18. Lo siento!

246 18 2
                                    

Hikari mendekam di tempat duduknya dengan tatapan lemas tak samangat memperhatikan hasil Design buatan nya, satu hari belum usai namun sudah banyak kejadian aneh yang menimpanya. Termasuk pula dengan sikap pria itu yang kini membuat hatinya tak tenang.

Kenapa pak Bos bisa tahu aku di kasih kue sama pak Wira?

Kenapa pak Bos gak suka liat aku di dekati laki-laki lain?

Kenapa sikap pak Bos berubah? Padahal... padahal semalam masih baik-baik aja.

Kenapa? Kenapa? Dan kenapa?

Hikari bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang salah dengan dirinya?

Sial sekali memang! Mereka tak ada hubungan apapun selain hubungan antara karyawan dan Bos, tapi kenapa sikap Presdir nya itu menunjukkan  seakan-akan mereka seperti telah lama mengenal satu sama lain. Hikari tidak mau memiliki ekspetasi lain yang lebih jauh terhadap pria itu, siapalah Hikari ini. Sangat tidak pantas

Berdekatan dengan sosok Presdir nya saja sudah membuat dirinya gemetar, apalagi menatap nya- sungguh jika Hikari tidak tahu namanya sopan santun selana ini mungkin ia lebih memilih menundukkan kepala daripada harus menatap wajah penuh pesona yang menghanyutkan jiwa dan raga itu.

Ia ingat ketika bertemu dengan sosok Ayaz untuk pertama kalinya ketika membahas soal Design untuk acara Event perusahaannya dan itu nyaris dua bulan yang lalu. Tapi setelahnya, secara tidak disengaja mereka selalu dipertemukan, saling berbicara, berinteraksi ringan, bahkan ia sampai di ajak makan malam- ya mungkin itu memang kebetulan tapi...

Kenapa bisa sampai seperti ini...

Sampai pria itu melarang nya untuk hal-hal di luar pekerjaan?

Kepala Hikari rasanya kian berdenyut memikirkan semua pertanyaan itu. Rasanya ia ingin sekali cepat pulang dan merebahkan tubuh lelah nya di atas kasur, melupakan insiden gila yang dialaminya.

Tak cukup kah dengan kelakuan Kang Daniel saja yang membuat nya merana?!

Karena Hikari tak bisa memastikan jika pria 'itu'  bertindak lebih jauh mungkin dirinya bisa melanggar prinsipnya selama ini, Hikari hanya perempuan biasa dan tak memungkinkan jika akan jatuh dengan pesona sosok itu.

Heh! Ya Allah, kejauhan kamu mikir nya Hikari. Udahan, gak boleh overthingking terus nanti gila!

Gadis itu menggelengkan kepalanya beberapa kali demi menghilangkan bayang-bayang prilaku pria itu, lebih baik ia kembali fokus dengan tugasnya. Semoga saja dengan kesibukan yang ia miliki bisa menghapus segala kegilaan di fikirannya. Jemarinya dengan pelan bergerak menggeser mouse demi melanjutkan kinerjanya yang terhambat, dua menit berlalu tiba-tiba suara yang tak diharapkan membuat sekujur tubuhnya membeku.

"Hikari kamu lembur ya hari ini."

JDERRR....

Bagaikan tersambar petir di siang bolong, suara ghaib siapakah itu? Ingin sekali Hikari bungkam dengan kaus kaki belang-belang miliknya.

"Hikari... "

Mendengar namanya kembali di sebutkan Hikari terpaksa menoleh dengan sebuah senyuman kaku ke arah bu Fitri yang baru mendaratkan bokongnya di kursi kerjanya, menelan salivanya susah payah Hikari menyahut

"I-iya bu Fitri." padahal ia sangat ingin menolak, tapi apa daya otak dan hatinya tak sejalan.

Dasar Hikari, tipe-tipe manusia 'people pleaser' banget.

"Cuma sampe jam enam doang kok. Dan besok divisi kita kedatangan satu anggota perbantuan dari anak magang, jadi untuk lembur mulai besok bisa agak sedikit melonggar." tambah bu Fitri

My Beloved BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang