8. Tugas Baru Di Mulai!

262 14 1
                                    

Hikari terhenyak sesaat setelah mendengar ucapan bu Fitri pagi ini, bahkan lap di tangannya belum sempat ia taruh setelah ia gunakan untuk membersihkan lemari dan kaca di ruangan nya. Hikari masih tidak percaya, bagaimana bisa Presdirnya menunjuk nya untuk kembali mendesign satu pasangan sepatu untuk event nanti

Memang nya design kemarin belum cukup apa?

Lagipun kenapa harus dirinya sih?! Ada banyak teman-teman nya yang lebih handal dan berpengalaman, sementara dirinya masih new be. Kerjaan nya saja bahkan masih di bawah pemantauan bu Fitri, apa Presdir nya itu tidak tahu? Dalam hati gadis itu terus menggerutu

"Memang design yang kemarin belum cukup, bu?" Hikari bertanya, wajahnya sudah berubah pias

Mba Anita yang baru saja tiba nampak menatap ke arah nya penasaran, dan beberapa temannya pun diam-diam ikut menguping

"Pimpinan bilang ada perubahan, jadi kita perlu mengeluarkan dua design baru. Yang terpilih kamu dan Dirga, siang setelah makan siang menghadap ke ruangan pak Ayaz."

Hikari ingin sekali menangis, ia mengedarkan tatapan nya ke arah teman-teman nya. Berharap satu dari mereka akan menolongnya
"Tapi kenapa harus saya, bu? Memang nya ibu yakin dengan kinerja saya?"

Bu Fitri menghela nafas, menatap wajah mungil Hikari lekat. Ia tahu perasaan Hikari saat ini, sebenarnya kalau boleh ia memang takkan merekomendasikan Hikari untuk mengerjakan project dadakan seperti ini. Bukannya tidak percaya dengan kemampuan Hikari, hanya saja menimang waktu pengerjaan yang singkat pasti akan sedikit menyulitkan. Namun apa boleh buat, sang Presdir yang memerintahkan secara langsung. Bu Fitri tak mampu menolak

"Saya mengerti dengan perasaan kamu, tapi Presdir sendiri yang memilih. Saya tidak bisa menolak."

Hikari memejamkan matanya sejenak, benar-benar tidak bisa dipercaya. Seketika Hikari jadi tidak menyukai sosok Presdir nya itu

Belum kenal aja udah nyebelin tuh orang!

"Ya sudah mau bagaimana lagi, saya akan berusaha semampu saya. Terima kasih atas informasi nya, bu." Hikari hanya mampu pasrah dengan keadaan, menolak pun hanya sia-sia

Bu Fitri mengangguk
"Semangat Hikari, saya pasti akan selalu membantu kamu."

Hikari mengangguk dan tersenyum tipis sebelum berjalan meninggalkan meja bu Fitri, diam-diam gadis itu melirik ke arah meja Dirga. Melihat pria menyebalkan itu tengah sibuk merapihkan meja nya, dan lagi kenapa di antara teman-teman lainnya. Hikari harus bersanding dengan Dirga untuk mengerjakan project ini?

Ia tak bisa membayangkan ke depannya, pasti akan sangat memuakkan bekerja bersama Dirga, mengingat sifat menyebalkan pria itu yang kerap mencibir nya.

Kaki nya melangkah pelan menuju toilet untuk membasuh lap di tangan nya dengan gontai, Hikari tak memperdulikan orang-orang di sekitarnya yang berlalu lalang. Fikiran nya berkecamuk memikirkan nasib nya kini

Hikari merasa tidak percaya diri, apalagi kondisi kesehatannya yang sedikit menurun membuat mood nya kian anjlok

"Kenapa harus aku sih?! Kaya nggak ada yang lain aja" gumam gadis itu seraya menatap cermin toilet yang menampilkan wajahnya yang sedikit pucat. Sepertinya ia akan terkena demam karena hujan-hujanan kemarin

Lap di tangannya ia lempar kearah cermin dengan kesal, untung saja tidak ada orang lain di dalam toilet hanya ada ia seorang

"Ck... Lagian pak Presdir ngapain milih aku segala sih! Apa dia gak tahu kalau aku masih karyawan baru?" cerocos Hikari sambil mulai membilas kain lap

"Mana di kasih waktu nya mepet banget lagi, kudu ottoke aing tuh?"

Gadis itu terus saja berceloteh di sela-sela kegiatannya, merutuki keputusan orang-orang yang memilih nya. Benar-benar tak bisa dipercaya, andai saja ia memiliki kekuatan untuk memutar waktu maka Hikari akan memilih tidak masuk kerja hari ini bahkan sampai tiga hari ke depan. Agar nama nya gugur dan mereka bisa memilih karyawan lain, ya meski Hikari tahu itu sama dengan mengorbankan teman-teman nya.

My Beloved BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang