Hikari tidak bisa berkutik ketika ia di seret paksa oleh Bos besarnya memasuki mobil mewahnya, sekuat apapun ia menolak sama sekali tak mendapatkan respon. Ia benar-benar dalam masalah, kalau tau akhirnya akan seperti ini lebih baik ia menghadapi kegilaan Kang Daniel.Ia duduk dengan gelisah di kursi penumpang seraya mencuri-curi pandang ke arah pria di sisinya yang nampak terlihat sumringah diatas penderitaan nya.
Ya Tuhan! Benar-benar tidak punya dosa sekali pria tampan ini.
"Aku tidak akan melakukan hal buruk, kamu tenang saja. Jangan bertingkah seolah-olah aku adalah seorang penculik." Ayaz berceletuk tiba-tiba sambil menahan tawa
Hikari berjengit mendengar celetukam bernada menyindir itu, mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali seraya menelan ludah nya kasar gadis itu hanya menyengir canggung.
Wah, wah, wah... Sepertinya pria itu memperhatikan gerak-gerik nya sedari tadi, tapi bagaimana bisa Hikari tenang disaat dirinya merasa terancam seperti ini?!
Huaaa... Ingin sekali dirinya menangis, meminta diturunkan di pinggir jalan kepada pria itu. Bukannya ia tak bersyukur di bantu lolos dari intaian Kang Daniel hanya saja setelah semua interaksi di antara mereka berdua rasanya Hikari... Ah! Pokoknya ia depresot sekali menghadapi ke randoman sifat Presdir nya satu ini.
Sebenarnya Hikari termasuk orang yang mampu mengendalikan emosinya. Suka, duka, senang, benci, marah, atau gugup takkan nampak di wajahnya. Ia mampu mengendalikan semua ekspresi itu dengan wajah cuek, namun aslinya gadis itu peduli, pengamat, dan pendengar yang baik-baik untuk orang-orang di sekitarnya.
Hanya saja untuk yang satu ini berbeda, Ayaz mampu mengobrak-abrik hatinya. Hanya kepada pria itu Hikari bisa bersikap tak wajar. Karisma dan aura kuat juga tahta pria itulah sebenarnya yang membuat nya selalu mati kutu.
"Pak Bos mau bawa saya kemana?" setelah berdiam diri akhirnya Hikari mencoba memberanikan diri bertanya
"Menurut kamu, aku mau bawa kamu kemana?"
Ye malah nanya balik lagi nih orang, gak tau apa kalau Hikari panik berkat otak pintar nya yang berfikir tidak-tidak. Ditambah pria itu menampilkan smirk membuat nya terlihat sangat tampan juga berbahaya.
Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan
"Tidak tau." gadis itu melirih, padahal dalam hatinya ia terus berdoa semoga sang Presdir tidak benar-benar melakukan hal-hal gila kepadanya.Ya seperti, seperti membawanya ke tempat...
"Kita sudah sampai."
"H-huh?!" Hikari tersentak dari lamunannya, suara berat pria tampan itu mengintrupsi.
Gadis itu lantas celingak-celinguk ketika Ayaz membawanya ke sebuah Mall ternama di Kota, fikiran nya salah. Ternyata dia akan di rampok.
"Siapa yang bilang kalau kamu boleh pergi begitu saja? Aku membantu mu tidak gratis."
Tubuhnya mematung mengingat percakapan itu. Ayaz benar-benar meminta bayarannya, tega sekali Bos nya satu ini. Semoga saja dia tidak membeli barang-barang mewah karena sisa saldo di Rekening Hikari menjerit, takkan cukup membiayai manusia berlian seperti Bos nya.
"Memikirkan apa hm? Tidak ingin turun?"
Hikari gelagapan tatkala pria itu mencondongkan tubuh kekar nya setelah membuka seat belt, gadis itu sedikit memundurkan tubuhnya sampai mentok ke sisi pintu dengan mata melotot membuat Ayaz yang melihat sikap gugup Hikari menahan kekehan gemas, jemarinya terulur membantu gadis itu membukakan seat belt sehingga tubuh mungil nya kini terbabas.
"Iy-iya pak Bos, i-ini saya mau turun." ucap Hikari cepat dengan sedikit terbata lalu segera keluar dari dalam mobil mewah yang di tumpanginya.
Ini pasti efek dibacakan puisi cinta oleh Kang Daniel pagi tadi sampai membuat Hikari oleng dan sering melamun, bahaya sekali ternyata. Mental nya sampai terguncang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Boss
RomanceSatu hal yang akan selalu Hikari ingat, "Jangan ada Love Affair di tempat kerja." Terhadap siapapun itu, ia akan menjaga hati nya. Ia tidak mau membuat skandal seperti teman nya di tempat kerja nya yang dulu. Pekerjaan nya terbengkalai, fokus nya h...