Ketika lampu merah menyala Ayaz menghentikan laju kendaraannya lalu melihat balasan singkat yang dikirimkan Olya, Seketika pria dewasa itu mendengus nyaris terkekeh membuat gadis mungil di samping nya terkejut. Dengan asal Ayaz melempar ponsel mahal berharga puluhan juta itu keatas Dashboard lalu beralih memperhatikan gadis yang duduk diam di sisinya.Dengan bibir tipis dan hidung mancung nya yang kecil wajah gadis itu benar-benar terbingkai sempurna, matanya yang kecil namun tak sipit seakan membius siapapun yang menatap nya. Ayaz rasanya tak bisa melepas tatapan dari gadis itu, seperti ada daya magnet yang terus menariknya. Kenapa... Kenapa ia baru menyadari jika gadis itu terlihat sangat menarik, padahal Hikari bukanlah gadis yang pandai bersolek, namun hanya dengan penampilan sederhana Ayaz enggan mengalihkan perhatiannya.
Tin...
Tin...
Suara nyaring klakson kendaraan lain dalam sekejap meruntuhkan kegiatan Ayaz, dengan amat terpaksa ia kembali memacu kendaraannya- memutus perhatiannya sehingga membuat Hikari seketika bisa bernafas lega. Perasaan gadis itu tak bisa digambarkan, rasanya ia akan mati gugup saat ini juga. Jantungnya berdegup sangat cepat sehingga membuat tubuhnya sedikit lemas, pengaruh berdekatan dengan pria itu ternyata sangat luar biasa
Andai Hikari bisa memutar waktu, ia akan lebih memilih menerobos lebat nya hujan ketimbang harus satu mobil bersama dengan Bos nya. Tapi jika itu terjadi Hikari tak bisa merasakan perasaan yang menggila ini, pesona Ayaz benar-benar berada di radar berbahaya, terlalu sulit di abaikan.
"Kau tidak perlu setegang itu, rilex saja. Aku tidak akan melakukan hal-hal buruk kepadamu, nona Hikari." tiba-tiba pria matang itu menukas ketika sadar jika Hikari tak mampu duduk tenang di sisinya.
Hikari tersentak, menoleh cepat ke arah Ayaz sebelum tersenyum kaku dan mengangguk pelan satu kali
"I-iya pak Bos." sahut nya tergagap
Ayaz melirik singkat lewat ujung matanya, merasa tidak puas dengan jawaban Hikari. Ia ingin mendengar gadis itu berbicara lebih banyak, sama seperti ketika gadis itu berbicara dengan Olya atau temannya. Bukan apa-apa, Ayaz hanya penasaran saja
"Boleh ku tahu apa hobi mu?" Ayaz kembali membuka topik, oh ia sangat tahu gadis seperti apa Hikari. Hanya perlu beberapa pancingan
Tenggorokan Hikari rasanya tercekat, namun gadis itu berupaya mengeluarkan suaranya sesopan mungkin dan sesekali menatap Ayaz yang tengah mengemudi dengan gaya yang luar biasa terlihat hot dan gagah
Fikiran gadis itu berkelana,
Tumben sekali, biasanya dia selalu memarahi ku. Kenapa sekarang jadi ramah begini"Ehm- saya tidak memiliki ketertarikan di bidang apapun secara spesifik, tapi saya senang ketika menghabiskan waktu senggang untuk membuat kue." ungkap nya
Ayaz menaikkan satu alis nya, melirik singkat gadis mungil yang kini terlihat lebih rilex. Senyum tipisnya terpatri tapi lebih terlihat seperti tengah menyeringai, ah menarik juga ternyata. Ia ingin mendengar suaranya lagi
"Kue seperti apa yang kamu sukai?" oke naik ke level selanjutnya, Ayaz kembali melontarkan pertanyaan sekaligus mengorek informasi pribadi gadis itu
"Brownis coklat dan kue mangkuk." Hikari menjawab, kali ini senyumnya tak bisa di tahan.
Ia tengah membayangkan kue kesukaan nya yang baru di keluar dari dalam oven dan panci pengukus, aroma nikmat serta kepulan asap nya langsung terngiang-ngiang di fikiran Hikari.
"Kenapa semua perempuan menyukai Brownis coklat?" Ayaz penasaran karena adik dan mommynya pun, termasuk Olya memiliki kesukaan yang sama- brownis coklat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Boss
RomanceSatu hal yang akan selalu Hikari ingat, "Jangan ada Love Affair di tempat kerja." Terhadap siapapun itu, ia akan menjaga hati nya. Ia tidak mau membuat skandal seperti teman nya di tempat kerja nya yang dulu. Pekerjaan nya terbengkalai, fokus nya h...