12. Don't worry, it's okay

101 3 2
                                    

Tanggal penulisan :

6 April 2021 pukul 16.30 - 11 April 2021 pukul 20.08 (belum termasuk refisi)

Tok tok tok

Pintu terketuk, menyadarkan Nayeon yang tengah duduk di pinggir ranjang melamunkan sesuatu.

"Eomma boleh masuk?" Tanya Sohee dari luar kamar meminta izin.

Sebagai seorang ibu, Sohee sadar betul jika ada sesuatu yang terjadi dengan kedua putrinya. Meskipun Nayeon tidak bercerita dan dia juga tidak bertanya, tapi dari apa yang di lihatnya saja, Sohee sudah bisa mengetahuinya.

Tidak ada jawaban apapun setelah menunggu beberapa saat, Sohee terpaksa membuka pintu di depannya. Beruntung, pintu itu tidak terkunci.

Hanya mendapat respon tatapan mata dari sang anak saat kedua mata mereka bertemu, Sohee tersenyum simpul dan kembali menutup pintu kamar Nayeon. Melangkahkan kakinya masuk lebih dalam lalu duduk di sebelah sang anak.

"Eomma."

Satu kata yang mampu terucap dari mulut Nayeon sebelum akhirnya dia menangis di pelukan sang ibu. Menumpahkan segala kesedihan dan rasa penyesalannya dalam dekapan Sohee yang selalu terasa hangat dan menenangkan.

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Sohee untuk menanyakan pada Si Sulung perihal apa yang membuat keduanya bertengkar begitu hebat seperti sekarang ini.  Baginya, ada saat dimana nanti baik Nayeon maupun Chaeyoung, menceritakan hal itu kepadanya. Yang terpenting baginya sekarang, sebagai seorang ibu, Sohee selalu ada di setiap anak-anaknya membutuhkan dirinya seperti sekarang.

***

Entah sudah berapa jam lamanya gadis itu terduduk di tempat itu. Hanya diam melamun memandang hamparan air sungai di depannya tanpa mau beranjak sedikitpun. Pikirannya teramat kalut dan perasaannya teramat terluka, entah apa penyebabnya dia sendiri pun tidak tahu. Rasa lapar yang sedari tadi hinggap di perutnya sama sekali tidak dia hiraukan. Baginya, dengan cukup menangkan diri dia bisa mengatasi semuanya. Terutama mengatasi hatinya yang begitu terluka.

"Igo."

Seseorang yang baru saja duduk di sebelahnya tiba-tiba menyodorkan secangkir minuman di hadapannya.

"Aku tahu kau lapar, setidaknya minumlah. Ini untuk mengurangi rasa laparnya." Ucapnya seraya menuntun tangan gadis itu untuk menerima pemberiannya karena tidak ada respon apapun yang dia berikan.

"Kenapa unnie disini?" Tanyanya teramat datar dan dingin.

"Hanya kebetulan lewat." Jawabnya acuh seraya menikmati makanannya.

Suasana kembali hening. Si gadis tetap tak menyentuh minumannya sementara orang di sebelahnya malah sibuk menghabiskan makanan yang dia bawa.

"Apa berjam-jam disini membuatmu merasa lebih tenang?" Tanyanya setelah makanannya habis.

"Setidaknya beban pikiranku sedikit berkurang."

"Ingin kutunjukkan tempat yang jauh lebih baik dari ini?" Dia menoleh dengan senyum sumringah yang dia perlihatkan. Berharap jika gadis itu tertarik dengan ajakannya.

"Kemana?"

"Ikut saja, nanti juga kau akan tahu sendiri."

Si gadis sama sekali tak menolak saat temannya itu menyeretnya pergi dari tempat itu. Karena yang dia butuhkan sekarang ini memanglah sebuah ketenangan.

***

Setengah jam lagi, toko itu akan segera tutup dan semua karyawan bisa langsung pulang untuk beristirahat. Tapi sepertinya, beberapa pelanggan yang baru saja datang akan sedikit menunda waktu kepulangan mereka.

IM MINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang