4. Kesan Pertama!

321 24 4
                                    


Meeting kali ini berlangsung sekitar satu setengah jam, bisa dikatakan lumayan lancar dengan adanya tambahan di sebagian design oleh beberapa pihak. Bahkan presiden direktur New Step sekalipun ikut menimpali dengan berkomentar positif

Cukup melegakan, setidaknya kerja keras tim Poldeg kali ini tidaklah sia-sia. Hanya tinggal menunggu pembuatan sample, apakah memenuhi kualitas atau nanti nya masih ada kecacatan. Karena terkadang sekalipun design nya sempurna, namun pada saat di jadikan sample sepatu masih tetap saja ada kekurangan. Sehingga perlu perbaikan, entah itu memang kesalahan dari ketika proses produksi, ukuran mold, atau human eror.

Hikari menghembuskan nafasnya pelan begitu kaki nya melangkah keluar ruang meeting yang entah bagaimana bisa terasa sedikit mengerikan- baginya. Tapi tidak dengan sebagian karyawan lain yang nampak santai dan menikmati acara meeting berlangsung. Ya maklum saja, Hikari pun baru pertama kali mengikuti meeting yang bisa di kategorikan sangat penting ini. Ditambah dengan kehadiran Presiden Direktur nya, alias pemilik perusahaan.

Oh bahkan yang aneh nya lagi, pria itu terus menjatuhkan tatapan ke arah nya. Hikari tidak mau geer, tapi itu memang fakta. Gadis itu terus berfikir alasan mengapa Presdir nya itu terus menatap nya,

Apakah penampilan nya aneh? Sehingga membua pria itu risih

Atau ada yang menempel di wajahnya?

Bahkan dengan polos nya, di sela-sela acara meeting berlangsung Hikari sesekali mengecek penampilan nya, mungkin saja benar ada sesuatu yang menempel di wajahnya atau bisa saja kancing kemejanya terbuka sehingga pria itu terus memperhatikan nya.

Tapi nyatanya tidak, keadaannya baik-baik saja menurutnya

Risih? Gugup? Tentu saja. Di tatap oleh pria tampan seperti itu membuat Hikari tak tenang, apalagi status pria itu adalah Bos nya. Jantung nya bahkan terus berdetak kencang, seperti tengah mendengar kan hasil kelulusan Sekolah. Berbeda dengan rekan kerjanya yang lain, begitu sang Direktur meninggalkan tempat meeting mereka pun mulai berbisik-bisik tetangga. Mengkomentari ketampanan dan kewibawaan pria itu

Bahkan mba Anita terus saja memekik dengan wajah sumringah lalu bergabung menggibah dengan pekerja wanita lainnya, sementara Hikari hanya diam dan mba Ratna hanya sesekali terkekeh melihat kegilaan perempuan-perempuan yang baru saja mendapat kan penyegar mata

"Kok kamu nggak gabung sama yang lain, gibahin pak Ayaz? Hihi... " mba Ratna berbisik pelan di telinga Hikari sambil terkikik geli karena melihat mba Anita yang tengah menciumi ponselnya seperti orang gila

Hikari mengerjap lalu menyengir sedikit kaku, ia tidak tertarik membicarakan pria itu. Sungguh! Ia masih syok

"Ah- hahaha, enggak deh mba. Nanti aku ketularan gak waras lagi kaya mba Anita" sahut Hikari dan mendapat sikutan pelan dari ibu hamil jahil di samping nya- Ratna.

"Karyawati disini emang kecentilan Hi, biasa kalau habis ketemu atau papasan jalan sama pak Ayaz. Gila nya kumat"

Hikari menggaruk kepalanya tak gatal, ia belum tahu hal itu. Tapi setelah melihat kejadian ini secara langsung, Hikari pun percaya

"Nanti kamu juga bakal ketularan kaya gitu, lihat aja."

Mendengar hal itu sontak membuat Hikari segera menoleh ke arah mba Ratna dengan mata melotot

"Enggak ya mba, Hikari kan beda sama yang lain. Limited edition." Hikari berseru dengan percaya diri, ia yakinkan dirinya takkan tertular virus terpesona itu

Hikari punya prinsip, dan ia tak mau melanggar hal itu. BIG NO!

Tapi tiba-tiba mba Ratna mencondongkan wajahnya kearah Hikari, memberikan tatapan memicing sehingga membuat gadis mungil itu sedikit memberi jarak

My Beloved BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang