*2958 word oy! Spesial buat Readers setia.
********Nafas Hikari tersendat-sendat setelah menuruni puluhan anak tangga dengan berlari, kedua kaki nya a terasa pegal dan mulai berdenyut nyeri. Beruntung Hikari memakai Sneakers bukan memakai hak tinggi seperti teman-temannya, mungkin tumit dan betisnya akan patah saat itu juga jika memakai alas kaki seperti itu
"Ya ampun huh... Cape banget huh... " gumam nya pelan sambil memegang satu pinggang nya
Matanya mulai mengedar mencari keberadaan Riri yang biasa menunggu nya di lantai satu untuk makan siang, namun sampai pintu lift berdenting dan terbuka menampilkan beberapa karyawan yang juga hendak pergi ke kantin, sosok Riri belum juga muncul
"Kemana sih tuh anak?" tanya nya pada diri sendiri, beberapa karyawan lain mulai melirik nya tapi ia bersikap tak acuh
Hikari tak suka menunggu, dan ini sudah lima menit berlalu tapi gadis itu belum muncul juga. Ia rela tak menggunakan lift yang jelas penuh dan harus mengantri karena takut Riri kelamaan menunggunya, tapi naas nya takdir berkata lain. Hikari lah sekarang yang harus menunggu kedatangan Riri
Ponsel di sakunya bergetar, sontak Hikari langsung mengecek nya. Satu notif pesan atas nama Riri terpampang disana, gadis itu mendesah kecewa karena mendapat kabar jika Riri tak bisa makan siang bersama karena tim divisinya tengah mengadakan acara makan bersama di luar gedung
Alhasil mau tak mau Hikari pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin seorang diri, tak ada teman lain yang ia miliki. Mba Anita dan mba Ratna, atau rekan satu divisi lainnya sudah berpencar bersama teman-temannya. Hikari sudah terbiasa, ada Riri atau pun tidak Hikari akan baik-baik saja
Sambil membawa baki makan siang miliknya, Hikari pun berjalan mencari meja dan kursi kosong yang sudah mulai di penuhi oleh karyawan lain. Decakan kecil keluar dari mulut nya, Hikari sudah merasa lelah. Tapi ia tetap berusaha mencari sampai kedua netranya menangkap satu tempat yang lumayan sepi, kakinya dengan cepat melangkah menuju tempat yang sepertinya baru di tinggal kan oleh beberapa karyawan sehingga meja nya masih kotor oleh sisa-sisa makanan dan abu rokok. Tapi sekali lagi, Hikari tidak masalah dengan semua itu.
Selepas cuci tangan dan melap meja dengan tisu bekas miliknya yang ia temukan di saku rok, Hikari pun mulai melahap makan siang nya dengan diam. Mulut nya sibuk mengunyah sementara matanya sesekali menatap ke sekeliling, melihat betapa sibuk nya karyawan lain yang asyik menyantap makan siang sambil bercengkrama dengan rekan lainnya
Ada rasa iri menyelimuti hati Hikari, teringat dulu ia pun pernah seperti itu dengan teman-temannya. Tapi sekarang sudah berbeda, Hikari harus terbiasa dengan keadaannya yang sekarang. Bersyukur masih ada Riri yang terkadang bisa menemani nya, sementara dengan yang lain... Hikari merasa tak nyaman jika harus membuntuti teman-teman satu divisinya. Contoh mba Anita dan mba Ratna yang memiliki circle lain dengan teman di divisi lain
Mereka bahkan selalu menawari Hikari untuk bergabung, hanya saja Hikari sendiri selalu menolak dengan alasan makan bersama Riri, atau tak mau menganggu. Padahal sebenarnya Hikari tak nyaman dengan obrolan mereka yang tidak ia mengerti, atau selalu merasa menjadi orang asing di tengah-tengah mereka.
Alih-alih memainkan ponsel untuk menemani nya, Hikari justru lebih senang menekuri makan siangnya sambil melihat-lihat sekitar. Satu hal lagi yang tak ia suka, memainkan ponsel di tengah keramaian. Jika tidak ada hal penting, Hikari lebih memilih diam atau bercengkrama dengan orang di sekitar nya ketimbang memainkan ponselnya
Tak terasa makan siangnya tinggal tersisa setengah, gadis berperawakan mungil itu pun mulai menenggak air putih miliknya namun tiba-tiba tersedak karena mendengar intrupsi seseorang di balik tubuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Boss
RomanceSatu hal yang akan selalu Hikari ingat, "Jangan ada Love Affair di tempat kerja." Terhadap siapapun itu, ia akan menjaga hati nya. Ia tidak mau membuat skandal seperti teman nya di tempat kerja nya yang dulu. Pekerjaan nya terbengkalai, fokus nya h...