34. Doa Restu Dari Sahabat!

170 21 2
                                    

Hikari mengekeh heran sambil menggeleng kan kepalanya melihat tingkah Ayaz yang tak henti-hentinya mengirimkan nya pesan singkat, mengingatkan Hikari tentang janji nya untuk menemani pria itu menghadiri acara pertunangan sahabat nya. Bahkan sampai hari-H pun Ayaz terus mengabari Hikari

Pria dewasa itu sepertinya sangat exited, berbeda dengan Hikari yang merasa amat gugup karena ingin bertemu para sahabat pria itu. Sebenarnya ia pun bertanya-tanya, kenapa Ayaz sangat ngebet mengajak nya alih-alih Olya atau perempuan lain? Kenapa harus dirinya yang asing ini?

Hikari menghela nafas nya menatap kearah cermin, memperhatikan bagaimana Danisa yang sangat terampil merias nya.

"Jangan gugup, santai aja. Muka lo kelihatan kek orang menanggung puluhan beban tau gak?!" tukas Danisa mengomentari Hikari

Bibir Hikari seketika mengerucut, Danisa tidak mengerti posisi nya mangkan nya dia bisa bilang gitu. Coba jadi Hikari, mati kutu dah pasti

"Aku gugup Dan, gimana ya nanti pas ketemu temen-temen nya pak Bos?"

"Ya biasa aja lah, emangnya lo mau gimana. Koprol gitu? Santai aja, toh ada pak Bos tercinta yang akan mendampingi-"

Plak...

"Jangan ngawur!" omel Hikari sebab Danisa tak henti-hentinya menggoda nya, apalagi setelah ia diberi hadiah oleh Ayaz.

Danisa meringis lalu berdecak, ia kembali fokus menata rambut Hikari

"Apa aku gak usah ikut aja ya?" celetuk Hikari tanpa dosa membuat Danisa seketika melotot

"Jangan gila lo! Gue udah bela-belain dateng tengah hari bolong buat merias lo, dan lo bisa-bisa nya mau ngebatalin gitu aja? Fikirin perasaan Bos lo juga, dia pasti kecewa banget. Tiap hari Wa lo ngingetin buat hari ini."

"Iya maaf." ujar Hikari dengan nada suara lesu. Ia pun tak bisa membayangkan betapa greget nya Ayaz jika Hikari sampai batal ikut, mungkin pria itu akan memanggang nya nanti

Beberapa menit kemudian akhirnya Danisa menyelesaikan tugasnya, gadis itu tersenyum puas menatap hasil karya nya.

"Perfect, meski gak secantik si Nong Poy tapi gua jamin pak Bos ga bakal bisa mengalihkan tatapan nya dari lo." Danisa menukas sambil memperhatikan wajah Hikari di cermin

"Aku emang gak secantik si Nong Poy, tapi aku perempuan tulen ya." sahut Hikari di balas gelak tawa Danisa.

"Iya deh iya, Tingker Bell nya pak Bos."

Plak...

Hikari kembali menabok bahu Danisa

"Sakit ege, kasar bet sih gua ditabokin mulu." ringis Danisa sambil mengusap bahu nya

"Sukurin, lagian kamu ngeledekin aku mulu. Kan sebel, wleee... " Hikari menjulurkan lidah nya kearah Danisa

"Ish..."

Tin...

Tin...

Baru saja Danisa akan membalas tabokan Hikari namun suara klakson mobil yang terdengar di luar rumah membuat kedua gadis itu terdiam saling memandang satu sama lain seperkian detik

"Pangeran lo dateng, cepet ambil tas, sepatu mana sepatu?!" Danisa kelabakan dan berlari mongsang-mangsing mengambil tas dan flat shoes Hikari

Begitpun dengan Hikari yang ikut panik mengenakan tas juga sepatu nya.

"Aku berangkat ya, makasi banget buat hari ini Danisa. Love, love sekebon. Muah... " Hikari memberikan flying kiss sebelum pergi keluar rumah.

"Iya sama-sama... Selamat berkencan sobat!" balas Danisa berteriak lalu menutup pintu rumah Hikari Dan beralih mengintip lewat jendela

My Beloved BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang