28. Angry Bos!

193 19 6
                                    


Hikari menelungkupkan kepalanya di meja usai mendapatkan siraman rohani pagi hari oleh bu Fitri, belum ada sepuluh menit ia tiba bu Fitri yang selalu datang lebih awal datang menghampiri nya dari ruang sebelah ketika ia tengah asik mengelap kaca yang membatasi ruang divisi. Menanyakan catatan hasil meeting kemarin yang sebenarnya sudah Hikari letakkan di meja wanita itu sebelum ia pergi bersama Olya.

Namun kenyataannya, catatan itu sekarang telah lenyap entah kemana. Padahal jelas-jelas Hikari sudah menaruh nya saat itu. Bu Fitri terlihat kesal dan Hikari merasa sangat bersalah sekarang, karena catatan itu pun berisi hasil meeting kemarin yang akan bu Fitri gunakan sebagai perbandingan pekerjaan nya.

Hikari sudah mencari kesana-kemari, di setiap laci maupun meja. Tapi buku seukuran telapak tangan orang dewasa itu entah pergi kemana, siapa yang mengutip pun ia tak tahu sebab kemarin seharian ia juga tak berada di kantor. Mba Anita maupun pak Bima juga tak melihat, begitupun dengan rekan lainnya.

Belum usai permasalahan itu, beberapa menit kemudian Dirga ikut berbuat ulah. Menambah rasa frustrasi gadis mungil itu dengan menghilangkan pulpen miliknya.

Hikari ini bukannya pelit atau perhitungan kepada teman tapi Dirga sendirilah yang kurang ajar, ini sudah kali kedua pria itu meminjam pulpen nya tanpa seizin nya. Yang pertama berhasil dikembalikan dengan kondisi kepala bebek yang menghiasi tutup pulpen tersebut patah dan berakhir dengan Hikari yang cemberut seharian, itu masih tidak masalah. Tapi yang kedua kalinya ini... Pria itu dengan raut wajah tanpa dosa mengatakan jika pulpen nya telah hilang entah kemana.

Mana pulpen kesayangan Hikari pula, ingin rasanya ia menjitak kepala pria itu jikalau tak memikirkan tentang sopan dan santun. Tak tahukah jika diri nya tengah dilanda kesulitan, bukannya membantu malah menambah beban dan menguras kesabaran. Mana gak diganti pula

Hhhh...

Besok-besok ia tak boleh lengah dan harus mengamankan semua barang-barang nya, sekalian saja dimasukkan kedalam laci dan dikunci agar tidak sembarang orang dapat mengambil nya. Setidaknya jika ingin meminjam ya izin dulu lah, toh Hikari pun pasti akan meminjam kannya. Kecuali kepada Dirga

Sabar Hikari sabar, cewek sabar suaminya anak konglomerat. Amin

Gerutu gadis itu dalam hati ketika hendak melanjutkan pekerjaannya, tapi sayangnya ia tak bisa fokus. Suasana hati nya memburuk ditambah ia belum sarapan pagi tadi karena bangun kesiangan

Lengkap sekali penderitaan nya.

Hikari berdiri dari duduk nya, ia melirik kearah kubikel bu Fitri yang kosong, kembali rasa bersalah menggerogoti hatinya. Harus dengan cara apalagi ia menemukan buku catatan itu, dan harus dengan gaya seperti apalagi ia menjelaskan jika dirinya sudah benar-benar meletakkan buku itu di meja bu Fitri.

Huft...

Hikari menghela nafas nya lalu berjalan gontai meninggalkan ruangan nya, ia berniat membasuh wajahnya yang suntuk di toilet. Kepalanya tertunduk lesu ketika melewati beberapa ruangan divisi lain sebelum sampai di toilet

Kepalanya mendongak menatap kaca di wastafle yang menampilkan wajahnya yang putih sedikit memucat, mungkin efek belum sarapan jadi ia terlihat lesu tak bertenaga. Segera gadis itu membasuh wajahnya beberapa kali lalu melap nya dengan tisu, di sela-sela kegiatan nya itu tiba-tiba terdengar suara nyaring yang bersumber di perutnya

Hikari mengusap perutnya yang rata, ia lapar.

"Aduh... Laper." gumam nya

Seketika ia teringat dengan makanan kecil yang di kirim seseorang tak dikenal untuk nya tiap pagi, namun hari ini sepertinya orang tak dikenal tersebut berhenti mengirimkan nya makanan. Mungkin orang itu telah sadar jika mengirim pada orang yang salah

My Beloved BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang