Selepas membersihkan diri Hikari langsung merebahkan tubuh mungil nya di ranjang, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika gadis itu mencoba memejamkan matanya karena hari ini kegiatannya di kantor sangat padat dan cukup melelahkan. Bukan hanya otaknya saja yang bekerja tapi juga tenaga, bahkan saat pulang tadi ia hampir ketinggalan Bus jemputan. Tapi untung saja kedua kakinya bisa mengejar Bus itu
Sudah pagi kena semprot si Bos, malam di kagetin si Bos, pulang lari-lari ngejar Bus. Haduh! Malang sekali memang nasib nya, semoga saja esok hari ia tidak mengalami nasib buruk seperti hari ini
Beberapa menit kemudian baru saja Hikari memasuki alam mimpi tapi tiba-tiba ponselnya yang ia letakkan di sisi bantal yang ia gunakan terus berdenting, sehingga membuat tidurnya terganggu dan kedua matanya kembali terbuka. Agaknya Hikari lupa mematikan data nternet ponselnya
Sambil mendengus gadis itu meraih benda persegi itu dan mengecek puluhan notifikasi pesan yang berbaris, nama Riri mendominasi di antara puluhan pesan tersebut. Awalnya Hikari berniat mengabaikan pesan itu namun karena rasa penasaran alhasil gadis itu pun membuka notif pesan tersebut
Riri : P
Riri : P
Riri : P
Riri : Teh Hika
Riri : Teh
Riri : Teh tarik satu
Riri : Teh Hikari tau nggak?
Seketika Hikari menyesal karena menuruti rasa penasaran nya, memang dasar Riri bocah kurang kerjaan. Mengirimi nya pesan selalu saja setengah-setengah dan tidak to the point
Hikari tidak berniat membalas pesan tersebut dan memilih mematikan ponselnya dan mencharge nya, lebih baik sekarang ia cepat tidur agar di kantor nanti ia tidak terus mengeluh mengantuk
Pagi menjelang dan seperti biasa Hikari dengan sepeda lipat miliknya melaju santai membelah jalan, karena pagi ini ia tidak memasak karena bahan makanan di kulkas sudah habis Hikari pun menyempat kan dirinya untuk menepi di tenda bubur mang Dudung.
"Mang Dudung! Bubur satu di bungkus ya." suara khas Hikari mengintrupsi mang Dudung yang nampak tengah berbincang dengan pelanggannya
Pria setengah baya itu berbalik setelah mendengar permintaan Hikari
"Eh neng Hika, di tunggu ya neng."Hikari tersenyum dan mengangguk sehingga rambut panjang miliknya bergerak kesana kemari, mang Dudung bersiap menyiapkan pesanan Hikari, meninggalkan sesosok pria lansia yang nampak tengah membaca koran sehingga wajahnya tertutup. Hikari mendaratkan bokongnya di kursi panjang menunggu bubur nya siap, seraya iseng mengedarkan pandangan nya ke penjuru tenda mang Dudung, tak sengaja matanya menatap sejenak pria tua yang duduk di sebrang kursi nya
Hikari sedikit merasa de javu, ingatannya seakan terlempar satu minggu yang lalu. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan ketika samar-samar mengingat sosok pria tua itu lalu berdiri ketika pesanan nya hampir siap
"Lagi nggak masak ya neng Hika?" tanya mang Dudung ketika memasukkan bubur Hikari kedalam plastik
"Iya nih mang, stok makanan di kulkas habis. Aku belum sempat ke tukang sayur hehehe... " gadis itu mengekeh seraya menyerahkan uang selembar sepuluh ribu
Mang Dudung tersenyum dan menyerahkan pesanan gadis mungil itu
"Makasi ya mang."
"Iya neng sama-sama."
Hikari berjalan keluar dari tenda bubur mang Dudung, mengaitkan plastik bubur di stang sepeda nya sebelum kembali mengayuh nya sampai depan gang. Punggung Hikari mulai menjauh dan sosok pria tua yang masih duduk di dalam tenda mang Dudung pun melipat koran di tangannya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Boss
RomanceSatu hal yang akan selalu Hikari ingat, "Jangan ada Love Affair di tempat kerja." Terhadap siapapun itu, ia akan menjaga hati nya. Ia tidak mau membuat skandal seperti teman nya di tempat kerja nya yang dulu. Pekerjaan nya terbengkalai, fokus nya h...