinga memaksanya untuk terjaga, jemari mungil nya mulai mencari-cari benda persegi pipih yang ia letakkan di atas nakas. Setelah berhasil menghentikan suara dering menyebalkan itu, Hikari pun langsung terbangun. Ia tidak boleh berleha-leha dan kembali melanjutkan tidur singkat nya yang bisa membuat gadis itu terlambat datang bekerjaMatanya masih belum sepenuhnya terbuka, dengan keadaan linglung ia mencoba duduk sejenak seraya menenggak air minum dari botol minum yang selalu ia sediakan di dalam kamar nya
"Ah... Seger" gumam nya dengan suara parau setelah menghabiskan setengah botol minum berukuran lima ratus mili
Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, ia lambat bangun setengah jam dari hari biasanya karena lembur bekerja tadi malam. Sebenarnya salah Hikari sendiri sih, ia pulang bekerja pukul tujuh malam sisanya ia habiskan menonton Drama China yang membuatnya ketagihan sampai bergadang pukul sebelas malam, alhasil beginilah jadinya. Gadis itu terpaksa korupsi waktu
Selesai ibadah subuh Hikari pun beralih membuat sarapan untuk dirinya, ya maklum penderita penyakit magh akut sepertinya harus jaga-jaga makan tak boleh membiarkan perutnya kosong terlalu lama jika ia tak mau berakhir dengan nyeri di perut dan ulu hati, tubuh lemas, gemetar, sesak dan kepala keleyengan. Atau lebih parahnya ya pingsan.
Hikari hanya menggoreng naget, serta telor dadar kesukaannya. Asal ada nasi, mau menu mie instan sekalipun tak masalah baginya. Yang penting perut nya ke isi nasi
Selesai memasak dan merapihkan dapur seperti mencuci piring, Hikari pun segera menyantap sarapan nya agar ia bisa segera mandi dan pergi bekerja. 6/7 alias enam hari bekerja dalam seminggu, Hikari melakukan kegiatan yang sama setiap paginya sebelum bekerja. Lumayan terasa monoton, tapi apa boleh buat hidup seorang diri tak bisa membuat Hikari bersantai-santai menghabiskan waktu muda nya hanya untuk nongkrong di Cafe, main, atau menghabiskan uang nya berkunjung ke mall
Ia perlu menabung untuk masa depan nya, belum lagi hutang keluarga nya yang belum sepenuhnya ia lunasi. Sehingga membuat Hikari harus membatasi dan menahan keinginannya, ya mungkin sesekali bermain setelah gajian tak masalah. Asal tidak berlebihan dan menghabiskan uang gaji nya, karena bagaimana pun dirinya perlu dan memiliki hak menikmati jerih payah nya. Meskipun hanya makan di McDonald's atau KFC, lalu pulang nya membeli skin care berupa facial wash atau pelembab wajah, atau sekedar membeli sabun dan ditergen di mini market sudah membuat nya bahagia
Pukul enam lewat dua puluh, Hikari sudah rapih dengan kemeja biru polos dengan rok plisket putih sedengkul miliknya. Ia tak berani mengenakan stiletto, wedges, atau apalah itu sepatu berhak tinggi seperti teman-teman kantornya. Gadis bertubuh mungil itu lebih memilih mengenakan sepatu semi sport berwarna abu-abu kesayangannya. Lebih aman dan nyaman untuk orang yang sedikit ceroboh sepertinya
"Mau berangkat neng?"
Hikari menoleh memberikan senyum simpul kepada sepupunya yang tinggal tepat di samping rumahnya kala ia baru saja keluar dari rumahnya dengan sepeda lipat miliknya
"Iya nih, mba"
Mba Via, wanita berusia kepala tiga itu mengangguk sambil tersenyum. Ia jarang berada di rumah karena ikut dengan sang suami yang selalu bekerja di luar kota, sehingga jarang berinteraksi dengan Hikari
"Udah sarapan?" tanya wanita itu lagi
"Udah mba. Ehm- kalau begitu Hikari pamit ya mba, Assalamualaikum."
"Waalaikum salam, hati-hati di jalan ya."
"Iyaaaa" Hikari menyahut agak keras lantaran sudah mengendarai sepedanya keluar rumah
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Boss
RomanceSatu hal yang akan selalu Hikari ingat, "Jangan ada Love Affair di tempat kerja." Terhadap siapapun itu, ia akan menjaga hati nya. Ia tidak mau membuat skandal seperti teman nya di tempat kerja nya yang dulu. Pekerjaan nya terbengkalai, fokus nya h...