Masa penulisan :
17 Maret 2021 pukul 23.24 - 20 Maret 2021 pukul 23.14 (Belum termasuk refisi)
Alunan merdu suara hujan yang di iringi menggelegar nya petir serta kilatan cahaya menjadi backsong sempurna pengiring sebuah harapan bercampur kecemasan orang-orang di sana. Lantunan doa tak henti-hentinya terlontar keluar kala hati dan pikiran di buat tak tenang akan keadaan. Sementara itu, ucapan penyemangat yang di sertai perjuangan tak kunjung lelah terus mereka keluarkan demi terlahir nya bayi di dalam kandungan ke dunia.
Suara tangis bayi yang terdengar dari dalam ruang persalinan menjadi bukti jika kini mereka bisa bernafas lega, tersenyum bahagia mengucap syukur yang tak terhingga pada Tuhan yang telah memberi kebahagiaan. Perasaan bangga bercampur ucapan terimakasih yang di iringi raut bahagia tak henti-hentinya ia berikan kepada sang istri yang telah berhasil menuntaskan pertarungan. Rasa lelah dan sakit seakan sirna seketika kala semuanya tak sia-sia. Keduanya bersyukur sekaligus bahagia karena anak yang telah mereka nantikan sembilan bulan lamanya terlahir dengan sehati dan selamat ke dunia.
Meski ini bukanlah anak pertama mereka, tapi sungguh keduanya sangat menantikan kehadirannya, mempersiapkannya secara matang dan menjaganya penuh kasih sayang serta kehati-hatian.
Menunggu sang buah hati di bersihkan oleh dokter dan perawat serta sang istri yang mengistirahatkan dirinya setelah lelah berjuang, lelaki dewasa itu pun keluar dari ruang persalinan guna menemui anggota keluarga yang lain, yang tentu saja mereka pun tengah menunggu kabar baik darinya.
"Seulong, bagaimana? Eomma mendengar suaranya." Tanya seorang wanita paruh baya begitu antusias menyambut kedatangan anaknya.
"Kenapa hanya diam? Bayinya baik-baik saja kan?" Seakan tak sabar dengan sikap putranya yang hanya diam, pria paruh baya yang berdiri di belakang mereka pun melontarkan pertanyaannya. Entah kenapa, ia menjadi sedikit khawatir sekarang.
"Bayinya baik-baik saja eomma, appa. Dokter sedang memandikan nya dan Sohee juga sedang beristirahat karena kelelahan. Setelah di pindahkan ke ruang rawat, kita baru bisa melihatnya."
"Syukurlah kalau begitu, eomma bahagia mendengarnya."
"Laki-laki atau perempuan?" Tanya sang ayah penasaran.
"Peri kecil." Jawabnya pasti meski terdengar ragu.
"Kau.... Tak apa kan jika cucumu perempuan lagi Hyejeong-ah?" Dengan ragu sang wanita paruh baya menoleh pada suaminya yang kini berdiri di sebelahnya. Ia tentu belum lupa jika suaminya itu begitu mendambakan seorang cucu laki-laki.
"Laki-laki atau perempuan, itu sama saja. Bukankah bagus jika perempuan lagi? Itu artinya Nayeon tidak kesepian lagi, dia punya temen sekarang." Senyum bahagia ia lemparkan pada keduanya sebagai tanda bahwa ia benar-benar tak mempermasalahkan hal itu sekarang. Mendengar cucunya terlahir dengan sehat, itu sudah membuatnya cukup bahagia dan senang.
Ya, bagaimana tidak. Sejak Sonee dinyatakan hamil dan semasa kehamilan nua itu, keadaan Sohee benar-benar mengkhawatirkan karena kondisi kandungannya yang sangat lemah. Bahkan, beberapa kali saat pemeriksaan, dokter meminta mereka untuk tidak mempertahankan janin yang ada dalam kandungan Sohee sebab resiko yang terlalu besar jika tetap di pertahankan.
Tapi, berkat kegigihan Sohee yang menginginkan anak dalam kandungnya tetap ada dan berkat kesiapsiagaan Seulong sebagai seorang suami yang tanpa pernah meninggalkan Sohee sedikitpun membuat keduanya berhasil melalui masa-masa sulit itu. Hingga akhirnya, bayi mungil yang telah lama menjadi penantian terlahir ke dunia.
"Aku lega kalau kau tidak mempermasalahkannya lagi."
"Sudahlah, jangan membahasnya lagi. Lebih baik kita menunggu cucu kita itu." Sembari merangkul pundak sang istri, Hyejeong mengajak anak serta istrinya untuk pergi meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM MINA
FanfictionHarta tahta dan wanita menjadi penghancur sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. kehilangan seorang putri yang teramat sangat di sayangi, dicintai dan di jaga sepenuh hati bak bom nuklir yang menghempas ketenangan nurani. semua berubah, kala k...